Pukul 23.30. Pesta di rumah Bella sudah selesai. Elang dkk sudah pulang sedangkan Pink Lowkey ingin tidur di sana. Tapi Bella sedang malas. Di sweet 17 yang pahit, dia mau sendiri merenung. Bunda meminta pengertian dari Pink Lowkey. Mereka semua paham kalau Bella sedang penat dengan permasalahan di sekolah. Pink Lowkey izin pamit. Bella masuk ke kamarnya. Bunda mengikutinya.
"Bee, bersih-bersih dulu ya. Jangan tidur pakai baju pesta."
"Iya, Bun."
"Bunda nungguin kamu beres-beres, ya." Bella mengangguk.
Kemudian Bella masuk kamar mandi. Setengah jam kemudian, tepat pukul 00.00. Bella keluar dari kamar mandi. Kamarnya gelap. Bella ketakutan. Dia phobia gelap.
"Bunda!!" teriak Bella.
Saat mau keluar kamar, tiba-tiba ada cahaya korek api menyala. Kemudian disusul lampu LED warna krem berkedip pelan mengelilingi ruangan.
"Selamat ulang tahun, Dee."
Lelaki yang memegang kue itu mendekati Bella. Bella diam terpaku. Dia tidak menyangka akan didatangi kekasihnya yang lama tidak dia hubungi –tidak saling komunikasi tepatnya. Bella tersenyum. Tidak terasa dia meneteskan air mata. Air mata rindu.
Lelaki itu mengusap air mata Bella dan mencium keningnya.
"Make a wish lalu tiup lilinnya!" perintah lelaki itu. Bella menggenggam kedua tangannya. Dia membuat permohonan dalam hati. Lalu meniup lilin.Lelaki itu meletakkan kue yang ia pegang di meja samping tempat tidur Bella. Ia pegang tangan wanita kesayangannya. Mereka saling tatap tanpa ada perkataan yang keluar dari mulut mereka. Mereka komunikasi dengan mata. Tatapan rindu.
Defga, lelaki itu berlutut di hadapan Bella dan mengeluarkan sebuah kotak. Kotak berisi cincin."Will you marry me?"
Bella terkejut. Dia tidak menyangka akan dilamar secepat ini oleh Defga. Dia menarik tangan Defga agar berdiri. Defga mengerutkan dahinya."Dee kita masih..." Defga memundurkan langkahnya.
Bella yang melihat reaksi itu menarik lagi tangan Defga dan berkata, "I will. I will always stay with you forever, Dee. It's our dream. We have promised it!"
"Tapi kamu ragu."
"Nggak sama sekali. Hanya saja kita masih sekolah dan nggak mungkin besok nikah, Dee."
Defga tertawa terbahak-bahak, "Nggak besok juga. Aku juga masih mau sekolah dan kuliah. Kan kita udah janji bakal nikah setelah kuliah."
Kali ini Bella yang tertawa keras. Dia menutup mukanya. Dia malu. Hal apa yang dia pikirkan. Dia mengulurkan tangan kirinya. Bella mengkode Defga agar menyematkan cincin itu ke jari manisnya. Defga memasangnya. Bella pun mengambil cincin satu lagi untuk dipasangkan ke jari manis kiri Def. Mereka tertawa kecil.
Defga mendekatkan wajahnya ke wajah Bella. Dua bibir saling menyatu. Lambat dan lama. Mereka meluapkan perasaan yang selama ini mereka pendam. Berkomitmen dari SD sampai sekarang dan baru kali ini mereka memiliki masalah yang membuat mereka berpisah. Kini, masalah mereka selesai –dianggap selesai. Tidak perlu ada perdebatan lagi. Mereka kini kembali bersatu dan bertaut.
"Guys! Udah selesai belum mesra-mesraannya?" teriak Dewa dari luar jendela.
"Huffft!!! Dasar Dewa ganggu aja."
"Udah, nggak apa-apa. Kita ke bawah aja, yuk. Nemuin mereka," ajak Bella.
Defga menautkan tangannya dengan tangan Bella. Mereka bergandengan tangan keluar menemui teman-temannya. Lutfi, Lisa, Dewa, dan Steffy bertepuk tangan menyambut mereka. Ada mama dan papa Defga juga ayah dan bunda Bella.
KAMU SEDANG MEMBACA
"L" Letter
Teen FictionSurat yang ditulis oleh inisial "L" menggemparkan Eliams -penghuni Eliam High School-. Surat yang berisi teror, tuduhan, dan adu domba menyerang antarsiswa super power. Surat singkat yang berhasil mencobak-cabik seluruh sekolah. Terutama, saat Defg...