BAB 20

19.9K 1.2K 22
                                    

Abian menelan salivanya karena tercengang melihat sosok Lily yang berbeda. Ia menatap takjub 11 piring siomay yang menumpuk habis hingga bersih.

"Bang! Satu lagi bang!" Teriak Lily lalu meletakkan piring ke 12 nya yang isinya sudah ludes dalam beberapa detik.

"Belum kenyang Ly?" Tanya Abian dengan hati-hati. Entah kenapa, sejak ia meninggalkan Lily ke toilet, gadis itu terlihat sangat kesal. Apa ia marah pada Abian karena meninggalkannya sendirian?

"Belum." Jawab Lily judes. Wajahnya memberengut, dengan mulut yang masih mengunyah.

Penjual siomay itu kembali meletakkan seporsi siomay di depan Lily, "Mas, ntar perut pacarnya sakit kalau kebanyakan makan." Bisik penjual itu pada Abian, memang bagus sebenarnya jualannya bisa cepat habis tapi ia juga tidak tega kalau pelanggannya sakit perut karena kebanyakan makan.

Abian berdeham mendengar kata pacar keluar dari mulut penjual itu. 

"Bang satu lagi!" Teriak Lily lagi.

"Udah bang, ini bayarannya. Kembaliannya buat abang aja." Abian langsung bangkit dan menarik tangan Lily pergi, "Ayo Ly."

"Gak mau! Gue masih mau makan." Lily memberontak tapi Abian tetap membawanya pergi.

"ABIAN LEPAS!" Bentak Lily sambil menepis tangan Abian kasar setelah mereka sudah cukup jauh dari keramaian.

Abian menatap Lily sejenak, ia lalu menghela napas, "Ada apa? Lo marah kayak gini pasti karena sesuatu. Kenapa?" Tanya Abian.

Lily hanya diam, tangan gadis itu bersidekap di depan dada menunjukkan bahwa gadis itu tidak ingin ditanya. 

Abian memegang kedua pundak Lily, lalu menggeser tubuh gadis itu agar menghadap kearahnya, "Kenapa Ly, hm? Gue ada salah ya?" Tanya Abian lagi dengan lembut.

Lily menatap kedua mata Abian, jelas terlihat laki-laki di depannya ini sedang khawatir. 

Lily menghela napas, ia lalu melepas kedua tangan Abian dari pundaknya, "Maafin gue ya. Gue lagi marah sama orang lain, bukan sama lo kok."

Abian mengangguk paham, ia tidak akan menanyakannya lebih lanjut. Kelihatan dari gelagat gadis itu bahwa ia tidak nyaman. Abian tidak ingin memaksa.

"Gimana kalau kita pulang aja?"

Lily mendongak untuk melihat wajah Abian, ia merasa bersalah telah merusak hari mereka berdua. Tapi sejujurnya Lily sudah sangat lelah, jadi pilihan terbaik adalah pulang.

Lily mengangguk, menanggapi pertanyaan Abian.

****

"Makasih Abian, sorry gue ngerusak hari ini." Ucap Lily setelah sampai di depan gerbang rumahnya.

Abian tersenyum manis, "No. You don't. Gue seneng hari ini."

Lily membalas senyuman itu. Abian benar-benar cowok yang baik. Tega kah Lily menyakiti perasaaan laki-laki itu?

Abian turun dari motor, ia berjalan menghadap Lily. Kedua tangannya kembali memegang kedua pundak Lily, lalu kedua mata mereka saling bertemu.

"Ly, lo tahu kan, gue selalu punya waktu buat lo." 

Lily menatap lekat kedua manik mata Abian yang terlihat tulus.

"Artinya, gue selalu siap dengerin cerita lo. Don't feel alone.

Abian lalu menepuk kedua bahu Lily, wajah laki-laki itu menampilkan wajah teduh dan tersenyum, "Gue duluan ya, Ly." 

Lily tersenyum, kenapa rasanya ada sesuatu yang menggelitik perutnya dan menjalar ke wajahnya yang mulai merasa panas. Lalu tangannya segera terangkat untuk melambai pada laki-laki yang sudah bersiap pergi meninggalkan halaman depan rumahnya.

MEMORIA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang