"PR gimana, Re? Aman?"
Saat ini para koordinator atau ketua divisi panitia Dies Natalis sedang berkumpul—duduk melingkar—di sekretariat BEM fakultas. Seperti biasa, kami sedang melakukan aktivitas rutin rapat untuk melaporkan progress masing-masing divisi.
"So far aman. Buat sekarang masih ngontak beberapa artis, nanya masalah fee sama rider-nya. Nanti aku compile dulu buat kirim ke grup, ya," jawabku untuk pertanyaan yang diajukan Rangga.
"Sama ini, dong, kira-kira buat jurinya ada request atau saran nggak," imbuhku.
"Nanti kita bahas lagi habis Acara report progress-nya, ya," jelas Randi.
"Oke." Aku menganggukkan kepala.
"Sponsorship?" Randi mengalihkan fokus kepada Damar yang duduk tepat di seberangku.
"Buat desain proposalnya udah kemarin dikasih PDD template-nya. Udah nge-list juga company yang mau dituju. Sebagian besar sama kaya tahun kemarin, tapi ada anak sponsor katanya, sih, ada kenal orang dari Arian." Damar menjawab panjang lebar.
Arian merupakan salah satu perusahaan besar yang menyediakan jasa konstruksi dan alat berat.
"Mantep, tuh. Lanjutkan!" Randi memberikan jempolnya. "Berarti tinggal nunggu anggaran yang fix aja, kan?"
"Hooh," jawab Damar dengan logat Jawa yang aneh. Salah satu contoh anak gaul Tangerang Selatan yang sudah tertular Bahasa Jawa.
"Maksimal nanti malem, deh." Randi menoleh ke Dita dan Yasna. "Nanti nggak pa-pa, ya, lembur dulu," pintanya dengan meringis.
Dita dan Yasna kompak hanya tersenyum, kontras dengan mimik mukanya yang prihatin.
"Mangaatt." Aku mengepalkan tanganku kepada mereka.
"Terakhir dari acara. Gimana, Sa?" Randi yang ada di sebelahku beralih ke Aksa yang duduk di sebelah Damar, seperti biasa.
"Buat temanya sendiri dari Acara Engineering for Humanity. Seperti yang udah ada, tujuannya buat meningkatkan dan mencapai tujuan SDGs, terutama yang berhubungan langsung sama dampak humanity. Nanti buat paper-nya, bakal dibagi jadi beberapa tema. Bentar." Aksa berhenti menjelaskan untuk melihat ponselnya.
"Recycling and waste management, capacity building, construction, disaster mitigation and management, energy resource and conversion, green awareness with IT," tambah Aksa sambil membaca tulisan yang ada di layar ponselnya.
"Buat judges sama speaker-nya, dari acara udah ada beberapa nama. Nanti aku kasih ke kamu, Re." Aksa mengalihkan fokus kepadaku.
Aku hanya memberikan balasan dengan melingkarkan ibu jari dan telunjuk.
"Judul panjangnya buat tema paper nanti dulu, ya, masih dipikir." Rama mengimbuhkan.
"Sip." Randi kembali memberikan jempolnya. "Jadi kurang apa aja kalau misal kita mau buka registrasi?"
"Masih kurang invitation letter—maksudnya guidebook buat detail acara dan ketentuannya, termasuk template buat abstrak sama posternya," jelas Aksa.
"Tapi aman, kan, misal kita upload coming soon?" Randi memastikan.
Aksa mengangguk mantap. "Aman. Ini lagi dikerjain juga. Tinggal detail-detail masalah ruangan, tanggal, kriteria penilaian, sama fee registrasi, kalau nggak salah."
"Nah, Dita, Yasna, udah ditagih lagi secara nggak langsung." Randi berceletuk.
"Iyaaaa," jawab Dita dan Yasna serempak. Serempak kesalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysteriously Matched
RomanceRegen tidak suka sesuatu hal yang rumit. Akan tetapi, seakarang ini ia dihadapkan dengan persimpangan; masa lalu yang muncul kembali tanpa aba-aba, masa depan yang terlalu menggoda untuk dilewatkan, dan seorang anonim yang mampu mengalihkan perhatia...