Selamat membaca 🥰
✿︎✿︎✿︎
Jam pelajaran kelima akhirnya berakhir, sekarang ia harus siap menghadapi Joanna. Benar saja, tak butuh waktu lama Joanna sudah menariknya ke kantin dan mengambil posisi duduk di paling sudut.
"Alicia, kamu tak bisa menghindariku lagi." Ancam Joanna dengan mengangkat garpu yang ia acungkan padanya seolah Joanna siap menusuknya jika Alicia menghindar ataupun kabur.
Alicia ingin terkikik geli, tapi untung ia berhasil menahan diri. Bukan situasi yang tepat.
"Aku hanya tidak ingin melibatkanmu, Jo."
"Bukankah kita sahabat? Saling berbagi suka dan duka. Lalu.."
Alicia segera memotong ucapan yang sudah sering kali Joanna ucapkan. "Benar. Tapi dengan darah setengah penyihir yang kamu punya, itu sudah cukup alasan mereka akan ikut mengucilkanmu jika kamu membelaku. Toh, sekarang aku sudah menemukan solusi."
Joanna mendesah. "Untung saja begitu. Kamu benar-benar berhasil menciptakan sensasi di SMA Unity, Alicia. Sehari setelah ditolak kapten basket, kamu berpacaran dengan Mr. Perfect." Kalimat terakhir ia ucapkan dengan berlebihan.
"Hmm."
"Aku sangat khawatir. Kamu tahu, kan?"
Dengan senyum meyakinkan, Alicia menjawab, "Aku tahu." Ia hanya tak ingin Joanna terus mengkhawatirkannya. Lalu, Alicia menceritakan mengenai kemungkinan kutukan mimpi bisa sembuh jika ia bisa terus berdekatan dengan Valentine.
Setelah ia selesai bercerita, barulah Joanna berkomentar. "Alicia, bukankan itu artinya kamu sedang bermain api? Membakar api dengan api lainnya?"
Pertanyaan Joanna berhasil mengingatkan Alicia akan kemungkinan yang tidak ingin ia pikirkan. "Kita hanya pura-pura, Jo. Kamu tidak perlu khawatir."
"Tapi.."
"Sudahlah. Aku mau ke toilet dulu."
Sejujurnya, ia hanya ingin menghindari pertanyaan Joanna lebih lanjut. Sulit baginya mengarang sesuatu yang belum sempat ia pikirkan. Lebih tepatnya, tidak ingin ia pikirkan.
Begitu ia sampai di depan pintu dengan tulisan toilet wanita, seseorang menariknya masuk dengan kasar.
"James?"
James mengurung Alicia dengan kedua tangan di antara kepalanya. Sangat kontras dengan apa yang ia rasakan saat Valentine melakukan hal serupa. Dengan James, panik menyerang.
"James, apa yang sedang kamu lakukan?" Tanya Alicia cepat.
"Jadi kamu hanya pura-pura dengannya?" James menunjukkan wajah yang belum pernah pria itu tunjukkan. James terlihat liar. Alicia takut sesuatu yang buruk akan terjadi.
"Apa maksudmu?" Alicia berusaha mendorong James. Pria itu segera memerangkap masing-masing tangan Alicia dengan tangannya. Sekarang, Alicia merasa tak berdaya. "James, lepas!"
Dengan suara kasar, James berbisik di telinganya. Pria itu menekankan tiap kata, "Bukankah kamu bilang menyukaiku? Kenapa malah berpura-pura berpacaran dengan si murid baru itu? Ada berapa banyak pria yang kamu incar, hah?"
"James." Bibir Alicia bergetar. "Kamu memiliki Ana."
Jawaban James terdengar seolah pria itu melupakan Anastasia. "Kamu milikku."
"Bukan."
Dengan sudut bibir kanan terangkat, James tersenyum miring. "Yakin?"
James mendekatkan bibirnya, sedangkan Alicia berusaha menghindar.
Namun, tak peduli seberapa besar logikanya menolak, sekalipun ia telah diperlakukan secara kasar, hatinya berdegup kencang seolah antusias. Alicia tahu ini bukan keinginannya yang sesungguhnya. Ilusi mimpi yang membuat hatinya bereaksi semacam ini. Kutukan mimpi yang selalu emosi dalam dirinya.
Alicia terus berusaha menjauhkan kepalanya. Ia tidak ingin James berhasil mencium bibirnya. Ia merasa putus asa karena tenaga pria itu terlalu kuat.
Tiba-tiba seseorang memukul James hingga tersungkur, Alicia ikut terhuyung karena kehilangan keseimbangan. Alicia beruntung saat seseorang membantunya berdiri. Ternyata salah satu teman Valentine.
Alicia terkejut melihat aksi di depannya.
Valentine meninju James seolah hendak membunuh. Serangan Valentine sangat brutal. Dengan mata tajam yang berubah sepenuhnya hitam kelam, tak terlihat ada ampunan disana. Satu pria lagi berusaha menahan Valentine, namun sepertinya dia kewalahan.
"Hanya kamu yang bisa menenangkan Valentine, Alicia." Ucap pria yang membantunya berdiri. "Hanya kamu yang bisa menyentuhnya dalam situasi semacam ini."
Alicia mengangguk setuju. Entah mendapat keyakinan dari mana, ia hanya mengikuti insting dan melangkah mendekati pria yang sedang kehilangan kontrol di depannya. Alica melangkah pelan.
"Val." Panggil Alicia.
Mendengar namanya dipanggil, Valentine menoleh. Hanya karena Alicia yang memanggil. Padahal sebelumnya pria yang menahannya sudah memanggilnya berkali-kali, tapi seolah telinganya tuli, Valentine tak bereaksi apapun. Hanya Alicia.
Cukup dua langkah, Valentine terlebih dahulu mendorong Alicia ke tembok. Sekalipun tindakannya kasar, tapi Alicia tak merasakan sakitnya hantaman tubuhnya ke dinding. Valentine menahan tubuh dan kepala Alicia dengan tangannya yang menghantam tembok di belakang punggung Alicia. Sekarang, Valentine terasa seolah sedang memeluk tubuhnya.
Bukannya takut akan kebrutalan Valentine, Alicia justru merasa aman.
"Alicia, kamu hanya.." Sebelum James berhasil menyelesaikan ucapannya, Valentine menggeram dan menoleh ke arahnya.
Dasar pria bodoh! Seharusnya dia diam.
Sepertinya James tidak sadar kalau dia hampir saja mati hingga masih berani menarik perhatian Valentine lagi.
Alicia segera memegang kedua pipi Valentine dengan kedua tangan agar perhatian pria itu kembali padanya. "Aku disini."
Sementara perhatian Valentine kembali padanya, dua pria yang membantu melerai tadi pergi dengan membawa James. Lebih tepatnya, menyeret James yang mengaduh kesakitan.
Sekarang, ia harus fokus menenangkan Valentine. Tapi, bagaimana? Ia belum pernah bertemu dengan Lycan sebelumnya. Apalagi membaca sesuatu tentang cara menenangkan Lycan yang mengamuk. Andai saja ada tutorial di internet.
Tapi sepertinya ia tak perlu melakukan apapun.
Valentine menunduk seperti yang ia lakukan di mobil, lalu menghirup aroma tubuhnya. Hal yang mengejutkan, pria itu mencium lehernya. Lidahnya membuat jantung Alicia bergejolak tak karuan.
Alicia berdiri kaku tak berani bergerak saat pria itu bermain di lehernya. Ia tak tahu berapa lama waktu berlalu, momen berdua dengan Valentine mulai membuatnya lupa waktu.
"Alicia, my sunshine." Ucap Valentine saat kembali menatapnya. Kali ini, matanya telah kembali normal.
Alicia selalu suka cara Valentine memanggilnya. Sunshine.
"Aku disini, Val."
✿︎✿︎✿︎
Tinggalkan vote, yuk, biar Scarlett semangat nulisnya.
Thank you 🥰
_____________
September 12, 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Royal Lycan Series
Fantasy[21+] Royal Lycan Series Book 1: Alicia [end] Book 2: Lorenzo [ongoing] Book 3: Cordelia [tba] Book 4: Archer [tba]