17. Ketahuan

1.4K 61 1
                                    

“Permisi...”

Zeora tampak telaten dan santainya menyuapi seporsi bubur buat Shaka. Namun, serangan tiba-tiba membuat Zeora hampir menjatuhkan mangkok berisi bubur itu waktu ngeliat temen-temennya pada dateng buat ngebesuk dosennya di rumah sakit.

“Zeora?” Nayra keliatan kaget ngeliat Zeora ada disana. Begitupun dengan yang lain tampak mulai curiga.

Zeora langsung berdiri canggung, melihat satu persatu para teman sekelasnya yang berjumlah 7 itu. Ada keempat sahabatnya, dan 3 orang laki-laki perwakilan dari jurusannya.

“K-kalian?”

“Kok lo bisa ada disini?” Kening Viola berkerut dalam. Ngeliat Zeora tampak pucat pasi udah kayak orang kegep selingkuh.

“Gue—“

“Nanti lo jelasin ke kita di luar,” potong Alma sambil berbisik kearah Zeora. “Hai, Pak Shaka. Gimana keadaannya sekarang?” Kemudian, Alma tersenyum sopan pada Shaka yang masih terkulai lemah di atas brankar rumah sakit dengan alat-alat medis menempel di badannya.

“Lumayan baik.” Suara Shaka terdengar lemah. Sebenarnya nggak ada yang membaik, belum lebih tepatnya. Semua badannya masih terasa sakit. Namun, agar mahasiswanya nggak khawatir dia bilang aja begitu.

“Kita tuh sedih tahu, Pak denger kabar kalau Bapak kecelakaan.” Alesha ikut nimbrung. Wajahnya bener-bener keliatan kayak nggak tega gitu.

“Kok bisa sih, Pak? Bapak banyak pikiran ya?” tanya salah seorang cowok berbadan tinggi di samping kanan Shaka.

“Enggak. Saya Cuma nggak fokus aja.”

“Lain kali hati-hati ya, Pak. Jangan bikin kita semua cemas.”

“InshaAllah, saya bakal lebih hati-hati lagi.” Shaka tersenyum. Setidaknya dia bersyukur punya anak didik yang seperhatian ini sama dia, sampai rela datang-datang malem-malem begini ke rumah sakit. Lebih bersyukur lagi punya istri perhatian dan pengertian kayak Zeora.

“Terimakasih ya, kalian sudah datang malam-malam begini,” ucap Shaka tersenyum tipis. Dia jadi takut ngerepotin mereka soalnya pakai bawa buah-buahan segala.

“Sama-sama, Pak.”

“Kita memang sengaja datang hari ini daripada nanti nggak bisa tidur,” celetuk Alma. Dia yang mengusulkan buat datang hari ini. Soalnya sejak di kampus dia jadi kepikiran. Ditambah lagi saat Zeora pergi tiba-tiba yang membuat semua orang bertanya-tanya dan merasa curiga.

“Cepet sembuh ya, Pak. Biar kita cepet masuk kuliah lagi.”

***

Setelah teman-temannya izin pamit keluar dari rumah sakit, nggak lupa Nayra nyeret Zeora ikut keluar. Cewek itu sejak tadi cuma diem membisu kayak patung dan berakhir pasrah saat teman-temannya membawanya ke taman kecil yang ada di rumah sakit ini. Yang tersisa hanya Zeora dan keempat temannya saja, tiga orang laki-laki tadi sudah pulang duluan karena mereka tahu ini bukan urusan mereka.

“Ada hubungan apa lo sama pak Shaka?” tanya Nayra to the point. Gadis itu bersedekap dada, dagunya naik seakan ngeliat Zeora itu kayak nantang orang. “Gue perhatiin kayaknya hubungan kalian nggak biasa,” lanjutnya.

Zeora masih diam sambil nunduk. Dia masih nyusun kata-kata yang tepat buat ngejelasin semuanya ke mereka. Dan Zeora juga merasa sangat bersalah telah menyembunyikan ini dari semua orang, yang pada akhirnya akan ketahuan juga.

“Jangan-jangan lo ada main ya sama pak Shaka? Atau lo beneran ikutin saran gue buat ngegoda pak Shaka biar nilai tugas lo bagus di mata pelajaran dia?” tebak Alesha sambil nunjuk-nunjuk Zeora.

Zeora langsung mendongak dengan wajah marah. “Apaan sih? Nggak usah nuduh deh. Pak Shaka itu suami gue, puas lo!” 

Pernyataan Zeora membuat keadaan malam yang hening semakin hening. Alesha, Viola, Alma dan Nayra saling pandang.

“What?”

“Nay, tiupin telinga gue dong. Gue nggak salah denger kan?” kata Viola sambil megang telinganya. Zeora yang ngeliat itu cuma merotasikan kedua bola matanya dengan malas.

“Yang bener kalau ngomong, Ze. Gue tahu banyak yang suka sama pak Shaka, bahkan halu pengen jadi istrinya. Lo salah satunya ya?” Alma antara percaya nggak percaya. Percaya karena tadi Zeora sempat pergi gitu aja dari kampus dan tiba-tiba ada di rumah sakit lagi suap-suapan sama Shaka. Nggaj percaya karena mengingat hubungan Zeora dan Shaka itu dulunya canggung sampai nggak pernah sapa-sapaan.

“Gue nggak minta kalian buat percaya sih.” Zeora nggak mau sampai berdebat panjang, cewek itu lantas balik badan buat pergi dari hadapan teman-temannya. Namun, Alesha menghadang langkahnya.

“Eh, eh, tunggu dulu dong. Jadi beneran?”

Zeora menghela napas pendek. “Iya.”

“Jadi, selama ini istri rahasia pak Shaka itu lo?” tanya Nayra. Dia ingat, dulu dia pernah nanya tentang keluarganya Shaka, terus nanya udah punya istri apa belum. Kadang dijawab ‘itu rahasia', kadang juga dijawab ‘kepo kamu'.  Sekarang akhirnya keungkap sendiri.

“Kok bisa sih?” Pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut Alesha. Namanya juga jodoh ya mau gimana.

Zeora berdecak sebal. “Ceritanya panjang, dan gue lagi nggak mood buat cerita.”

“Plis, dunia sempit atau emang ajaib? Masa sahabatnya sendiri udah nikah kita nggak tahu?” celetuk Nayra melihat satu persatu temannya. Bahkan yang lain juga masih kebingungan.

Pandangan Zeora mulai melunak, ia menghela napas panjang. Hatinya masih digerogoti rasa bersalah dan itu membuatnya tidak nyaman. “Sorry, gue sengaja nggak ngasih tahu siapa-siapa karena waktu itu gue belum siap buat nerima kenyataan kalau gue dijodohin sama pak Shaka.”

Empat gadis lainnya kembali saling pandang. Dari penjelasan singkat Zeora mereka mulai paham dan punya kesimpulan bahwa pernikahan Zeora dan Shaka karena perjodohan paksa yang harus mereka jalani tanpa rasa cinta. Mereka jadi bersimpati, pasti nggak enak banget hidup jadi Zeora yang harus nerima semua keinginan orang tuanya.

“Astaga, Zeora!” Alma mendekat, mengusap sebelah  pundak Zeora yang keliatan sedih. “Terus sekarang gimana? Hubungan lo sama pak Shaka baik-baik aja kan? Atau kalian masih menjalaninya terpaksa?”

Zeora segera menggeleng kuat atas pertanyaan Alma. “Gue udah nerima semuanya. Sekarang semua keadaan udah berbanding terbalik. Gue sama  pak Shaka bahagia buat ngejalanin pernikahan ini.”

Melihat Zeora tersenyum, yang lain ikut tersenyum dan merasa lega jika sahabatnya sekarang baik-baik saja. Setidaknya mereka percaya pak Shaka bisa membimbing Zeora menjadi lebih baik lagi.

“Syukur deh sekarang lo baik-baik aja. Yang kita khawatirin, lo sama pak Shaka masih diem-dieman dan nggak nyaman tinggal sama dia,” tutur Alesha yanga hanya dijawab gelengan oleh Zeora.

“Kalau ada apa-apa cerita aja ke kita, jangan dipendem sendiri. Ntar jadi penyakit lho.” Viola mengingatkan.

Thanks ya udah ngertiin gue, gue harap kalian nggak terlalu ember,” kata Zeora menyisipkan sedikit sindiran.

“Nayra tuh ember!”

“Gue tuh nggak ember, cuma sering keceplosan aja.”











o○__○o

Lecturer secret wifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang