17

18.3K 1K 23
                                    

Yuk jangan lupa vote ⭐ and follow Lembayunsenj

Biar nanti kalian dapet notif kalo cerita ini update🥳





Salah satu hal yang berubah setelah sah menikah adalah Sultan senang sekali dekat dekat dengan Isyana di setiap kesempatan. Contohnya pagi ini ketika mereka sarapan di Kedai Terang Bintang, setelah malam pertama mereka yang sangat amat melelahkan. Namun memuaskan.

Selama ini Sultan sebisa mungkin menjaga jarak dengannnya, pria itu hanya menggandengnya ketika menyeberang atau saat saat tertentu. Pokoknya jarang sekali bersentuhan. Tapi tadi ketika Isyana sudah mengambil tempat duduk di depannya, Sultan malah berpindah duduk di sampingnya. Mepet banget pula. Niatnya Isyana kan agar lebih nyaman duduk berhadapan, apalagi jika mereka mau mengobrol.

"Ini kenapa duduknya nempel nempel begini sih?"

"Engga enak kehalang meja kalo mau nyentuh kamu."

Mulut Isyana terbuka, "dulu aja jaga jarak terus. Cuma pas nyeberang jalan aja paling digandengnya."

"Kan kita dulu bukan mahram. Sebenernya engga boleh juga kayak kita dulu, tapi mau gimana saya suka kelepasan kalo sama kamu." Sultan memang mencoba mematuhi larangan untuk menyentuh perempuan yang bukan mahram dan juga menjaga pandangannya.

Dahi Isyana menyerngit tidak terima, "enak aja nyalahin aku!"

"Iya iyaa, salah saya yang suka goyah. Apalagi waktu yang di rooftop kos waktu itu." Sultan mengungkit kejadian hampir cipokan mereka, membuat Isyana refleks memukul bahu suaminya itu.

"Jangan diingetin kejadian itu dong!" bibir Isyana mencebik, sebel banget karena dia pernah ngarep dicium.

Sultan mengambil telapak tangan Isyana yang berada dibahunya, menggenggam erat tangan gadis itu. Ahhh lebih tepatnya wanita itu, karena semalam kegadisan Isyana telah direnggut oleh pria yang duduk menempel di sampingnya itu.

"Sekarang bebas mau ngapain aja, saya bisa bebas sentuh kamu sepuasnya."

Isyana hanya melongo mendengar bisikan Sultan tepat di telinganya itu. Mungkin pria itu tidak ingin orang lain mendengar perkataannya barusan. Satu hal yang Isyana baru ketahui, ternyata love language Sultan adalah psysical touch.

Sialnya Isyana kadang masih suka tegang dan kaget ketika mereka berdua bersentuhan. Wanita itu lupa jika pria yang menyentuhnya itu sudah resmi menjadi suaminya.

Isyana mengucapkan terima kasih ketika salah satu waiters itu mengantarkan pesanan meraka, dua rice bowl ayam, roti sririch, mineral water, dan dua kopi butter. Wanita itu mengamati kopi butter yang sedang ramai di sosial media itu.

Isyana sedikit ragu ketika melihat genangan minyak yang ada di atas kopi. Tatapan Isyana bertemu dengan Sultan, sudut bibir pria itu berkedut melihat wajah ragu milik istrinya. Sultan mengaduk kopi butter itu dengan sendok yang telah disediakan. Membuat butter yang telah meleleh itu tercampur dengan kopi.

"Ayo diminum," Sultan menyeruput kopi di dalam cangkir itu, Isyana masih menunggu respon dan testimoni dari suaminya.

"Enak?" tanya Isyana berbisik, merasa tidak enak jika sampai terdengar si penjual.

"Enak kok, engga seperti kelihatannya. Minyak dari butternya engga yang bikin terganggu kok. Cobain deh," Sultan tersenyum puas.

Isyana meminum kopi butter itu, tegukan demi tegukan. Ternyata memang tidak seburuk perkiraannya. Kopi itu tidak terlalu manis, tapi kurang sedikit pahit menurutnya. Isyana memakan rice bowl ayam yang mereka pesan.

BETTER THAN WORDS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang