An-Other Side

32 0 0
                                    

Di tengah hujan, saat lampu kota telah menyala karena senja telah berganti menjadi malam yang akan panjang untukku, aku mengatung kedinginan atau bahkan sampai kelaparan, menahan semua beban dalam sebuah tubuh kecil sebagai seekor kucing yang sedari kecil ditinggal oleh induknya.

Aku iri pada mereka yang dapat berteduh di dalam rumah manusia, dipelihara dengan baik, hingga tumbuh dewasa, aku iri pada mereka yang selalu mendapatkan makanan yang layak untuk terus melanjutkan hidup. Namun di saat ini, kala hujan mengguyur tubuh kurus ku, terlintas sebuah perasaan yang membuatku menghilangkan semua rasa iri di dalam hati sebagai kucing jalanan. "Aku tak berhak iri terhadap sesuatu yang bukan untukku atau milikku" ucapku dalam hati sembari berjalan melewati lorong-lorong sempit nan lembab diantara gedung tinggi pencakar langit yang tak bisa ku lihat puncak nya.

Kala masih berjalan, tubuh kurus ku mengeluarkan bunyi tanda lapar yang sudah aku tahan dari sehari yang lalu, aku melihat sebuah tong sampah yang penuh, berharap ada makanan yang bisa aku makan disana. Aku berlari menggunakan tenaga yang ada, untuk segera sampai ke sebuah harapan yang berbentuk "tong sampah". Namun apa yang aku temukan hanya sampah-sampah kertas yang tak bisa dimakan sama sekali, sampah-sampah yang dihasilkan manusia dari aktivitas mereka sehari-sehari. Namun aku tak putus asa, karena kehidupan selalu mengajarkanku untuk selalu percaya apa yang aku yakini. Saat masih sibuk mengais sampah-sampah yang sudah mulai basah  karena hujan, aku menemukan sebuah kantong plastik berisikan tulang ayam yang sudah amat sangat tak layak untuk dimakan. Beginilah kehidupan mengajarkanku untuk selalu menerima apa yang aku dapatkan setelah aku berusaha.

Malam semakin menusuk tulang, dan hujan pun semakin deras menghantam aspal jalan, dari pinggir jalan aku melihat gemerlap lampu mobil saling sahut-sahutan mengantar manusia untuk pulang. Sementara aku masih saja sibuk mengurusi tubuh kurus yang harus ku isi dengan makanan agar besok aku tak mati tergeletak di tempat entah berantah. Aku bahkan tak tau apa itu arti kata "Rumah" yang kata mereka adalah tempat untuk berteduh dan merasa aman. Sedangkan aku, hanya seekor kucing jalanan, jangankan rumah, harga diri saja aku tak punya, ketika mengemis untuk di beri makan oleh manusia yang ku dapat hanya usiran bahkan sebuah tendangan tanpa perasaan. Aku sudah terbiasa terbuang, dicampakan, dihina dan dianggap pengganggu.

Hujan pun perlahan mereda dan aku masih sibuk mencari tempat hangat untuk ku beristirahat menyimpan tenaga untuk esok agar terus berjalan mencari sebuah kesempatan yang disebut oleh manusia "keluarga". Di sebuah kardus buangan manusia, di dekat tong sampah di belakang sebuah gedung tua yang sudah tak terawat, aku beristirahat disana. Menunggu pagi datang sembari berharap esok akan berubah seketika dalam hidupku. 

Suara hiruk-pikuk kota dengan aktivitas nya membuat aku tebangun, lalu lalang kendaraan dan manusia di sekitar membuat aku sesegera mungkin untuk pergi, kembali menyusuri gang-gang harapan. Selama ini aku hanya seekor kucing tanpa tujuan dan yang aku tahu hanyalah bertahan hidup untuk hari ini. Tak ada hal lain yang membuatku berfikir hidupku jauh lebih baik, tapi setidaknya aku berusaha untuk terus hidup dan bertahan agar tidak mati kelaparan. 

Sembari berjalan, aku sesekali berhenti dan melihat beberapa burung merpati yang tengah asyik bermain, namun ketika mereka melihatku, reaksi yang ku dapat adalah melihat mereka  terbang kembali ke udara karena ketakutan melihatku, ya… mungkin mereka pikir aku akan memakan mereka dan yang aku lakukan hanyalah melanjutkan langkah kaki kecilku ini ke tong sampah harapan atau manusia yang tengah asyik makan. Aku sudah sangat terbiasa dengan semua ini dan rasa ini membuatku membenci diriku sendiri.

Malam kembali datang menjemputku untuk selalu kedinginan. Tenagaku sudah sangat habis hari ini, tak banyak makanan yang ku dapat dan malam ini aku berada di komplek perumahan manusia yang rumahnya begitu sangat layak untuk di tinggali. Aku mencoba menyelinap ke belakang rumah dan berharap menemukan tempat untuk terlelap. Namun tiba-tiba dari kejauhan, secara samar, aku mendengar suara anak kucing yang tengah berupaya memanggil ibunya. Secara spontan aku menghampiri sumber suara, sekitar 20 meter aku melihat seekor anak kucing di pintu belakang rumah manusia. Aku menghampiri anak kucing itu agar dia tak merasa ketakutan atau kesepian. Setelah bersamaku, anak kucing itu pun terdiam dan ikut terlelap bersamaku di sebuah gudang rumah manusia.

Seketika di dalam hati kecilku muncul sebuah perasaan "ternyata seperti ini memiliki teman. Saat ada seseorang disampingmu, senyaman ini rasanya kehidupan." akhirnya aku memutuskan untuk menjaga anak kucing ini hingga besok pagi, sampai ibu dari anak kucing ini menjemputnya. Aku pun segera ikut terlelap karena melihat anak kucing ini terlelap di tubuh kurus ku. Di dalam tidurku, sudah sangat lama aku tak bermimpi dan malam ini sebuah mimpi datang padaku, mimpi dimana aku dirawat oleh manusia dan mempunyai pasangan yang begitu membuatku merasa sangat hangat namun ketika pagi datang, aku pun terbangun dari mimpi yang begitu kembali menghangatkan jiwa ku yang mati ini. Saat membuka mata, aku lihat ada seekor kucing betina yang tengah asyik menjilati anak kucing yang aku selamatkan semalam. Melihat semua ini, aku hanya bisa tersenyum melihat kebahagiaan seekor induk kucing yang kembali menemukan anaknya. 

Tak lama berselang, aku mendengar langkah kaki manusia menuju ke arahku. Aku seketika ketakutan, takut akan di usir atau di sirami air biar pergi. Aku pun segera bangkit dan bersembunyi di sela-sela tumpukan peti kayu. "Hai Pussy ternyata kau disana, dan akhirnya kamu menemukan anakmu, setelah semalaman kamu mencarinya di dalam rumah" ucap manusia itu kepada induk kucing berwarna putih dan bulunya yang begitu indah lebat. Aku pun semakin ketakutan dan menyembunyikan tubuh ku agar tak terlihat, namun induk kucing itu memberi tanda kepada tuan manusia nya untuk melihat kebelakang peti kayu, tempat aku bersembunyi. Aku pun semakin takut, aku takut akan reaksi manusia kepadaku ketiak mereka melihatku yang kurus dan tak terawat ini. Namun semua diluar ekspektasiku manusia itu cukup baik dan membawaku ke dalam rumahnya. Manusia itu menyelamatkan ku, memberi aku makan, membersihkan semua tubuhku yang sudah sangat kotor dan bau. Aku sangat berterimakasih dan merasa hidupku kembali menemukan sebuah arti berkat anak kucing dan induknya yang juga menolong ku. Akhirnya kami pun bisa hidup bersama dalam sebuah rumah yang cukup luas untuk di tinggali, aku pun mendapat makanan yang cukup setiap hari, tak merasakan kedinginan lagi dan tak harus mengais-ngais tong sampah yang selalu ku sebut dengan harapan.

Berbulan-bulan berlalu, ketika semuanya sudah sangat membuatku nyaman. Tiba-tiba manusia yang menolongku berniat membawaku ke sebuah penangkaran di tengah kota, karena mereka kembali mengadopsi kucing yang ras nya lebih bagus dari aku. Hari itu juga hari terakhir aku melihat Pussy dan Anaknya yang telah membuatku kembali semangat dalam menjalani kehidupan, namun semua sebentar lagi perasaan itu tak akan lagi aku rasakan, ketika aku tak bisa mengendalikan apa yang tak bisa aku kendalikan. Dengan hati yang begitu sakit dan hancur, aku terpaksa menuruti semua kenyataan yang ada di hadapan. 

Sangat perih rasanya kehilangan harapan, kehilangan alasan untuk terus mengejar mimpi-mimpi yang selama ini aku kubur dan kenyataan kembali menyadarkan ku untuk kembali mengubur semua mimpi yang mulai aku bangun. Siapalah aku, hanya seekor kucing jalanan yang berharap hidupnya lebih baik namun sepertinya itu bukan jalan hidupku.

Meski aku berusaha, namun takdir selalu mengajarkan aku tentang sebuah kehilangan.

Sangat berat rasanya kembali terpisah dengan mimpi yang selama ini aku perjuangkan. Kenyataan nya begitu pahit hingga hanya membuatku terdiam tanpa perlawanan saat di bawa ke penampungan hewan di tengah kota. Akhirnya aku sadar, aku tak gagal menjalani mimpiku sebagai seekor kucing, namun memang saja kenyataan nya tak seperti yang aku inginkan, dari kejadian ini membuatku belajar ikhlas menjalani takdir yang selalu aku tolak, namun takdirnya selalu kembali padaku, aku hanya seekor kucing jalanan yang takkan pernah menang dan sampai pada sisi seberang kehidupan yang aku jalani. 

                    *****The End*****







Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

An-Other Side Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang