2nd Notes

332 44 25
                                    

Ketegangan bergetar di udara saat Wu Xie merasakan satu guncangan yang seolah memaksanya terjaga. Matanya terbuka nyalang, lurus pada satu titik di langit-langit kamar. Kepalanya serasa terbenam di bantal. Hembusan angin dingin menyelinap lewat ventilasi udara membuat tubuhnya gemetar karena rasa dingin yang tidak wajar. Apakah di luar hujan? Mengapa udara terasa sangat dingin?
Menarik selimut hingga ke leher, Wu Xie mencoba untuk tidur lagi. Dia tidak mengalami mimpi buruk, tidak memiliki riwayat gangguan tidur maupun kecemasan. Dia hanya merasa seseorang berusaha membangunkannya. Tetapi saat ia membuka mata dan benar-benar terjaga, tak ada apa pun di kamarnya. Bahkan tidak seekor cicak. Suasana kamar tidak terlalu terang karena hanya mengandalkan cahaya kekuningan dari lampu tidur di atas meja nakas. Namun dalam keremangan, Wu Xie masih bisa melihat dengan jelas. Menyimpulkan bahwa itu hanya kecemasan yang wajar akibat dari tidur di rumah baru, Wu Xie menghembuskan napas, kembali memejamkan mata.

Angin mulai mereda karena suara gesekan dedaunan di luar rumah tak lagi terdengar sejelas sebelumnya. Lalu suara-suara lain mulai berdatangan dari luar kamar. Menggema, jelas bukan datang dari luar rumah. Sekali lagi Wu Xie membuka mata, dadanya menegang.

Piano!

Dia mengerjapkan mata. Denting piano yang ditekan satu per satu dalam jeda lambat. Siapa yang memainkan piano pada jam seperti ini? Mungkinkah tetangga?

Wu Xie menggapai ponsel di atas meja nakas, menyipitkan mata pada layar. Satu jam lewat tengah malam.

Astaga ....

Nada-nada sumbang, menyayat kesunyian malam. Ini tidak bagus. Sepertinya seseorang menyelusup ke dalam rumah dan menekan tuts piano dalam keisengan yang sulit dipahami. Wu Xie menajamkan pendengaran, berharap ia keliru. Bahwa denting piano memang berasal dari rumah tetangganya.

Hening sejenak. Cukup untuk membuat Wu Xie lega dan menyimpulkan bahwa ia telah berhalusinasi. Namun itu tidak lama. Satu tekanan pada tuts lagi, menghentak, kemudian nada berikutnya pelan. Melodi asing yang tak pernah dia dengar.

Cukup sudah! Ini menyebalkan!

Dengan sedikit jengkel, Wu Xie menyibak selimut dan menurunkan kaki ke lantai. Dia lumayan tersentak oleh fakta bahwa betapa dinginnya lantai di bawah kakinya. Padahal dia tidak menyalakan pendingin ruangan. Mungkin karena posisi kawasan ini dekat dengan perbukitan. Logikanya terus berjalan sementara ia mulai melangkah ke pintu, tidak sabar ingin menangkap basah penyusup sialan.

Seperti seorang pencuri di rumah sendiri, Wu Xie mengendap-endap, membuka pintu kamar dengan hati-hati untuk meminimalisir suara. Ruangan tengah gelap. Dia sengaja menyisakan satu lampu kecil yang ditanam di dinding di titik tengah antara ruang tamu dan ruang makan merangkap dapur. Seharusnya pendar cahaya lemah dari lampu itu cukup untuk menangkap bayangan seseorang. Sosok misterius yang menyusup dan memainkan piano di tengah malam. Wu Xie mengedarkan pandangan. Dalam sekejap denting piano menghilang, sirna ditelan kesunyian yang mengerikan. Desahan napas Wu Xie adalah satu-satunya suara yang terdengar, bahkan kali ini pun dia menahannya.

Tak ada siapa pun dalam ruangan. Tidak juga di depan piano. Kursi pendek berlapis busa yang ditempatkan di depan piano tampak tidak bergerak dari tempatnya. Tak ada tanda-tanda jejak manusia. Semua benda membisu dalam gelap, dan ukiran wajah-wajah meringis di atas lemari pajang terlihat seperti mengejeknya.

Ini aneh ....

Wu Xie mengerutkan kening. Temperatur di ruang tamu pun anjlok, sama seperti di dalam kamar. Tanpa bisa dihindari, tubuhnya dirayapi perasaan merinding. Wu Xie bukan orang yang penakut, bahkan sejujurnya dia sangat pemberani. Saking pemberaninya, ia kerap melakukan tindakan nekad dan ceroboh hanya karena ingin menyelidiki sesuatu. Sebagai tambahan informasi, dia dikaruniai ketajaman indra keenam. Hal itu terungkap saat dia berusia sepuluh tahun dan mengikuti paman ketiga dan paman kedua dalam satu misi pencarian benda antik di gua misterius areal bekas tambang. Saat itu dia terus menerus dihantui sosok wanita dengan kepala gorgon. Awalnya Wu Xie merasa takut, kemudian heran dan penasaran. Dia bingung mengapa sosok itu tidak mengganggunya dan hanya berdiri menampakkan diri. Bangga dengan sosoknya yang mengerikan. Ketika dia menceritakan hal itu pada paman ketiga, dia berkata,

𝐏𝐬𝐲𝐜𝐡𝐨𝐩𝐚𝐭𝐡 𝐏𝐫𝐢𝐯𝐚𝐭𝐞 𝐍𝐨𝐭𝐞𝐬 (𝐏𝐢𝐧𝐠𝐱𝐢𝐞 𝐕𝐞𝐫𝐬𝐢𝐨𝐧) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang