14 | Rival

115 18 2
                                    

•S O M•
.
..
...

🎬🎬🎬






"Jelaskan, Sowon. "

Nada suara Jeonghan merendah. Membuat Sowon merinding. Ia tau laki-laki itu sedang menahan amarahnya. Berusaha untuk tetap percaya pada kekasihnya.

Saat ini mereka sedang berada di apartemen Jeonghan. Laki-laki itu menarik paksa Sowon dari Namsan Tower. 

Jangan tanya bagaimana ekspresi Jin saat melihat ketegangan yang ia ciptakan. Tentu laki-laki itu kini sedang tertawa puas sambil minum segelas bir. Namun, Sowon salah, justru kini Jin sedang tidur di kamarnya.

"I'm not cheating! Kau salah paham, " ujar Sowon jujur.

"Lalu kenapa kau mengabaikan teleponku? Saat kau berbohong soal menginap di rumah Yerin dan kejadian hari ini. Mengapa?" Tuntut Jeonghan.

Sowon mengambil lengan Jeonghan. Ia khawatir namun tidak bisa menjelaskan kesalahpahaman ini. Ia tidak bisa bilang bahwa ia di ancam karena pernah membully Jin. Itu hanya menciptakan masalah baru.

Benar.

Hubungan mereka sudah berjalan selama 2 tahun. Bukan berarti Sowon tidak percaya pada Jeonghan jika ia cerita tentang masa lalunya. Namun, Sowon hanya butuh waktu untuk menimbang-nimbang hal tersebut.

Jeonghan mendudukkan dirinya di sofa. Ia memijit pelipisnya. Raut wajahnya terlihat bingung sekaligus resah.

"Tinggalkan aku sendiri, Sowon. " pinta Jeonghan.

"Han-nie--"

"Tolong dengarkan aku. " Jeonghan mendongak. Menatap memohon kepada Sowon yang berdiri di hadapannya.

Tangan Sowon mengepal. Ia harus menyelesaikan ini. Ia tidak ingin Jeonghan menjauhinya seperti ini. Selain Jeonghan, ia tidak punya siapa-siapa lagi untuk bersandar.

Sowon menangkup wajah Jeonghan. Memaksa wajah tampan itu melihat ke arahnya.

"Aku minta maaf. Tapi, aku bukan seperti yang ada di dalam pikiranmu saat ini, " ujar Sowon jujur.

"Aku hanya terlibat suatu masalah agensi dengannya. Dia CEO nya bukan? Karena itu ada beberapa hal yang harus aku bicarakan dengannya. Dan hal itu membuat kami sering bertemu, " jelas Sowon. Ia mengusap lembut kedua pipi kekasihnya.

"Sayang, " panggil Sowon.

Deg!

Jeonghan mengalihkan pandangannya dari Sowon. Pipinya memerah seperti kepiting rebus.

Laki-laki itu tidak menyangka hatinya bisa jadi murahan seperti ini. Dipanggil 'sayang', oleh Sowon saja ia sudah luluh.

Sowon tersenyum geli. Jeonghan memang lucu jika sedang salah tingkah seperti ini.

"Aku minta maaf jika sering mengabaikan teleponmu akhir-akhir ini--"

Kalimat Sowon terputus ketika merasakan sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Seketika Sowon seolah merasa jantungnya pindah ke perut.

Tak lama setelah itu, Jeonghan menempelkan kepalanya ke perut gadisnya.

"Aku hanya takut kau pergi, " ucap Jeonghan hampir seperti bisikan karena suaranya kecil.

Sowon menyisir rambut Jeonghan lembut, "kau masih marah?"

Jeonghan mengangguk kecil.

Sowon menghela napas panjang, "apa yang harus kulakukan agar kau tidak marah lagi?"

Scandal or Me? | SowjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang