" Mi, tadi aku melerai Hellen dan Ocha bertengkar hanya karena berebut radio " ujar kak Mia duduk di sebelah mimi yang tengah asyik menikmati lagu - lagu mandarin.
" ya, lantas mimi harus membelikan radio untuk Hellen ? " tanya mimi sambil menatap ku tajam.
" ya kalau itu yang terbaik untuk mereka kenapa tidak ? " jawab kak Mia, seakan - akan membela ku.
" Kasian Hellen, mi. Dia juga butuh hiburan " bujuk kak Mia ternyata adu argumen dengan mimi sangat alot, sehingga kak Mia melakukan seribu jurus agar mimi luluh.
" Gimana kalau kita beri hadiah kalau Hellen lulus SMP dan mendapatkan nilai bagus pada ujian Ebtanas nya ? " tanya kak Mia berapi - api.
" Hmmm, ide nya bagus juga. Sekarang tanggal berapa Mia ? " tanya Mimi sambil menatap wajah ku.
" Tanggal 8 Juni mi. Arti nya masih ada waktu untuk membeli radio sebagai hadiah kelulusan Hellen, mi. Pengumuman kelulusan nya kan tanggal 23 Juni " jawab Kak Mia panjang lebar.
" Iya, kamu benar Mia. Besok kamu temani mimi ke toko ya membeli radio lalu langsung minta dibungkus kertas kado. Kamu simpan jangan sampai Hellen tau. Kita beri dia kejutan " perintah mimi.
" baik, mi " ucap kak Mia singkat.
Kak Mia kemudian keluar dari kamar mimi setelah misi nya berhasil. Sementara mimi masih asik mendengarkan alunan suara merdu Sang Biduanita Legend Mendiang Teresa Teng dengan lagu Tian Mimi..lagu yang sangat enak didengar, apa lagi cuaca di luar sana sang raja siang menampakkan diri nya, sehingga manusia enggan keluar rumah kalau tidak ada kepentingan.Satu minggu jelang Ebtanas, Hellen belajar dengan sungguh - sungguh. Hellen tidak ingin membuat orang tua nya bersedih hanya karena dapat nilai kecil pada saat mengerjakan ujian.
" Hellen, tolong beli kan ketoprak di pasar ! Bapak mu ingin makan malam " ujar mimi setengah perintah.
" iyaaaaa, miii..!!! Tapi kan Hellen lagi belajar mi. Bisa minta tolong ga sama kakak yang lain nya mi " sanggah ku seakan enggan untuk keluar rumah.
" Yang lain nya ga ada di rumah. Ayooo cepat, nak !
" Kenapa harus Hellen yang selalu disuruh mi ? " Protes ku. Kemudian aku keluar kamar dengan hati yang dongkol. Ku pasang muka masam ku, ku monyong kan bibir ku agar mimi tau aku ga mau disuruh ke pasar.
" Hai, anak gadis ku yang cantik kenapa wajah mu jelek sekali. Ga lucu ah " ujar mimi ku sambil bercanda agar aku tidak ngambek lagi." Hellen, dengar ya ! Kamu ini anak bungsu. Ya wajar dong kalau kamu sering disuruh sama Bapak mu. Lagi pula kakak - kakak mu ga da yang mau kalau disuruh. Nih ! Uang nya untuk beli ketoprak jangan diberi cabe ya ingat jangan lupa. Uang kembalian nya buat mu " jelas mimi sambil serah kan uang sebesar sepuluh ribu rupiah.
" Udah ada yang beli belum ? Lama amat, ga tau ya ada orang lagi kelaparan " teriak Bapak ku
" Huh bisa nya seperti itu aja. Ga sabaran. Enak banget ngomel - ngomel..menyebalkan ! " umpat ku dalam hati.Aku terpaksa langkah kan kaki ke pasar walau dengan hati yang berat. Mentang - mentang aku anak bungsu selalu aja disuruh dengan se enak udel nya.
Ku lewati jalan se tapak, gang sempit yang ada di sekitar rumah ku menghubungkan jalan raya dengan pasar sangat lah sepi. Apa lagi aku harus melewati deretan rumah - rumah kosong tanpa penghuni. Tak ada se orang pun yang lewat kecuali aku. Suasana mencekam seperti ini lah yang tidak aku suka.
Langkah ku semakin berat ketika melewati 4 rumah kosong. Rasa nya ingin cepat - cepat ambil langkah seribu tapi aku tak bisa seperti nya ada yang menahan langkah ku.
" Ya Allah bagaimana ini kok susah banget untuk jalan. Astagfirullah duh jadi pengen nangis nih ! Mana sepi lagi ga da yang lewat ! " runtuk ku dalam hati ( tak terasa air mata sudah jatuh ke pipi ku )
Aku ga mau tengok kanan - kiri dan mulut ku komat - kamit baca doa ya doa yang aku bisa saja
" Alhamdulillah, akhir nya sampai juga di pasar " gumam ku dalam hati.Dengan hati - hati aku menyeberang. Lalu lalang kendaraan begitu padat. Maklum karena jalan raya itu merupakan jalan Pantura.
Setelah menyeberang, aku segera mencari Bang Mail penjual ketoprak yang paling enak.
" Mang, bikin satu ya ! Jangan dikasih cabe ! " perintah ku
" Siap bos ! " ucap Bang Mail sambil melirik ke arah ku.
Dengan cekatan Bapak paruh baya itu membuat ketoprak.
Sementara itu aku duduk manis pada bangku yang sudah disediakan sambil menunggu pesanan ku selesai digarap oleh Bang Mail.
( bersambung )
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuhan, Izin kan Aku Bahagia Ongoing
Ficción GeneralPerjalanan hidup seorang perempuan berjuang membesarkan anak semata wayang nya. Tak semudah membalikkan telapak tangan, ujian demi ujian silih berganti.Mampu kah ia ?