21

124 8 19
                                    

Naruto mencumbu Murasaki. Keintimannya dengan sang istri telah kembali. Dia semakin suka bermanja-manja pada istrinya, sambil menanti kelahiran anak mereka.

Konan aka Murasaki semakin grmuk saja. Wanita itu hanya bisa berbaring dengan badan melebar dan mengangkat satu kakinya, dan Naruto yang berbaring, menggenjotnya dari samping.

Mereka berhenti ketika sama-sama klimaks, lalu Naruto langsung menarik selimut untuk menutupi ketelanjangan keduanya.

Konan mengelus lengan Naruto. Naruto masih menciumi tengkuknya.

"Kita ke pesta panen dua hari lagi. Aku senamg, kita ke istana lalu kembali ke sini."

"Aku tak keberatan kembali ke istana selamanya."

"Tapi,..."

"Ada apa? Kau masih takut tentang kutukan itu? Aku sudah bilang itu tidak mempan untukku. Buktinya aku sehat saja."

"Aku hanya melindungimu, Naruto."

"Percayalah, aku akan baik saja. Kita kembali ke istana saja ... Hem?"

Konan pun mengangguk,"Baiklah."

Keesokan harinya, mereka kembali ke istana. Konan langsung ikut serta memghias istana, lalu mempersiapkan kamar bayi. Dia sangat bahagia. Apalagi dengan Naruto yang selalu ada di sisinya.

Naruto memeluk Konan, menciumi punuknya dan meraba perutnya. Sementara dia menatap kamar bayi itu dengan benar bahagia.

"Sudah siap... tinggal menunggu bayi kita lahir," desah Konan dengan senyuman. Air mata mengalir di pipinya.

"Ya, aku sudah tidak sabar menantikannya lahir," sahut Naruto.

Konan mengelus lengan Naruto yang ada di dadanya. "Apakah kau siap untuk jadi Ayah, Naruto?"

"Siap... sangat siap." Naruto mencium pundak Konan.

Konan terkekeh karena geli. Dia berbalik sehingga bisa menatap wajah Naruto dan mengusap dada Naruto. "Kau pasti terlihat lucu ketika menggendong bayi kita."

"Kenapa lucu?"

"Aku hanya membayangkannya. Apakah kau akan sabar menimang bayi?"

"Tentu saja."

"Mereka terkadang rewel."

Naruto tertawa. Dia membekap pipi istrinya lalu berkata,"Sepertinya, kita harus menikmati masa-masa terakhir kita berdua. Sebelum bayi kita lahir."

Konan merasa bahagia. Naruto meraup ciumannya. Ciuman yang semakin lama membuat keduanya semakin panas. Kaki Konan meleleh hingga semakin terduduk di lantai. Naruto tersenyum melihat Konan megap-megap demgan mata memohon. Apalagi tangan wanita itu mulai membuka kimononya.

Naruto mengangkat kimono Konan sembari mengelus pahanya. Konan mendesah dengan mata tertutup. Signal bagi Naruto. Dan dia bagai melayang ke surga saat Naruto bersatu di dalamnya.

Para dayang menggeser pintu kamar bayi. Suara erangan ratu dan pangeran permaisuri terdengar dari dalam.

Dan pesta panen pun dimulai,

Dengan sumringah, Naruto mengangkat gelas, bersulang bersama anggota dewan karena berdirinya serikat perdagangan Amegakura. Konan angkat topi. Eksport kapas dari Ame begitu melonjak tahun ini, memberikan pundi-pundi bagi kerajaan.

Semua memuji kecerdasan sang pangeran permaisuri. Hidangan terhidang berputar dan melimpah ruah. Tangan Naruto melingkati pinggang Konan yang bengkak, mencium pelipisnya sambil ngobrol dengan Zidan.

Namun,

Entah kenapa, Naruto merasa agak pusing. Pandangan matanya semakin samar. Dia pun mengundurkan diri ke kamar. Konan sebenarnya ingin ikut, tapi karena masih banyak tamu. Naruto melarangnya.

Desire Of KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang