31).

6.4K 462 8
                                    

Pemuda kelahiran Juni itu duduk termenung di balkon kamar Jeno, dia menginap di dream sekarang. Tiba-tiba saja air matanya luruh tanpa di minta, Haechan tidak tau kenapa perasaan nya jadi kacau begini. "Kenapa diluar,?? Disini dingin" dengan gerakan kasar Haechan mengusap air matanya, dia menoleh dengan senyum manis nya, menatap Jeno yang mengucek mata sipit nya. "Kau juga, kenapa malah ikutan keluar!! Aku membangun kan mu ya?? Maaf" Jeno menggeleng cepat.
"Aku terbangun karena kau tidak ada, kupikir kebawah ambil minum, tau nya di balkon" Haechan kembali diam, dengan pikiran yang bercabang kemana mana, mungkin kalau ada benang nya, pikiran Haechan melebihi seribu benang yang kusut menjadi satu.

"Kenapa?? Ada yang kau pikirkan" Haechan menghembuskan nafas nya lelah, Jeno bisa melihat bagaimana tatapan kosong pemuda Lee itu, meski marga mereka sama tapi mereka bukan saudara kandung, tapi jangan meremehkan itu, sebab mereka bisa saling membantu dan menopang meskipun bukan seorang saudara, sahabat yang merangkap menjadi saudara ketemu besar sudah cukup untuk mereka saling mengerti. "Aku capek Jen" Jeno tidak menjawab, dia menelisik bagaimana ekspresi Haechan yang mana tetap datar, meskipun arti capek yang ingin dia ungkapkan banyak sekali artinya. "Dalam semalam, aku mencoba berpikir, mungkin aku memang butuh sosok yang mendampingi ku, tapi semakin kesini!! Ntah kenapa, perasaan itu menguap begitu saja, perasaan akan seorang gadis membuat ku tidak ingin tau bagaimana dengan yang mereka sebut belahan jiwa atau cinta" Jeno menatap lurus kedepan, ntah arah pembicaraan yang dibangun Haechan, terasa begitu berat juga untuk nya.
"Aku merasa, dengan kehadiran kalian saja cukup untuk ku merasakan cinta!!" Jeno menunduk, dia tau kalau Haechan memikirkan sesuatu yang begitu mengganggu nya.

"Ada yang menggangu mu, Sasaeng perempuan, atau apa??" Haechan sekali lagi menghembuskan nafas nya, tersenyum kecil dengan air mata yang kembali jatuh, Jeno kaget, dia panik seketika. "Hei, apa ucapan ku terlalu menekan mu" Haechan menggeleng. "Ada beberapa surat, dan itu membuat ku takut" tiba-tiba saja isakan nya terdengar, Jeno yang tidak terlalu mengerti maju mencondongkan tubuhnya untuk memeluk adik beda dua bulan nya ini. "Boleh aku lihat isi nya?? Kalau kau keberatan tidak apa, aku tau itu privasi mu"  dalam pelukan Jeno, Haechan mengangguk, dia tidak bisa menyelesaikan ini sendiri, Haechan butuh bantuan, dan seperti nya Jeno cukup bisa dia andalkan.

_______
Di kamar Yuta, Johnny tengah meremat kertas yang di tunjukkan untuk Haechan, Yuta yang mengambil nya sebelum Haechan tau, mereka tidak pernah tau saja kalau surat itu sudah yang kesekian untuk mangnae nya. "Ini sudah seperti penguntit ngk sih Yut" Johnny menatap nanar kertas yang sudah tidak berbentuk itu. "Apa Haechan tau ya" kata Yuta, membuat Johnny semakin kalut. "Jangan sampai, kalau anaknya tau, gimana sama mental nya, kau tau sendiri anak itu begitu pemikir" benar, semoga saja ucapan Johnny benar, yang mereka inginkan untuk sekarang mangnae nya tidak mengetahui surat yang mereka temukan.

Dear my sunshine

Hy, sebentar lagi kita bertemu, apa kau senang!! Aku yakin kau senang, tunggu aku sebentar lagi.

Hanya itu tulisan yang tertera, tapi ada sebuah polaroid yang terselip, disitu Haechan terlihat begitu dekat, bisa di bayangkan oleh kedua nya kalau orang ini, berada di sekitar Haechan selama ini. "Yakin tidak bilang Taeyong saja" Johnny menggeleng, dia ingin mencari tau dulu, nanti kalau memang sulit baru mereka meminta bantuan. "Kalau bilang ke Taeyong, yang ada pihak perusahaan yang akan bertindak" iya juga, kenapa Yuta tidak berpikir sampai kesana.

"Kau mencurigai seseorang" untuk sekarang Johnny tidak terpikirkan siapa pun, tapi dia mencoba mengingat siapa saja yang begitu dekat dengan mangnae nya, kalau seorang penggemar atau Sasaeng, tidak akan berperilaku sembunyi-sembunyi, mereka cenderung melakukan nya di depan mata secara langsung. "Ntahlah, tapi selain member?? Haechan dekat dengan siapa"
"Tidak mungkin orang yang beberapa waktu terakhir ini kan" tanya Yuta, jelas Johnny menggeleng, tidak mungkin Jimin, kalau pun iya dia tidak akan bertindak seperti pengecut, helaan nafas keluar dari keduanya, mereka tidak bisa menemukan petunjuk.

"Haechan, tidak pulang ke dorm" Doyoung bersimpuh di sofa, Taeyong sedang mengerjakan ntah apa?? "Hyung, apa kalian tidak merasa takut" Jungwoo mulai menyalakan kompor. "Maksud mu, takut dengan apa"

"Mmmm, Haechan kan sudah mulai dewasa!! Pasti anak itu juga punya orang istimewa nanti nya"

"Maksud mu kami tidak istimewa" sembur Doyoung galak, Jungwoo gelagapan. "Bukan,,, mak- maksud ku,,, ee" Taeyong menutup jurnal nya, ia menatap Jungwoo dingin. "Heheh, lupakan" Jungwoo langsung menciut, tatapan Taeyong seolah mengatakan. "Bicara sekali lagi, kau yang akan ku tendang" jelas Jungwoo takut, bagaimana kalau Taeyong sampai menguliti nya hidup hidup.

"Hyung, jangan menatap ku begitu" nyali nya benar-benar menguap hilang begitu saja.

_____
"Tidur lah, aku akan menjaga mu Haechan, aku berjanji" elusan Jeno tidak berhenti, dia merapikan rambut Haechan yang sedikit memanjang, awal memotong nya anak ini merengek pada Jeno, dia menyesal memotong rambut kata nya.

"Eumhh,, eomma" gumam nya dalam tidur, seperti nya Haechan begitu merindukan ibunya, tapi mereka tidak punya waktu libur untuk sekarang, makanya kalau mau bertemu keluarga sedikit sulit, apalagi ibu Haechan berada di Jeju saat ini.

Jeno mengulas senyum, dia teringat pertengkaran Jaemin dan Haechan waktu kecil, begitu menggemaskan, apalagi Haechan mengadu pada Mark kalau Jaemin memukul nya sungguhan, dan dia kalah. "Kau anak baik, aku berharap masa depan mu juga baik, untuk saat ini!! Ayo nikmati waktu kita Haechan, tetap lah berjalan bersama ku, bersama kami, jadilah sempurna dengan versi mu, jangan karena orang lain. Kau selalu menjadi adik yang spesial bagiku" dengan tangan nya yang tidak berhenti mengelus kepala Haechan yang berbaring di paha nya, (heran, suka banget tiduran di paha, kan aku juga mau Chan, hiks) Jeno yang membuat Haechan untuk tidur agar bisa lebih rileks, dia juga sadar menjadi sahabat Haechan adalah hal yang begitu membahagiakan untuk nya. "Aku menyayangimu, Haechan" ucapan terakhir Jeno, mendapatkan senyuman tanpa sadar dari Haechan karena anak itu lelap.

Setelah memastikan Haechan benar-benar tidur, Jeno juga merebahkan tubuhnya, dia lelah tapi saat melihat sahabatnya merenung, Jeno mana bisa diam.

Pagi-pagi pas bangun, Jeno melihat posisi Haechan yang sudah berubah, yang awalnya di kaki Jeno, kini anak itu menggulung selimut tebal nya sendirian. Jeno terkekeh, pasti anak itu kedinginan. "Kau kedinginan ya" Jeno membenahi selimut Haechan, lantas ke kamar mandi waktu keluar Renjun menatap nya, "dimana bayi beruang itu" Jeno menghentikan langkahnya. "Masih hibernasi" mungkin mereka memang sering saling menjahili atau menjadi patner membuat member lain menyalakan toa dari teriakan mereka, tapi itulah guna nya sahabat kan, bumbu tidak perlu terlalu manis, yang penting selalu ada untuk satu sama lain saat saling membutuhkan membuat ikatan mereka semakin erat, bukan hanya sebagai teman grup saja, mereka sudah berjanji untuk bersama sampai tua nanti tetap bisa bersama sama. "Jen, Haechan belum bangun?" Jeno tersenyum, menggeleng tanda kalau orang yang di cari Jaemin masih betah menutupi seluruh tubuhnya hanya tertinggal kepala nya saja.

"Aku buat sarapan dulu," setelah nya Jaemin berkutat dengan dapur dan peralatan kesayangan nya, tinggal menunggu Haechan dan Ji-Sung bangun saja. Chenle dan Mark, jangan mencari mereka, karena Chenle sudah jelas pulang kerumahnya kalau Mark, di dorm ilichil sudah pasti.


















Habis habis habis,,,,

Mood nya lagi kurang baik,

Bentar lagi nyampe klimaks nihh, kalau kata Chenle chorus di bagian lagu 😂.

Semoga masih dapat feel nya.

Ayi (Baby) Haechan Maknae 👶✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang