Penculikan

32 1 0
                                    

Elang terbangun dari tidurnya. Tidur yang membuatnya pusing. Semua yang ada dihadapannya sekarang gelap. Sekilas hanya ada gerakan cahaya seperti senter gawai yang digunakan untuk penunjuk jalan. Bagaimana tidak gelap? Matanya tertutup. Ikat mata telah membutakan matanya. Dia coba memberontak tapi tidak bisa. Dia menggeserkan tubuhnya untuk mencari Shalom. Dia tenang. Shalom ada disampingnya. Bukan hanya ada mereka berdua. Di sisi kanan Elang, ada suara tidak jelas. Suara orang yang dibungkam mulutnya sama seperti dirinya. Dari arah belakang Shalom juga seperti itu. Mereka yang mulutnya terbungkam berusaha berteriak sampai semua tubuh mereka kebas.

Cahaya menjadi terang. Satu per satu ikat mata dilepas. Elang, Shalom, Nona, dan Asta. Mereca menjadi korban sekap. Di depan mereka ada sepuluh pria berbadan besar –sepertinya bodyguard–. Mereka saling menatap. Kenapa mereka diculik? Salah satu bodyguard berkata agar mereka mengingat-ingat terakhir mereka ke mana kok bisa diculik.

Elang dan Shalom setelah keluar dari penjara, mereka pergi naik motor. Di jalan yang sepi, mereka dihentikan beberapa motor. Elang membuka helmnya. Disaat itulah mulutnya dibungkam sapu tangan berbius. Begitu juga dengan Shalom. Tiba-tiba mereka hilang.

Mata Asta terbelalak. Dia terakhir bersama Bella. Dia mengantarkan Bella pulang. Habis itu dia lupa. Matanya menyelidik tiap sudut ruangan. Tapi nihil. Tidak ada Bella. Kalau dia di sini, Bella di mana? Tidak mungkin hanya dia, seharusnya Bella juga diculik. Nona mengerutkan alisnya. Dia masih merasa pusing. Dia coba mengingat-ingat yang terjadi. Terakhir dia pergi dengan Defga. Defga memberinya minum di mobil. Setelah itu, dia lupa. Tiba-tiba dia sudah ada di ruangan ini.

Bodyguard-bodyguard tadi menepi. Sekarang, mereka berhadapan dengan layar putih besar. Salah satu bodyguard menayangkan video. Video pertama adalah kegiatan siswa-siswi di Eliam High School. Video kedua, penampilan video kelakuan Elang yang sering merundung teman-temannya.
Video ketiga, bukan berupa film, tetapi foto. Ada foto Nona dan Elang. Ada apa dengan mereka? Bodyguard mengeraskan audio. Percakapan antara Nona dan Elang.

“Kok lo nggak bilang kalau mereka ganti rencana?”

“Aku nggak tahu Lang kalau mereka ganti. Mereka bilang kalau mau menampilan nge-band saat PERHELATAN. Sumpah, Lang!”

“Arghhh!!! Gagal!”

“Setidaknya tentang Party Dorks aku benar dan kamu berhasil menjatuhkan mereka, kan?”

“Hampir! Bukan berhasil! Pokoknya besok saat Sawala, mereka harus gagal!”

Prokk!!! Prokk!! Prokk!!

Suara tepuk tangan masuk dari belakang Elang, Shalom, Asta, dan Nona. Mereka menoleh ke belakang. Dewa, Steffy, Defga, Bella, Lutfi, dan Lisa yang ada di balik ini semua. Mereka berdiri di samping layar. Lisa memberi kode ke bodyguard untuk melepaskan lakban yang membaluti mulut Elang. Mulut para sandera yang lain belum dibuka. 

“Sialan kalian semua! Ini ulah kalian? Kok bisa? Kalian sekongkol? Oh! Bella dan Lutfi berkhianat?” tanya Elang tanpa jeda.

“Kami nggak berkhianat, kok,” kata Lutfi, “Justru kami setia.”

“Ada prinsip yang kami pegang dari SD. Kami nggak takut kehilangan teman dan uang. Asalkan kami tetap bersama. Gua… nggak takut kehilangan Pink Lowkey dan yang lain asalkan tidak mereka,” jawab Bella sambil menunjuk ke arah Defga, Lutfi, Lisa, Steffy, dan Dewa.

“Setan!” murka Elang.

Defga meminta bodyguard menutup kembali mulut Elang yang cerewet. Dia mulai pekak dengan teriakan cempreng Elang.

“Biar gua yang ngomong, Bro!” pinta Dewa ke Defga. Defga mengizinkan.

“For your information. Kami berenam sudah bersahabat dari SD. Kami sudah berjanji untuk saling setia sampai mati. Jadi, kalau kalian mengira kami pengkhianat, iya! Berkhianat untuk kalian.”

"L" LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang