Markas Pusat Angkatan Laut.
Kantor Laksamana Armada.
"Akhir-akhir ini kualitas marinir menurun, dari puluhan ribu yang lewat hanya segelintir yang berkualitas. Dan penurunan ini terus terjadi setiap tahunnya.
Belum lagi kemarin aku mendapat kabar bahwa salah satu bajak laut di East Blue menumbangkan seluruh pasukan marinir di Logue Town, itu sebuah kabar yang memalukan." Keluh Sengoku.
"Whahahaha!!! Hidup itu dijalankan bukan dipikirkan."
Seperti biasa Garp tidak suka suasana depresi dan memutuskan untuk mengubahnya dengan caranya sendiri.
"Garp!!!" Teriak Sengoku.
Tentu saja Sengoku tidak suka dengan leluconnya saat ini, tapi, ia tidak bisa melakukan selain marah pada Garp, karena pada akhirnya Garp adalah rekan seangkatan sekaligus simbol pahlawan bagi Angkatan Laut.
Sebagai Laksamana Armada pekerjaan Sengoku amat sangat berat, ia diwajibkan mengurus segala sesuatu yang besar dan dilarang untuk gagal, karena dirinya membawa nama besar Angkatan Laut serta Pemerintah Dunia dari pandangan semua orang.
Sengoku jelas kesulitan, untungnya ia memiliki Laksamana yang hebat dan mampu meringankan beban pekerjaan yang ia miliki.
Sayangnya ia tidak bisa mengajak temannya Garp untuk membantunya. Di saat yang sama ia tidak mau memaksa kehendaknya pada Garp.
Sengoku tahu pasti bahwa Garp tidak tertarik memiliki jabatan tinggi, meskipun Garp dijadikan sebagai kepala Laksamana Armada ia pasti menolaknya tanpa perlu berpikir dua kali.
Dan alasan Garp tidak mengambil jabatan lebih tinggi dari Wakil Laksamana, karena dirinya menolak dipekerjakan oleh Pemerintah Dunia, apalagi ditugaskan untuk menjaga orang kelas Elit di Marijoa.
Jiwa Garp menolak dijadikan budak mereka, oleh karena itu ia masih mendekap dijabatan tersebut hingga puluhan tahun.
Namun, Garp sendiri tidak ambil pusing, lagian yang sekarang susah juga bukan dirinya.
"Sebaiknya kau berhati-hati." Kata Garp sambil menyeduh teh.
Sengoku mendengarkan perkataan Garp dengan baik, dan itu terdengar seperti peringatan keras untuknya.
Tapi, ia tidak mengerti mengapa Garp berkata begitu.
"Apa maksudmu?" Tanya Sengoku penasaran.
Garp tidak menjelaskan apapun padanya, dan hanya berkata.
"Gelombang laut kali ini lebih besar dari sebelumnya, kau harus bersiap-siap."
Sengoku merasakan ada yang aneh dengan Garp, dia terlihat seperti menyembunyikan sesuatu.
Lalu ia teringat dengan kejadian yang terjadi beberapa waktu lalu di Kota Logue.
Awalnya ia juga bingung apa maksud dengan membantai semua Marinir, namun, tidak membunuh mereka. Itu bukan bajak laut yang biasa lakukan.
Terlebih pelaku hanya kelompok bajak laut yang terdiri dari dua orang saja.
Namun, ia tidak bisa langsung mengambil kesimpulan tanpa adanya bukti.
"Apa ini ada hubungannya dengan bajak laut itu?"
Garp seperti sebelumnya tidak menjawab atau menjelaskan apapun pada Sengoku.
"Entahlah, aku memiliki feeling, jika dunia ini sebentar lagi diguncang dengan sebuah berita besar."
Sengoku tahu bahwa Garp mengisyaratkan sesuatu, namun, ia tidak ingin menjelaskannya lebih lanjut.
Dan dia juga tidak bisa memaksa Garp jika dirinya tidak bersedia mengatakannya.
Dan pada akhirnya Sengoku menyerah.
"Dari pada memikirkan sesuatu yang tidak jelas, lebih baik kau membantuku bekerja, bagaimana?"
Mendengar itu Garp segera bangkit dari kursinya dan pergi, sebelum itu ia tidak lupa mengambil keripik.
Melihat ini membuat Sengoku naik darah.
"Garp!!!"
East Blue.
Saat ini Jackson dan Kuina berdiri didepan jalur keberangkatan menuju Grand Line.
"Kerennya! air mendaki gunung, ini benar-benar air mendaki gunung, aku kira sebelumnya ini hanya bohongan, ternyata beneran ada!"
Kuina sangat takjub dengan apa yang dilihatnya, ini sebuah hal yang luar biasa dan sulit untuk dipercaya jika tidak melihatnya secara langsung.
Dan Jackson juga merasakan hal yang sama dengan Kuina.
Menyaksikan dan merasakan secara langsung itu sangat berbeda, ia dapat merasakan adrenalin ditubuhnya menyala penuh dengan gairah.
"Hey kapten, kau yakin kita dapat melewati gunung ini, bukannya ini sangat berbahaya dan penuh resiko? Apa tak ada jalan lain?"
"Jalur ini merupakan jalan satu-satunya untuk bajak laut mengarungi lautan berikutnya Grand Line.
Banyak bajak laut pemula berakhir di sini, bisa dibilang tempat ini adalah ujian pertama bagi bajak laut pemula.
Tapi, ini bukan sesuatu yang sulit bagi kita, target kita bukan hanya Grand Line, kita akan pergi ke Dunia Baru dan bermain di sana!
Dan jalan ini takkan cukup menghentikan langkahku!"
"Kau selalu semangat jika membicarakan soal Grand Line." Kata Kuina full senyum.
"Tentu saja! Mengarungi lautan, mengunjungi berbagai tempat baru, menghadapi orang kuat, menemukan misteri dan masih banyak lagi, bukannya itu menyenangkan?" Jackson berkata sambil memandang Red Line yang ada di hadapannya.
Dia benar-benar bersemangat!
"Aku tidak tahu apa itu menyenangkan? Selama ada kapten di sana, itu sudah cukup bagiku." Sambil meraih lengan Jackson dan memeluknya dengan erat.
Jackson hanya bisa tersenyum melihat tingkah Kuina.
Selama beberapa bulan terakhir hubungan mereka semakin dekat dari sebelumnya, bahkan keduanya sudah seranjang.
Tentu saja Jackson dan Kuina tidak melewati batas itu.
Mereka memiliki jalan dan impian mereka masing-masing, oleh karena itu keduanya menahan diri untuk melewati batas tersebut. Terlebih mereka masih dibawah umur.
Jackson ingin menjadi yang terkuat dikalangan orang-orang kuat di Dunia Baru, dan ia juga ingin membawa Ace kepuncak ketenaran yang dimiliki seperti dulu.
Dan itu bukan ambisi yang mudah untuk digapai.
Sedangkan Kuina juga memiliki tekad baru.
Sebelumnya ia berambisi untuk mengikuti jejak Jackson, ia tidak memiliki niat selain itu.
Namun, semuanya berubah ketika ia diberikan hadiah buah iblis dari Jackson.
Dengan kemampuan berpedang dan kekuatan buah iblis, Kuina berambisi untuk menjadi pendekar terkuat.
Jackson yang mendengar itu hanya bisa tertawa dan berkata jika itu tidak mudah, di saat yang sama ia mendukung keputusan Kuina.
Lagian memiliki ambisi bukan hal buruk.
Saat ini kapal memasuki jalur dan perlahan mulai mendaki ke gunung.
Jackson saat itu menggunakan klonnya untuk berjaga-jaga.
Kuina sendiri mengaktifkan buah iblisnya untuk menghindari hempasan air laut yang terbang ke arah mereka.
Dan tak lama setelah itu, kapal tiba dipuncak Red Line.
"Grand Line, kami datang!!!" Teriaknya dengan semangat.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
One Piece: Diary Perjalananku
FantasyPerjalanan kehidupan kedua di dunia One Piece, apa yang akan aku lakukan? Mencari kekuatan? Itu sudah kewajiban. Harta? Itu hanya kebutuhan hidup. Wanita? Menarik! Tapi, aku lebih tertarik membuat Diary untuk kehidupan kali ini. Sudah aku putuskan. ...