Hinata menyeka payudaranya lalu menutup dan merapikan kerah. Eiji sudah tidur dan dia pun meletakkan Eiji di buaiannya. Dia menyelimuti bayi itu lalu menepuk lembut perutnya. Bayi-bayi itu sudah hampir satu tahun saja. Dan dia semakin sayang kepada keduanya.
Dua hari lagi adalah upacara pernikahannya dengan Minato. Dia harus bersiap untuk itu, namun rasa rindunya pada Kenji dan Eiji tak terbendung sehingga dia mengendap-endap menemui mereka. Seorang maid bahkan terkejut melihat kehadirannya di sana. Sebenarnya dia lebih terkejut, dan dia bersyukur telah selesai menyusui bayi-bayi itu.
"Calon permaisuri, saya tidak tahu bahwa anda masih di sini." Kata maid itu sambil bersujud.
"Bangunlah, saya hanya ingin melihat mereka tidur. Tenang rasanya melihat keduanya tidur," kata Hinata.
"Ya, keduanya memang bayi-bayi yang manis. Mereka beruntung karena anda menyayangi mereka. Ratu Kushina tidak salah memilih anda."
"Anda adalah pelayan setia ratu Kushina, bukan? Anda bahkan mengantarkan ratu Kushina di padepokan milik Kakashi Sensei waktu itu."
Pelayan itu tersenyum tulus."Ya, saya tidak menyangka bahwa anda akan menjadi permaisuri negeri ini nantinya."
Hinata mendesah dalam senyumnya."Ya, tak ada yang bisa mengira nasib seseorang. Oh ya... kau melayani ratu selama ini. Kau juga pasti menjadi saksi percintaan Ratu dan pangeran selir Neji. Ceritakan padaku, apakah mereka saling mencintai? Atau itu hanya siasat keji untuk memberontak saja?"
"Sepenglihatan saya, mereka saling mencintai, calon permaisuri. Mereka selalu bersama. Dua burung yang saling jatuh cinta. Pangeran kenji adalah bukti cinta mereka."
Pelayan itu menoleh pada Kenji. Hinata juga. Tangannya mengelus pipi Kenji.
"Lalu, cinta ratu pada pangeran permaisuri, Minato?"
"Oh... anda ingin tahu tentang calon suami anda, rupanya?" Pelayan itu tersenyum menggoda.
Namun, wajah Hinata datar. Tidak menampakkan rasa tersipu atau apa.
"Pangeran permaisuri adalah pria yang lurus. Ratu Kushina yang tadinya naksir padanya, lalu bicara pada mendiang raja, ayahandanya untuk melamar beliau. Mulanya, beliau sangat cool, begitu menghormati ratu Kushina. Keceriaan Ratu akhirnya membuat pangeran permaisuri jatuh cinta padanya, lalu lahirlah putra mahkota Naruto."
"Oh," Hinata hanya mengangguk. Dia pun berdiri dan maid juga berdiri. "Saya kembali ke istana saya dulu. Jaga kedua pangeran dengan baik."
"Baik, selamat istirahat, calon permaisuri."
Sekali lqgi, Hinata mengangguk. Dia berjalan keluar dari istana Kushina menuju istananya. Dia melewati sepanjang lorong dan kemudian bersimpangan dengan Minato. Hinata tidak bisa bertindak kurang sopan hingga dia akhirnya berajoji.
'Pangeran penguasa."
Minato mengangguk. "Apa yang kau lakukan di sini, calon permaisuri?"
"Saya baru saja mengunjungi dua pangeran cilik. Apakah anda juga akan mengunjungi mereka?"
"Ya, kau sudah akan kembali?"
"Iya,"
"Baik, beristirahatlah."
"Terima kasih, pangeran penguasa."
Hinata berajoji lagi. Minato langsung berlalu dari situ. Hinata menoleh dan melihat punggung tegap Minato yang semakin menjauh.
Minato memang menuju ke kamar dua bayi. Dia melihat pelayan setia Kushina sudah ada di kamar itu, memberikan penghormatan padanya. Minato mengangguk lalu mendekati buaian yang ditiduri oleh kedua bayi. Dia mengelus Eiji dengan penuh kasih sayang. Eiji mengingatkannya dengan Naruto ketika dia masih bayi. Air mata Minato menetes mengingat nasib Naruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desire Of Kingdom
FanfictionTak ada yang tahu sampai di mana desiran hati itu berakhir