Chapter 73

1.3K 70 17
                                    

Ding, lift berbunyi menandakan aku telah sampai di tujuan. Jaraknya dekat, cuma selisih beberapa lantai, tapi aku nyaris tidak bisa membuka mata. Tubuhku terasa berat. Bahkan ketika aku bekerja tanpa istirahat, seluruh tubuhku tidak pernah sesakit ini. Dasar si orgil bajingan itu, dia bahkan tidak istirahat sampai fajar.

Aku mengumpat pelan dan keluar dari pintu lift yang terbuka. Ada area check-in di lantai dasar hotel ini, tapi si orgil naik kesini dan mendapatkan kunci yang terpisah. Seingatku, ada karyawan di depan meja kecil. Setelah karyawan itu melihatku, dia membungkukkan kepala dan menyapaku. Aku membalas sapaannya dan memberitahukan tujuanku datang kesini.

"Aku butuh baju. Apakah ada tempat aku bisa membeli kaus?"

Dan aku berusaha memberitahunya kamar mana aku tinggal, tapi dia cuma tersenyum dan memanduku seolah sudah tahu.

"Beritahu saya merk dan gaya apa yang Anda inginkan dan saya akan mencarikannya."

"Kaus hitam saja tidak apa-apa. Yang murah. Yang paling murah."

"Baik. Kami akan mengantarkannya ke suite tempat Anda tinggal sampai pagi. Apakah ada hal lain yang Anda perlukan?"

Jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi, dimana dia akan mendapatkannya? Aku bertanya-tanya, tapi sadar pasti ada jalan, jadi aku pun menggeleng.

"Tidak. Tidak ada yang lain... "

"Apa ini? Lee Taemin?"

Tiba-tiba aku mendengar namaku dari belakang. Aku tidak bisa melihat wajahnya, tapi aku tahu siapa orang itu dari suaranya. Cha Jungwoo? Betul saja, ketika aku menolehkan kepala, dia berdiri disana dengan raut terkejut.

"Ha, apa ini? Kau benar-benar Lee Taemin. Kenapa kau disini?"

Aku ingin menanyakan hal yang sama.

"Kenapa kau disini? Manajerku berpikir kau pergi ke desa untuk bekerja sukarela."

Kekesalan menyebar di wajahnya mendengar ucapanku.

"Tidak usah khawatir, aku bekerja dengan baik dalam hal itu."

"Kalau kerjamu baik, seharusnya kau tidak keluar masuk hotel. Manajer pasti kesusahan mencarimu."

Aku mengatakannya dengan blak-blakan, dan kata-kata kasar langsung keluar dari mulutnya.

"Oh, sial. Aku juga kesusahan. Dan, maanjer itu tersenyum tapi selalu mengatakan apa yang harus dia katakan. Apa dia selalu mengomel sebanyak itu?"

"Tidak, tidak sama sekali."

"...hanya padaku."

Dia kesal dan mengumpat pelan lagi. Haruskah aku menghajarnya?

"Dia melakukannya karena kau pantas mendapatkannya. Kalau kau punya masalah dengan manajer, katakan saja pasaku, aku bakal mengurusmu dengan senang hati."

Lalu ekspresi Cha Jungwoo berubah. Dia menatapku seolah ada yang aneh denganku.

"Manajer itu biasa-biasa saja. Tapi kau selalu membelanya."

"Kalau ada bajingan yang memukul manajermu memakai stik golf di sebelahmu, siapa pun bakal marah."

"Sialan, jaga ucapanmu."

"Hati-hati agar tidak ketahuan olehku atau para wartawan."

Dia terkekeh mendengar jawabanku dan melihat sekeliling.

"Jangan khawatir. Aku sampai sejauh ini tanpa ketahuan. Dan karena ini adalah ruang santai suite, tidak ada yang bisa mengikutiku. Karyawan disini sangat ketat tentang kerahasiaan, jadi mulut mereka tertutup rapat."

PaybackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang