Ke-esokannya, Harsa masih belum bisa untuk masuk sekolah. Demam nya semakin parah, bahkan mencapai 40.5° Jean sampai sedikit kalut saat melihat angka di termometer tersebut.
Ia langsung menghubungi Haje, dan ia menyuruh untuk membawa Harsa terlebih dahulu ke rumah sakit milik kakek nya agar segera mendapat penanganan lebih cepat.
Dan sekarang, Jean tengah tertidur di sofa karna ia begadang untuk memantau Harsa untuk beberapa jam. Dan ia baru bisa tidur jam 3 subuh tadi.
*tok-tok*
Jean terbangun, dengan sedikit lunglai ia pergi ke-arah pintu dan membuka pintu tersebut,bukan Haje ataupun anggota keluarga melainkan dokter yang datang
"Ada apa Dok?"tanya Jean dengan muka yang sedikit bantal
"Ada keluhan? Harsa terkena tipes yang sedikit parah yang artinya ia terlalu lelah secara berlebihan dan pola makan yang tidak teratur. Apa kamu tau ia makan berapa kali dalam sehari?" Tanya sang dokter pada Jean yang sedang mencerna perkataan dokternya
"Yang ku tau ia hanya sarapan dan dalam urusan kantin atau makan siangnya aku tidak mengetahui nya" ucap Jean dengan sedikit kalimat. Karna ia tidak tau apa yang Harsa makan selama ini jika tanpa sepengetahuan nya
"Dia sering meminum obat apa kau tau? Saat dicek, didalam tubuhnya banyak kandungan obat yang biasanya ada di obat penenang" Tanya sang dokter
"Tidak.. Aku akan mengecek saat pulang kerumah, tolong bawakan suster untuk menjaga Harsa nanti" Jean langsung pergi, meninggalkan ruangan itu dengan tergesa-gesa untuk pulang.
Saat tiba di rumahnya, ia berburu buru untuk masuk tanpa memandang maid yang ada, dan langsung masuk kedalam kamar Harsa. Untuk ke-2 kalinya.
Ia mengacak-acak seluruh kasur dan juga meja belajar Harsa. Dan yang ia temukan ada berbagai obat penenang di dalamnya. Jika dihitung maka akan lebih dari 5 obat penenang yang Harsa minum.
"Shi*t" Umpat nya, ia mengambil obat itu, lalu membuang nya kedalam tempat sampah yang berada di luar rumah agar Harsa tidak bisa mengambil nya lagi.
Ia masuk dan bersiap, membawa beberapa baju, makanan untuk dirinya agar tidak keluar untuk membeli makan agar ia fokus menjaga Harsa. Lalu ia kembali ke rumah sakit
Setelah ia sampai, Harsa masih belum sadar dari tidurnya seharian.
"Lo terlalu jahat buat diri lo sendiri Har, maafin diri gw yang selalu jahat sama lo, maafin dunia yang jahat sama lo, maafin semuanya Harsa. Gw terlalu gengsi buat semuanya." Ucapnya dengan suara yang cukup kecil namun terdengar
"Aku juga jahat je" Ucap Harsa. Jean benar benar kaget dan tidak mengetahui jika Harsa hanya memejamkan matanya sedari tadi
"Lo ga jahat" Balas Jean
"Aku ngerebut semua yang kamu punya termasuk Buna. Maaf.. "
"Harusnya gw yang minta maaf, harusnya gw ga menyalahkan lo, harusnya gue ga main ke tengah jalan waktu itu semua ga bakal terjadi ke lo. Kenapa ga gw aja Sa, yang jadi lo? Thats hurt for you, i know ini sepenuhnya salah gw.. " Ucap Jean dengan mata yang telah banyak mengucurkan air mata.
"I'm okay, walau semuanya begini. Aku tetap beruntung dan aku senang bisa jadi sodara kamu. Jangan nyalahin diri kamu Jean, dunia emang jahat ke aku, tapi dunia gaboleh jahat sama kamu."
Ucapnya dengan nada suara yang bergetar. Ia sedari tadi memeluk Jean di dekapan nya dan menenangkan serta mengelus rambut nya yang halus.
"Maaf Sa.. Maaf kalau gw bikin lo sakit. Maafin gw kalau gw jadi salah satu faktor yang ngebuat dunia jahat sama lo. Sorry.. "
"Gapapa, aku gapapa" Ucapnya, ia memejamkan matanya, dan kembali memeluk Jean dengan lembut
Tanpa disadari, ada Haje di sana. Melihat mereka, melihat karakter diri mereka yang hilang 6 tahun lalu.
"Aku gagal Leana, dan aku gagal jadi orang yang selalu ada buat mereka. Tapi mereka adalah dunia aku setelah kamu. Tolong jaga mereka selalu ya, Leana"
-Haje KarendraTbc