SOMEONE YOU LOVED
Hari telah berganti. Lebih tepatnya, tiga hari telah berlalu sejak Silvi kembali dari rumah sakit.Kenapa dia tidak kembali mengunjungi Dylan? Apa karena istri Dylan yang bisa dipastikan kini sudah ada di negeri ini?
Satu yang pasti, Silvi lagi-lagi masih mementingkan dirinya sendiri. Dia belum juga bertindak keras dan tegas terhadap dirinya.
Silvi duduk sendiri, merenung dalam keheningan. Tatapannya kosong, mencoba mengolah semua kata-kata yang didengarnya tiga hari lalu. Closure dan membuka hati kembali, dua hal yang seakan saling bertentangan di dalam dirinya.
Pertanyaannya pada Dr. Armitage terus bergema di benaknya, "Reopen my heart? For who exactly?"
Sementara jawaban dari Dr. Armitage hanya, "Ask yourself! Ask yourself! Ask yourself!"
Silvi merasa sebuah teka-teki yang rumit tengah menghadangnya. Pemikiran tentang masa lalu dengan Dylan, rasa sakit hati, dan pertanyaan tentang masa depan, semuanya bergelut dalam benaknya.
Beberapa saat berlalu, Silvi masih mencoba menggali jawaban dari dalam dirinya. Dia merasa adanya ketidakpastian, namun juga keberanian yang muncul dari dalam dirinya. Mungkin, seperti yang disarankan Dr. Armitage, inilah saatnya untuk membenahi hati dan meresapi perjalanan menuju kesembuhan, bukan hanya bagi Dylan tetapi juga untuk dirinya sendiri.
Silvi menghela napas dalam, membiarkan aroma harum kopi yang mengisi ruangan menenangkan pikirannya. Meski rasa bingung dan campur aduk emosi masih terasa, ada sedikit kelegaan karena menyadari langkah pertama menuju closure mungkin memang perlu diambil.
Percakapan dengan Dr. Armitage telah membuka lembaran baru dalam hidupnya, dan kini Silvi harus menghadapi tantangan tersebut dengan kepala tegak dan hati yang terbuka.
Tiga hari berlalu sejak pertemuan terakhir dengan Dr. Armitage, Silvi akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah sakit. Sesampainya di sana, ia menuju ruangan dokter tersebut dengan hati yang berdebar-debar. Dr. Armitage menyambutnya dengan senyuman hangat.
Kehadirannya di rumah sakit kembali memenuhi hati Silvi dengan ketegangan. Saat memasuki ruangan dokter, wajahnya mencerminkan campuran antara harapan dan kecemasan.
"How are you?" tanyanya begitu Silvi duduk.
"Good. I wouldn't be here if I wasn't fine, right?" jawab Silvi.
"Well... Perfect. Now, I have good news for you," lanjut Dr. Armitage.
"Spill it out, Doc!" ujar Silvi tersenyum.
"Silvi, Dylan sudah dipindahkan ke ruang rawat karena kondisinya sudah stabil. Saat ini, dia dalam daftar tunggu penerima donor. Semoga kita segera menemukan donor yang cocok untuknya," ucap Dr. Armitage memberikan kabar yang agak lega.
Silvi kembali tersenyum mendengarnya. Dia benar-benar merasa lega. Setidaknya, kini Dylan sudah membaik.
Namun, saat itu juga seseorang mengetuk pintu dan langsung membukanya. Kebetulan, pintunya memang tidak dikunci. Terlebih, dia sudah mempunyai janji temu di jam ini dengan Dr. Armitage.
"Hello," ujarnya.
Ternyata itu adalah istri Dylan yang memasuki ruangan.
Silvi dan Dr. Armitage lalu menoleh begitu pintu dibuka.
"You're expecting someone," ucap Silvi datar dengan tatapan yang masih melihat pada wanita di dekat pintu itu.
Perlahan, Dr. Armitage berdiri dari duduknya. Dengan perasaan yang canggung, dia berbicara pada Silvi, "I didn't know you'll come today. I'm sorry."
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEONE YOU LOVED : DYLAN WANG [THE SHORT FANFICTION]
FanfictionSERI 2 of [Short Fanfiction from Dylan Wang] ° ° ° Berlatar empat tahun setelah pertemuan di Las Vegas (Januari, 2020). Di bulan Juli tahun 2023 ini Silvi tengah bersiap memasuki semester lima di universitasnya. "Kamu memang belum bisa move on ya?"...