8

459 18 5
                                    

Zela menghela nafas, mengatur nafasnya agar meredakan emosinya. Matanya kembali menatap tangan yang melingkat di perutnya, memeluknya dengan erat.

"Lepasin Zaro!" Geramnya.

Sudah setengah jam Zaro memeluknya dengan alasan ingin tidur, tapi malah menikmati debaran jantung Zela yang menggila. Ya, sedari tadi jantung Zela berdebar kencang, ia takut. Takut dirinya akan di terkam oleh singa di belakangnya ini.

"Zaro," panggilnya lembut

Zaro meletakkan kepalanya di belakang leher Zela sambil mencium tengkuknya. "Kenapa sayang,"

"Batalkan pertunangan ini." ucapnya pelan.

Mata Zaro yang awalnya terpejam langsung terbuka lebar dengan amarah yang membara. Tangannya memegang pinggang Zela dengan kuat, sehingga terdengar ringisan.

"Shhh ... sakit."

"Sekali lagi mengucapkan itu, siap-siap menjadi ibu anakku, sayang." Bisiknya penuh dengan ancaman.

Zela terkekeh pelan, "coba saja kalau bisa!" tantangnya

Zaro menggeram, matanya menatap tajam Zela. "Jangan memancingku jika tidak ingin menyesal."  Bisik Zaro

Setelah mengatakan itu, Zaro meninggalkan Zela dalam keadaan muka yang memerah menahan amarah.

"DASAR TUA BANGKA!" teriaknya

▪︎▪︎▪︎▪︎
K

eesokan harinya, Zela diajak rumah Zaro. Rumah yang berukuran sedang dengan dinding dari kayu ulin, dicat berwarna coklat menyerupai dengan warna batang pohon.

Disekelilingnya terdapat banyak sekali bunga-bunga yang bermekaran. Matanya menatap kearah pohon yang terdapat rumah kecil diatasnya.

"Wahh ... rumah pohon!" Pekiknya kesenangan.

Zela melangkahkan kakinya menunju rumah pohon itu, tetapi saat sudah hampir sampai, pandangannya teralihkan pada sesuatu yang cantik.

Sebuah tempat, yang nampak seperti taman. Dengan danau yang sangat jernih, membuat pening seketika menghilang. Burung-burung berkicauan di sekitar danau untuk bermain-main.

Zela melangkahkan kakinya di jembatan yang dibuat tepat bagian pinggir danau, dengan sebuah pohon yang akan melindungi dari sinar matahari. Ia mendudukkan dirinya kemudian mencelupkan kakinya kedalam air.

"Huuh segarnya, rasanya pengen mandi lagi deh." ucapnya sambil menggerakkan kakinya.

Sungguh sepi, matanya menatap sekeliling sama sekali tidak ada orang. Padahal di depan ada tulisan menandakan bahwa ini adalah taman.

"Sayang banget tempat sebagus ini sepi. Kalau ada teman-teman gue, pasti gue ajak kesini rame-rame," gumamnya sambil menatap air.

Mata Zela berpindah pada kakinya yang berendam di air, membuatnya mengingat sesuatu yang sangat ia rindukan.

Flashback

"WOY!! Kalian kemana aja sih!" Marah seorang gadis kepada teman-temannya.

Kedua temannya yang baru saja sampai itu hanya cengengesan, sambil garuk pantat.

"Tuh nungguin pangeran kodok makan." Jawab seorang cewek berambut sebahu, namanya Ryaa

Seorang cowok yang bernama Dero berdecak, "Yaa abisnya gue lapar, ya makan lah. Dari pada engga kan berabe." balas Dero agar tak disalahkan lagi.

"Ya udah ayo kita kesana, gue tadi udah liat dikit. Bagus cuy airnya jernih banget. Btw Rayya mana?" 

"Dia nyusul katanya, tapi tadi dia baru chat udah mau sampai kok." jawab Rya dibalas anggukan oleh Zela.

Mereka sekarang bergegas pergi ke danau yang tak jauh dari mereka berdiri sekarang. Bahkan bisa dilihat daru kejauhan. Tak apa jika mereka duluan tanpa Rayya. Tidak mungkin juga dia sesat.

Setelah sampai diatas danau, mereka mencari sebuah tangga atau turunan yang bisa untuk turun. Setelah menemukannya mereka bergegas turun lalu meletakkan tas-tas mereka pada sebuah kursi kecil yang mulai usang.

"Cantik kan danaunya," ucap Zela dengan kagum.

"Gak, danaunya ganteng."

Mata Zela menenatap garang kearah Dero, sedangkan yang di tatap tetap santai. "Bego." Gumam Zela terlanjur kesal.

Sungguh jika ia bertemu dengan Dero setiap hari mungkin ia akan pingsan karna darah tinggi.

Setelah beberapa menit kemudian Rayya datang dan mereka semua segera melompat ke danau dengan cepat.

"SEGARNYA!" ucap mereka serentak.

Flashback off

Air matanya mengalir dengan deras, kedua tangannya segera menghapus air matanya. Ia tidak boleh kelihatan leman, bagaimana pun ia harus balik lagi ke tubuh aslinya. Ia tidak mau disini, hanya ada orang asing. Ia takut, takut jika suatu saat ia mati di tubuh ini bukan di tubuh aslinya.

Air matanya kembali mengalir, ia sungguh rindu dengan keluarga dan teman-temannya. Tangis Zela semakin menjadi-jadi sampai ia tak tau ada sebuah tangan asing yang siap menarik kedua kakinya.

"AAAAA!!"

•••••

Makasih banyak ya yang udah Vote♡

Kamis, 12 oktober 2023
08.41

Azela transmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang