Dengan jaket crop berwarna abu serta celana training berwarna abu, Evita berjalan menuju ruang tengah. Ia sudah siap untuk menemani Nara yang katanya ingin mengajaknya joging bersama. Namun, sampai sekarang laki laki itu tidak menampakkan batang hidungnya.
Awas aja kalo ga jadi.
Selang beberapa menit ponselnya terus bergetar dan ternyata itu panggilan dari Nara. Saat akan mengangkatnya panggilan itu sudah berakhir dan muncul notif dari Nara untuk menyuruhnya keluar karena dia sudah di depan. Tak tunggu lama, Evita bergegas keluar menemui sang kekasih.
Nara menatap pintu bercat putih dihadapannya sebelum seorang gadis cantik keluar dari pintu tersebut. Ia sempat dibuat terpana oleh kecantikan gadis kecilnya padahal hanya menggunakan baju biasa dengan rambut yang sengaja di kuncir kuda.
Sadar laki laki dihadapannya melamun, Evita menggoyangkan tangannya membuat laki laki itu kembali fokus. "Pagi pagi udah ngelamun nanti kesambet." Ujar Evita memakai topi berwarna pink yang sengaja ia bawa agar tidak gosong.
Nara yang sadar evita kesusahan memakai topi karena terhalang kunciran itu mulai membantunya sehingga topi terpasang rapih di kepala gadis itu. "Cantik ga pak?" Tanya Evita dengan berbinar.
"Jelek. Ayo jalan jangan klemar klemer." Nara menautkan jemarinya dengan evita lalu menariknya.
Hari ini mereka pergi ketaman dekat rumah Evita. Biasanya setiap hari minggu selalu ada pasar pagi maka dari itu sering dijadikan tempat lari pagi atau sarapan.
Sudut mata evita melirik ke arah Nara ternyata laki laki itu juga sedang memperhatikannya. "Pak udah ga kuat." Ujar Evita menggoyang goyangkan tautan jemarinya.
"Bentar lagi sampai, Pit."
"Aa udah ga kuat kaki saya mau patah rasanya."
"Lebay. Keliling kampus tiap hari aja bisa masa jalan dari rumah ke taman ga bisa."
"Kan beda. Saya pulang aja deh."
"Pulang sana biar di culik."
"Penculik mana berani sama saya, udah ah pak mau pulang aja,"
"Bukannya ga berani tapi kamu yang ga menarik buat di culik." Ujar Nara mencubit lalu menarik kedua pipi Evita hingga sang empu berontak. "Ayo jalan nanti sampe sana boleh jajan."
Mendengar kata jajan langsung membuat Evita berbinar. "Bener nih ya? sepuasnya?"
Nara mengangguk.
"Yaudah ayo jalan lagi. Siapa yang sampai duluan dia yang menang!" Evita mengambil ancang ancang untuk berlari namun sebelum berlari rambutnya sudah di tarik lebih dulu oleh Nara.
"ADOHH SAKIT PAK!!" Teriak Evita merasa pedes di akar rambutnya. Bukannya minta maaf Nara malah tertawa aksinya berhasil membuat gadis itu merengut.
"Jalan gausah lari kalo jatuh saya ga mau nolongin apalagi gendong kamu."
"Saya juga ga mau digendong bapak kali!"
Sekitar 10 menit berjalan akhirnya mereka sampai di taman. Sangat ramai dan terdapat banyak macam penjual mulai dari makanan berat sampai dessert pun ada. Evita tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya, ia langsung menarik tangan kekasihnya untuk mendatangi setiap penjual disana.
Nara hanya pasrah mengikuti kemana gadis itu membawanya. Sebenarnya ia benci keramaian seperti ini tapi demi membuat gadis itu bahagia ia harus mengorbankan egonya. Merasa dirinya akan ditarik ke penjual es kul kul, ia lebih dulu menahannya.
Hal itu membuat Evita kebingungan. "Sarapan dulu sebelum beli jajan." Ucap Nara langsung menarik gadis itu menuju stand yang menjual nasi uduk tanpa mendengar jawaban dari Evita.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOSHINARA
أدب المراهقينEvita Amoureta, seorang mahasiswa di Universitas Fadeon harus menerima takdir bahwa ia dijodohkan dengan dosennya sendiri di kampus. Kaget, sedih, bahagia menjadi satu ketika ia tau ternyata kehidupannya sudah ditata rapi oleh keluarganya. Yoshinar...