15. Sudden Bae

235 147 394
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM BACA!

Hei, para cegilnya Tristan... Jangan lupa kasih vote-nya sebelum baca, biar gak kelupaan 😉

Komen yang banyak di setiap paragraf/line biar rameee...

Biar kelen dapat notif setiap aku up Dear Insanity, don't forget masukin cerita ini ke perpus kalian ya.

🦋🦋🦋

Qiana duduk dengan gelisah di sebuah ruang tunggu di depan pintu Unit Gawat Darurat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Qiana duduk dengan gelisah di sebuah ruang tunggu di depan pintu Unit Gawat Darurat. Pandangannya terasa berat, dipenuhi kekhawatiran. Ia sudah menghubungi mama Tristan, memilih untuk tidak menghubungi papanya seperti yang diperintahkan lelaki itu. Namun, belum ada tanda-tanda kehadiran wanita paruh baya itu di sana.

KRIETTT!

Tiba-tiba, pintu UGD terbuka dengan keras. Qiana menoleh dan melihat sosok yang dikenalnya. Tristan melangkah keluar. Tangan Tristan, yang sebelumnya telah dibalut perban, kini telah dijahit dan dibalut kembali dengan rapi oleh dokter.

"Tristan!" panggil Qiana, berdiri tegak di depannya, "gimana keadaan kamu?" tanyanya dengan nada khawatir.

Tristan menatap Qiana, lalu menjawab, "Gue baik-baik aja, lo nggak usah khawatir," ujarnya. Matanya kemudian melihat ada sisa air mata yang masih menempel di kedua pipi Qiana. Dengan nada bercanda, Tristan berkata, "Jangan nangisin gue kayak gini, muka lo jelek kalo nangis." Ia menghapus air mata Qiana dengan ibu jarinya.

"Siapa yang nangis? Aku nggak nangis," bantah Qiana seraya menyingkirkan tangan Tristan dari wajahnya. Dia jadi salah tingkah.

"Air mata lo nggak bisa bohong," balas Tristan sambil tertawa kecil.

"Tristan!" teriak seorang wanita dari kejauhan. Keduanya menoleh ke arah sumber suara dan melihat seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik berjalan cepat ke arah mereka.

"Tristan, kenapa kamu bisa luka seperti ini, sayang?" Wanita itu, Farra—mama Tristan, mengusap pipi pucat Tristan dengan lembut. Farra terkejut saat Qiana menghubunginya dan mengatakan jika Tristan ditusuk oleh preman dan dibawa ke rumah sakit. Tanpa berpikir dua kali, Farra meminta sopirnya untuk segera mengantarnya ke rumah sakit.

"Mama, Tristan baik-baik aja. Ini cuma luka kecil," ujar Tristan, sambil menghapus air mata yang mengalir di pipi mamanya.

"Ini bukan pertama kalinya Mama lihat luka di tangan kamu," kata Farra dengan mata yang berkaca-kaca. "Baru setengah bulan yang lalu Mama lihat ada luka di tangan kamu, dan sekarang tangan kamu terluka lagi. Jangan bikin Mama khawatir, Nak." Farra memeluk Tristan erat.

Pemandangan itu membuat Qiana yang berdiri di antara mereka menatap dengan tatapan sedih dan bersalah. Pasalnya, luka yang dimaksud oleh Farra adalah luka yang disebabkan oleh dirinya saat Tristan terjatuh dari motor. Sekali lagi, Tristan terluka karena dirinya.

Dear Insanity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang