Hari demi hari berlalu, Sherin berhasil sampai di hari ke delapan dimana dia mengandalkan tangan kirinya. Tentu saja, semuanya berantakan, pekerjaannya banyak yang tertunda.
Sherin lelah, lelah sekali. Bukan hanya fisiknya yang lelah, batinnya juga mulai letih. Berulang kali dia bekerja sambil menyeka air mata diam-diam, tak ingin siapapun lihat air mata itu menetes dari pelupuknya.
Besok sudah akhir pekan lagi, Sherin lega sekali, setidaknya dia bisa menghela nafas sejenak dari pekerjaannya. Kini, dia tengah menunggu Deon menjemput di halte depan kantor, sengaja di sana karena dia sudah sangat jenuh dengan suasana kantor.
Sherin tersenyum simpul saat mobil SUV hitam itu berhenti di hadapannya, langsung saja dia buka pintu mobil itu dan masuk ke dalam dengan perlahan.
"Ck, kebiasaan deh" celetuk Deon langsung
"Dilarang ngomel-ngomel! Aku bosen banget di dalam, Kak. Please, jangan ngomel-ngomel dulu!" bujuk Sherin
"Iya, iya, enggak"
Deon langsung menjalankan mobilnya, kembali bergabung dengan kendaraan lain di jalan. Lumayan padat malam itu, mungkin karena besok sudah akhir pekan, jadi orang-orang pekerja tidak langsung kembali ke tempat tinggal.
"Mau makan apa?" tanya Deon
"Hm, mau pulang aja" jawab Sherin pelan
Deon menoleh sekilas, "Terus makan malamnya?"
"Nanti aku bisa pesan kok, atau masak sendiri juga nggak apa-apa"
Deon terdiam, tidak langsung mengiyakan tidak pula melarang. Sudah seminggu ini Sherin terasa begitu berbeda di matanya. Rasanya, malam itu, Deon harus segera tahu apa yang sebenarnya Sherin alami.
"Aku masakin aja deh" ujar Deon tiba-tiba
Sherin menoleh, "Nggak usah, kamu udah jarang makan malam dirumah, Kak"
"Di rumah juga nggak ada orang malam ini, Ra. Ibu jaga siang, jadi pulangnya masih jam 9. Dena sama ayah juga lagi nge-date tuh berduaan" ucap Deon
Sherin terkekeh pelan, "Nge-date?"
Deon mengangguk, "Kayaknya Dena suka cerita tentang cowoknya ke ayah, terus ayah mulai deh kasih-kasih tips gitu"
"Ih, gemes banget. Jadi, kangen papa"
Deon seketika menoleh, kebetulan mobilnya sedang berhenti di tengah kemacetan. Tidak dia dapati gurat kesedihan sedikitpun di wajah Sherin, gadis itu malah mulai sibuk memainkan barang-barang Deon di dashboard.
"Ih, ini kaos kaki dari kapan, Kak?!" seru Sherin kesal sambil mengangkat gulungan kaos kaki hitam hanya dengan dua jari
"Jangan dibuka-buka makanya ih!" balas Deon panik
"Nggak mau tahu, besok kamu cuci mobil pokoknya! Keluarin semua barang-barangnya!" seru Sherin galak
"Siap, Ibu Negara" balas Deon
Sherin lempar gulungan kaos kaki hitam itu ke jok belakang, lalu dia mulai mencari-cari barang lain dalam dashboard Deon. Deon tidak masalah, walaupun dia malu, selagi itu membuat Sherin lebih bersuara, Deon tidak akan melarang.
"ROKOK?!" pekik Sherin sambil mengangkat bungkus rokok yang isinya sudah tinggal setengah
"Ra, itu udah lama, belum aku buang" seru Deon panik
"Masa sih?" ujar Sherin sambil lempar bungkus rokok itu ke jok belakang juga
"Iya, Ra. Beneran deh, aku nggak bohong" seru Deon lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]Trapped || Kim Doyoung & Kim Sejeong
أدب الهواةMenurut sebagian besar orang, perselingkuhan itu kesalahan yang tidak bisa dan tidak berhak untuk dimaafkan. Lantas bagaimana jika kesalahan atas perselingkuhan itu berada pada dia yang merupakan korbannya? Harusnya itu sudah berlalu, keputusan unt...