Kecepatan dan Perhitungan

129 15 0
                                    

BRAAKKK! BRAAKK!!! BRAAAKK!!!

“Sial! Ada apa dengan pintu ini? Padahal hanya terbuat dari kayu lapuk dan ditembel dengan papan kayu yang tipis, tapi pukulanku tidak mampu menghancurkannya! Ini aneh sekali! Padahal tinjuku ini, bisa menghancurkan bongkahan batu dengan mudah!” rutuk Raga.

Selagi Raga masih berusaha menghancurkan pintu, dari ujung ruangan, sepasang bola mata berwarna merah menyala muncul dari kegelapan. Tak ada yang terlihat di kegelapan itu selain bola mata dengan pupil yang meruncing tajam

“Daging pendekar.... ini akan menjadi hidangan yang mengenyangkan sekaligus menyenangkan,” sebuah suara muncul dari arah kegelapan tersebut.

Seketika Raga menoleh saat mendengar suara tersebut. Dan wajahnya seketika memucat saat melihat sepasang mata itu. Tak hanya berwarna merah, mata yang mirip mata binatang buas itu, memiliki ukuran yang cukup besar. Hampir sebesar kepala orang dewasa.

“Wajah ketakutan itu, hahaha.... aku suka sekali raut mukamu itu. Terlihat natural,” suara itu kembali muncul.

Raga tak tahu ada sosok apa di ujung kegelapan sana. Hanya saja, ia merasakan aura yang sangat mencekam. Seakan-akan, ada sosok malaikat pencabut nyawa di sana.

Dengan tubuh gemetaran hebat, Raga berusaha meraih ketenangan dirinya. Perlahan tapi pasti, Raga memasang kuda-kuda.

“Hmph! Bagaimana kau bisa mempertahankan kuda-kudamu jika seluruh tubuhmu gemetaran seperti itu? Padahal, aku belum menunjukkan sosokku. Tapi kau, sudah ketakutan seperti seekor lalat. Menyedihkan sekali!”

“Berisik! Cepat keluar dan jangan bersembunyi di sana! Aku akan melawanmu meski sekuat apa pun dirimu!” seru Raga berusaha menumbuhkan keberaniannya.

‘Jika dilihat dari mata itu, sepertinya, sosok ini adalah siluman!’ pikir Raga.

“HAHAHAHA.... bagus.. bagus... memang seharusnya seperti itu. Aku tidak suka dengan santapan yang mudah didapat,” ucap makhluk itu lalu muncul dari kegelapan.

Mata Raga langsung melebar. Ketakutannya juga langsung mencuat tinggi. Tatkala pemilik mata berwarna merah menyala keluar dari kegelapan.

Mata merah, yang sebelumnya setinggi manusia dewasa. Kini menjulang tinggi hingga Raga harus mendongak. 

Tubuh Raga membatu, keringat muncul di hampir seluruh pori-pori kulitnya. Tak pernah ia merasakan ketakutan semacam ini.  

“Hoho.... apa aku terlihat semengerikan itu? Ayolah... jangan ketakutan seperti itu. Tunjukkan keberanianmu yang tadi yang hanya setipis kertas. Aku sudah katakan kepadamu kan? Aku tidak suka dengan santapan yang mudah. Jadi mari bertarung sebentar.”

***  

“Kau tahu? Adikku itu, menyukai sebuah hiburan kecil sebelum makan. Dia sering sekali menyiksa mangsanya sebelum disantap habis. Dan dia, adalah siluman 500 tahun yang cukup kuat. Dia bahkan pernah ikut dalam pertempuran antar ras setengah abad yang lalu. Jadi kekuatannya, tidak dapat diragukan lagi. Seharusnya, kau tadi tidak perlu ragu dan ikut masuk ke dalam. Jika sudah seperti ini, muridmu itu, hanya akan menjadi makanan membosankan yang tak akan bisa berkutik sedikit pun,” ucap siluman serigala yang berhadapan dengan Datuk Setyo.

Legenda Belati Songgoh Nyowo (jilid 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang