kosong

55 6 1
                                    


“Kali ini, kau akan membawa ku kemana?” tanya Pelita sembari memejamkan matanya guna menikmati hembusan angin.

Gulita menoleh singkat ke arah samping, “cafe mungkin? Aku dengar, makanan nya enak semua.”

“Apa kau tidak terlalu boros? Bukankah pelayan bisa menyajikan apa saja yang kau inginkan dirumah?”

Gulita memelankan laju motornya saat mendengar penuturan Pelita. “Dengar, selagi ini masih atas ajakan ku, jangan khawatir.”

Saat sampai, Pelita langsung melepaskan helm fullface berwarna hitamnya, begitupun dengan Gulita. Keduanya masuk ke dalam cafe itu secara bersamaan.

Pelita cukup kagum dengan penataan ruangannya. Sangat indah. Begitu banyak pajangan yang enak dipandang, serta figure figure keren di setiap meja. Nuansa modern bercampur barang antik itu menjadi perpaduan yang pas.

“Sudah ku bilang, kan? Kita takkan menyesal kesini.” Ucap Gulita sombong.

Pelita terkekeh. “bagaimana jika duduk di pojok saja? Angin luar jauh lebih sejuk....”

Anything you want. Duduk dimana pun yang kau mau.” balas Gulita.

Setelah mendapat jawaban, Pelita langsung  duduk tenang bak anak kecil di tempat yang ia pilih.

Gulita segera menyusul si manis ke tepi jendela. Ia mendudukkan dirinya dengan posisi senyaman nya.

“ada sesuatu yang ingin kau pesan?” tanya Gulita lembut.

“Aku mengikut. Asalkan jangan yang berbahan kacang hehe.”

Gulita mengangguk paham. Setelahnya, ia memanggil sang waiters untuk memesan makanan yang ia ingin makan.

Tak lama setelah itu, ponsel Gulita berbunyi terus menerus. Gulita mencoba mengabaikannya, tetapi mendengar notifikasi itu kian berbunyi semakin banyak, ia pun mengambil ponsel yang berada di sakunya.

Matanya melotot kaget.

Sial.

“Pelita, maaf aku harus mengatakan ini, tapi ... aku akan pergi sebentar, kau tak apa bila sendiri disini? Oh ya, pegang kredit ini, jaga - jaga jika aku sedikit terlambat
” Tutur Gulita tak enak.

Pelita memiliki banyak pertanyaan. Ada apa? “aku bisa!” balasnya.

Usai mendapat jawaban, Gulita buru - buru pergi.

.

.

.

.

“huh....”

Entah sudah berapa kali Pelita menghela nafas. Ia bosan. Sangat bosan. Wajahnya memunculkan ekspresi sedih. Dapat ditebak mengapa ia seperti itu.

Gulita tak kunjung datang, bahkan Pelita telah menunggu lebih dari dua jam lamanya. Bagaimana ini ... ia harus membantu yang lain di rumah Gulita. Tahu begini, ia akan minta dipulangkan saja.

“Pelita?”

Merasakan sentuhan di pundak kanannya, Pelita segera menoleh untuk mengetahui pelakunya.

“Orion?”

“Kebetulan sekali ya? Sedang apa disini?” Tanya Orion sembari menempatkan dirinya pas di hadapan Pelita duduk.

“aku menunggu Gulita..”

“Eh? Ah ... baiklah, mau menemaniku mengobrol sebentar?”

“Boleh,”

Pelita tercekat, “em ... sebelumnya, aku ingin bertanya sesuatu.”

Orion mengangkat satu alisnya. “Tanyakan saja.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

lilin redupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang