Setelah pelantikan kemarin, Pak Aji meminta Dewa dan Adit ke ruang guru untuk membicarakan penyerahan uang ke panti asuhan. Pak Aji meminta Dewa untuk mengajak tim Nobis ikut berpartisipasi. Semua acara sudah diatur oleh dewan guru. Mereka terima beres. Tapi…
“Apa? Di mana?” tanya Dewa kepada seseorang yang sedang meneleponnya. Dewa bangkit dari kursinya. Defga datang menghampiri Dewa. Defga mengangkat kedua alisnya. Dewa bergumam menyebut nama Adit. Defga menoleh ke arah teman-teman yang lain. Dia berkata Adit lalu mengangkat kedua bahunya. Dia belum tahu maksud Dewa apa tentang Adit.
“Astaga! Pantas saja nggak datang-datang. Ya udah gua ke sana sekarang. Gua bakal bilang sama dewan guru.”
Dewa bergegas keluar tapi dihalangi Defga, “Cerita dulu baru kabur.”
“Adit kecelakaan. Krisna teman sekelasnya yang mau ikut acara ini telepon gua. Dia diberi tahu mamanya Adit. Adit sekarang di rumah sakit. Gua mau ke sana.”
“Stop! Jangan! Hari ini acara Anda. Masalah Adit biar saya saja yang ke sana,” kata Defga.
“Defga benar. Lebih baik kita bicarakan dulu sama dewan guru. Setelah acara selesai, kita susul Adit ke rumah sakit,” imbuh Nona.
Dewa menghembuskan napasnya dengan keras. Dia merasa khawatir dengan Adit. Dewa menceritakan kronologi yang disampaikan Krisna. Bisanya di saat momen penting seperti ini dia kecelakaan. Seperti ada yang ganjal. Kenapa saat mereka mau maju, selalu ada masalah. Apakah ada orang yang tidak suka? Feeling Dewa berkata iya. Pasti ada yang sengaja mencelakai Adit.
Dewan guru beserta Pak Aji masuk ke ruangan. Steffy mewakili Dewa yang masih panik untuk bercerita. Kronologi Adit kecelakaan dijelaskan oleh Steffy. Pihak sekolah memutuskan bahwa acara tetap akan dilaksanakan. Dewa tetap ikut ke panti asuhan. Pak Aji memerintahkan Defga dan Nona untuk ke rumah sakit. Sedangkan yang lain ikut Dewa. Setelah acara selesai, mereka boleh menjenguk Adit.
***
Adit sudah berada di bangsal VIP. Kondisi tubuhnya tidak baik-baik saja. Banyak selang yang terpasang. Cervical collar juga terpasang dileher Adit.
“Terima kasih, ya kalian sudah datang. Maaf merepotkan kalian,” kata ayahnya Adit ketika Defga dan Nona sudah sampai di rumah sakit.
“Nggak repot, Om. Adit kan teman kami,” jawab Nona.
“Dewan guru bagaimana? Seharusnya Adit di sana.”
“Aman, Om. Ada Dewa semua beres. Lagipula kita juga tidak tahu bakal ada kejadian ini,” kata Defga.
Mamanya Adit tidak sadar dengan kehadiran Defga dan Nona. Mamanya Adit sedari tadi hanya termenung menatap kaca pintu bangsal. Mereka tidak boleh masuk karena Adit masih dalam penanganan dan ruangan harus steril.
“Apa tante salah ngasih nama Adit, ya?” kata mamanya Adit yang tiba-tiba berbicara.
Defga dan Nona mengerutkan dahi. Apa yang salah?
“Aditya Mara Apriliawan. Seharusnya tante tidak memberikan nama Mara buat Adit.”“Maaf tante, kenapa ya?” tanya Nona yang penasaran.
“Mara sebenarnya singkatan dari Mahdi dan Ratih. Tapi… ternyata berarti bencana. Jadinya seperti ini deh. Adit sering mengalami kesialan.” Ayah Adit yang mendengar itu hanya lesuh menundukkan kepala.
“Jangan gitu tante. Aku rasa ini memang sudah kehendak Tuhan. Aku aja yang namanya biasa aja juga sering mengalami masalah,” jawab Nona mencoba menenangkan mamanya Adit.
Mama Adit menyeka matanya. Dia kembali melihat wajah anaknya dari jauh. Kecelakaan yang terjadi ternyata parah. Saat itu jalanan gang termasuk sepi. Sehingga tidak ada yang tahu kronologi jelasnya. Yang mereka terima dari orang-orang sekitar sana hanya ada suara tabrakan cukup keras dan mengagetkan warga. Beberapa warga keluar dan melihat bahwa Adit sudah tergeletak. Helm yang digunakan terhempas. Motor juga menabrak dinding salah satu toko. Badan Adit tergeletak di tengah jalan. Untung saja tidak ada kendaraan lain yang melintas. Bisa saja badan Adit terlindas. Sayangnya pula, CCTV di sekitar sana tidak menunjukkan video yang jelas karena posisi CCTV terhalangi pohon. Yang terlihat hanya ada motor melaju kencang dari arah belakang Adit, lalu menerjangnya begitu saja. Motor itu putar balik dan kabur sekencang-kencangnya agar tidak terdeteksi oleh warga. Dilihat dari bentuk motor dan ciri-ciri pengendara adalah laki-laki. Dari jaket yang digunakan seperti jaket gang motor. Hanya saja tidak jelas warna jaket dan motornya. Kasus ini sudah dilaporkan ke polisi dan akan ditindaklanjuti. Kata polisi, jika saksi dan bukti tidak jelas, kasus ini akan susah ditangani. Kasus ini bisa dianggap kecelakaan biasa.
Lisa, Pak Aji, dewan guru, juga tim Nobis akhirnya datang juga. Mereka tidak percaya melihat kondisi Adit yang parah. Mereka tidak berani menanyakan kondisi Adit karena mamanya Adit masih terlihat kalut. Begitu juga dengan ayahnya. Nona meminta izin menjelaskan kronologi kecelakaan. Ayahnya Adit mengizinkan.
Defga menepuk pundak Dewa. Defga menghindari kerumunan teman-temannya. Dewa mengikuti langkah Defga.
“Kasus ini sudah dilaporkan ke polisi. Serahkan saja ke pihak yang berwajib. Tenanglah.”
“Nggak bisa El! Gua tetap nggak tenang. Gua harus cari tahu sendiri siapa yang berani mengusik orang-orang sekitar gua.”
“Saya sudah cari tahu. Saya dapat jawabannya.”
Dewa mendongakkan wajahnya yang lusuh itu, “Sumpah?”
Defga tersenyum, “Lo memang yang terbaik El!” Dewa memeluk badan Defga.
Defga yang risih menyingkirkan badannya, “Tapi… saya nggak mau ada yang tahu. Cukup kita berdua. Steffy juga jangan. Biar tangan kita yang bergerak. Gimana?”
“Your word is my command, Bro! Kata-kata itu nggak akan berubah dari kita kecil dan sampai selamanya. Gua selalu percaya sama lo!” Defga tersenyum lega. Dia mengajak Dewa tos kebangsaan.
Mereka pun kembali ke bangsal. Pak Aji membisikkan sesuatu ke Dewa. Dewa mengangguk. Dari gerakan bibirnya, sepertinya dia berkata siap merangkap tugas di OSIS. Karena, sebentar lagi akan ada perekrutan pengurus OSIS yang baru. Sembari mengurus perekrutan, juga menunggu kesembuhan Adit.
KAMU SEDANG MEMBACA
"L" Letter
Teen FictionSurat yang ditulis oleh inisial "L" menggemparkan Eliams -penghuni Eliam High School-. Surat yang berisi teror, tuduhan, dan adu domba menyerang antarsiswa super power. Surat singkat yang berhasil mencobak-cabik seluruh sekolah. Terutama, saat Defg...