The Savior : 2

6 1 0
                                    

Sekarang apa lagi? Dua belas hari yang mengubah hidupku? Siapa pun bahkan tidak bisa percaya seorang gadis dari pulau adalah anggota kerajaan hanya karena punya tato yang sama di beberapa bagian tubuh. Gil bilang dia punya satu di punggung, Gil juga berani sumpah jika dia baru mengetahuinya ketika sedang di rumah sakit, itu kali pertamanya bertemu Jen.

Jadi aku mengamati lengan kiriku lekat-lekat di cermin.

Aku menggosok tinta hitam berbentuk bunga yang entah muncul dari mana, aku bahkan tidak menyadarinya saat terakhir kali mandi di rumah Ian. “Sial, kenapa tidak mau hilang!”

“Nou,”

Itu suara Gil, mengetuk dari luar kamar rumah Laura, perempuan berikat kepala yang punya nama aneh dan mengaku mengenal Zex sebagai anggota The Savior.

Apa yang lebih membingungkan dari hidupku sekarang?

“Nou, kita harus bicara.”

Tidak, sungguh, aku tidak ingin bicara dengan siapa pun termasuk Gil. Sejak digiring  oleh Laura ke rumahnya, aku tutup mulut, aku tidak ingin berkomentar soal  apa saja yang tidak aku ketahui, tetapi mereka semua yang berada di luar kamar ini seolah tahu takdir hidupku. Ini lelucon.

Gil mengerti semua perkataan Laura sepanjang perjalanan, tentang ramalan, tentang nasib negara Tora yang berada di tanganku, tentang mengapa Jen menculik kami berdua, tentang kenapa aku bisa terdampar di tempat ini dari sekian banyak kemungkinan.

“Nou, ayolah, tindakanmu tidak menyelesaikan masalah,” katanya dari balik pintu.

“Lalu apa ini masalahku? Sejauh ini aku tidak melakukan apa-apa selain menyusulmu, mengkhawatirkan orang keras kepala sepertimu yang melaut saat cuaca buruk, berharap kau tidak dimakan ikan hiu.”

“Nou! Aku tidak pernah memintamu untuk menyusulku!"

Sepertinya aku menyulut emosi Gil, tapi dia mau apa? Sikap tidak terimanya justru lebih banyak menjelaskan bahwa aku sama sekali tidak harus terlibat dalam situasi konyol begini.

“Kau ingin aku bagaimana, Gil! Katakan!”

Lalu setelahnya aku menangis, menjatuhkan diriku secara telungkup dan dengan tidak tahu dirinya di ranjang milik Lau—aku langsung tahu begitu mencium aroma vanila dari bantal—dan entahlah, aku ingin tidur. Namun, samar-samar aku mendengar percakapan Gil.

“Aku sudah menghubungi semua anggota The Savior, semoga berita ini sampai dengan cepat ke telinga Zex.”

Laura meletakkan sepiring roti lapis yang meskipun lapar, Gil sudah kehilangan nafsu makan terlebih dahulu karena pertemuan mereka yang mendadak. Namun apa yang tidak terjadi secara tiba-tiba setelah Gil berada di Tora. Semua terasa seperti sulap.

“Aku tahu ini berat untuk kalian. Aku membayangkan berada di posisi kalian, dan mungkin aku akan melakukan hal yang sama bahkan lebih buruk.”

“Tetapi kelompok Savior selalu berlari menjauhi takdir, seperti menggenggam granat yang pin-nya sudah dilepas.”

Laura berusaha untuk tidak memaksa keadaan, sulit untuknya menghadapi ini. Gil dan Nou mungkin baru anak kemarin sore, tapi nasib banyak orang digariskan melalui tangan mereka. Jadi Lau diam saja, mereka berada di meja makan bulat berukuran sedang berwarna malachito dengan interior dapur ala victoria.

Orang tuanya belum pulang, tetapi mereka berjanji untuk datang secepat yang mereka bisa setelah Lau menjelaskan kronologi kejadiannya di sambungan telepon. Ayahnya polisi, dan ibunya adalah seorang profesor di Peringgi. Karena harus melakukan penelitian akhir dengan para mahasiswanya, ibu Lau sering pulang larut malam.

“Bagaimana mungkin ini terjadi.” Nada suara Gil mengeluh.

“Benar, bagaimana mungkin kita menanggung kesalahan nenek moyang kita.”

“Bisakah kita memulangkan Nou, aku saja yang ada di sini.”

Laura mengembus napas kasar, dengan malas mengunyah roti lapisnya sendiri. “Tentu saja bisa, tapi ini akan menjadi akhir dari keluarga kerajaan. Terlalu banyak yang harus dijelaskan Gil, manusia cenderung sulit menerima kenyataan meski dengan banyak penjelasan. Jadi kita tunggu anggota kelompok Savior yang lainnya. Sekarang makanlah, aku akan membujuk Nou selagi kita menunggu.”

Sementara Gil menuntaskan laparnya—dia terlambat makan malam selepas pelariannya dari Jen—jadi dia makan dua roti lapis, jika benar apa yang Lau katakan, maka Gil harus punya banyak tenaga untuk memulai perang.

“Nou,” panggil Laura dari luar.

“Aku tahu kau belum tidur.”

Karena sudah mengetuk tiga kali, aku memutuskan untuk langsung masuk. Bagus, karena Nou tidak menguncinya. Napasnya stabil, membuat punggungnya naik turun jika dilihat dari sini. Separuh tubuhnya tertutup selimut, rambutnya tergerai, gelap tapi berkilat dari lampu senja di kamarku.

Aku duduk membelakanginya, siapa tahu dia memang tidak ingin melihat wajahku.

“Nou, kau marah padaku, kan? Karena aku menemukanmu, atau karena semua orang asing tahu soal dirimu, tetapi kau tidak tahu siapa dirimu. Terkadang, ada hal yang harus dimengerti Nou, sebab penjelasan saja tidak cukup.”

“Kau bingung, aku tahu itu,” aku sedikit mengambil jeda, atau barangkali Nou ingin aku berhenti bicara, tetapi tidak. Jadi aku lanjutkan.

“The Savior menjaga keturunan keluarga kerajaan hampir seratus tahun sejak raja Armen dikudeta. Kita semua hidup terpisah sejak saat itu, lari dan bersembunyi, menyamar dan bertahan. Lalu kelompok Bunga Biru, kau mengenalnya, Gil sudah menceritakan soal Jen. Mereka memang bagian dari kerajaan, tetapi berasal dari darah pengkhianatan Arthur. Jadi mereka persis tidak menggunakan tato bunga lagi.”

“Dulu aku tidak punya tato,” jawab Nou lekas yang membuatku kegirangan.

“Bukan tidak punya, tetapi disembunyikan, semua orang di pulau yang kau tinggali, mempunyai tato yang sama.”

Aku melanjutkan, “Syukurlah kau berada di sini, meski aku tahu itu bukan keinginanmu. Aku ingin menceritakan lebih banyak, tetapi lebih baik aku menunggu orang tuaku pulang. Mereka lebih bijak kalau bicara soal ramalan. Namun percayalah Nou, Tora seperti apel yang sedang dimakan ulat. Dan kita harus menyelamatkannya.”

Sebelum aku genap menyentuh handle pintu, Nou bersuara. “Tora akan baik-baik saja, seperti seratus tahun yang sudah-sudah, meski tanpa aku, Raja mereka pasti tahu jika ada pengkhianat. Meski apa yang kau sebut soal keturunan Arthur dan lain-lainnya, masa bodoh aku tidak mengerti, apa lagi soal ramalan, aku perempuan yang realistis tahu! Jadi sampaikan saja pada Raja yang sekarang! Bekerjalah dengan baik!”

Aku berbalik, masih menghadap punggung Nou yang menegang, masih tidak bisa menerima kenyataan.

“Tora sedang diliputi intrik politik, Nou! Semua orang sedang berlomba mengambil alih kekuasaan, Tora saat ini juga berbau separuh sihir, jika bagimu semua ini memang bukan apa-apa, setidaknya kau memikirkan  orang-orang yang sedang mempertahankan martabat dan tanah kelahirannya!”

“Aku bahkan tidak percaya ramalan menyebutmu! Kau bahkan tidak bisa mengerti perasaan orang lain.”

Dan begitulah Laura membanting pintu, nada suaranya tidak baik. Sekarang semua orang membenciku, kan? Bagus, semua orang aneh memang harus menjauh dariku.

The Savior? Astaga Tuhan, aku bahkan tidak pernah bermimpi jadi putri yang hilang dari kerajaan yang bahkan tidak pernah kutahu. Aku lebih baik pergi ke bulan dan membantu kelinci membuat kue, lalu pulang dengan melayang-layang.

Belum selesai kepalaku berputar-putar, suara gaduh memenuhi dapur. Ada yang berat seperti suara Zex dan melengking seperti Bibi Wei, tapi bukan. Oh, tentu saja mereka orang tua Laura. Sekarang aku harus apa? Pura-pura tidur? Kabur? Kenapa tidak ada pilihan baik untukku.

Benar saja, sepuluh menit kemudian—ketika aku tidak bisa memikirkan pelarian lain selain tutup mulut—seseorang mengetuk pintu kamarku, ralat—pintu kamar Laura. Apa? Aku harus bilang, “masuklah, tidak dikunci.”

Tidak, aku diam saja.

“Oh, sayangku, kau pasti kesulitan selama ini.” Buru-buru dia membangunkanku yang sedang tidak tidur, memeluk tubuhku yang lunglai dan tidak bersemangat, dan tentu saja masih duduk di kasur. Untuk ukuran perempuan yang sudah memiliki anak sebesar Laura kuakui...

“Namaku Farah, dan ini suamiku, Pedro.”

Ya, namanya Farah, dia awet muda sekali. Dia hanya punya kerutan kecil yang kulihat dari garis senyum.

“Kau cantik sekali, Nou.”

Mau tidak mau aku tersenyum, untuk sopan santun. Aku tidak mungkin berlagak galak pada Far yang baru kutemui.

“Ini, ayo kita tuntaskan kebingunganmu.”

“Apa yang akan kau lakukan?”

Dia menarik tanganku keluar, dia bilang aku harus cepat jika tidak ingin membuang-buang waktu dalam perasaan tidak enak. Lau dan Gil juga ada di meja makan, di balik cawan perunggu yang berisi air, tunggu, sepertinya aku pernah melihatnya.

“Apa ini? Aku ingin penjelasan, bukan sedang haus sampai harus minum sebanyak ini.”

“Aku pernah melakukannya, Nou. Itu tidak berbahaya.”

Pedro lantas membuat permukaan air bergelombang tiga kali, kaca matanya turun sampai ke hidung, dia mengangguk dan tidak banyak bicara, tetapi matanya bilang untuk jangan khawatir.

Aku melihat wajahku sendiri, sekelebat berubah menjadi, “kenapa dia mirip aku?”

Tidak, aku tidak mengenal rambut hitam itu, tetapi aku mendengar mereka memanggilnya, “Ean? Siapa Ean?”

Di tengah kebingungan Nou, Koloni Zex muncul, bergerombol dari lorong depan menghambur memenuhi meja makan. Wei langsung memeluk Gil dengan puas. Sedangkan Nou melotot hampir tidak percaya. Terlebih saat melihat Zed memeluk Pedro, dan juga Lau, dan juga Far

“Kenapa semua orang berada di sini?”

“Kau sudah bertemu Ean?”

“Siapa Ean?”




Tora : The Thief & The Lost PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang