Chap 74 : Tetap bertahan

6 1 0
                                    


Kalingga duduk bersebelahan dengan Natta di tribun sekolah sembari menonton Anan yang sibuk bermain basket. Bukan tanpa alasan Anan tiba-tiba ingin bermain basket sendirian, pemuda itu hanya ingin menghilangkan rasa sedihnya yang tak kunjung reda. Dan di sini lah Kalingga serta Natta berada.

"Kalau ada Hilmy, mungkin tuh bocah udah main bareng sama Anan." Ujar Kalingga bersantai ria.

"Halah, kita aja diusir sama Anan apalagi si Hilmy,"

"Siapa tau kan. Hilmy kan anaknya suka maksa. Yang gali liang kubur mama Anan aja kalau bukan atas paksaan Hilmy Lo gak akan mau, kan?"

Natta mengernyit, "enak aja nuduh, gue juga ikhlas bantuin papa Anan bege. Lagi pula mama Anan tuh banyak baiknya ke kita dulu."

Kalingga mengangguk, "coba aja gue temenan sama kalian dari dulu."

"Nggak usah, ya!"

"Pinjem sepuluh ribu dong." Celetuk Anan tiba-tiba.

"Anjing!"

"Setan!"

Natta dan Kalingga mengumpat di waktu yang bersamaan saat Anan sudah berdiri di depan mereka dengan wajah penuh dengan peluh keringat.

"Udah habis mainnya lo?"

"Belum. Gue haus, pinjem ceban cepet!"

"Lo mintain siapa anjing, gue apa si Lingga?"

"Siapa aja, gue lupa bawa duit."

"Lo aja, Nat, gue miskin."

Natta hanya melirik sinis pada Kalingga sembari merogoh kantong celananya mengambil uang di sana sambil berkata, "jangan sok miskin lo bangsat, bapak lo mafia."

"Ya emang miskin anjir! Bapak gue lagi dinas."

"Mafia bisa dinas?"

"Lo liat aja bapak gue."

Natta hanya bisa menggeleng mendengar jawaban yang tak masuk akal-baginya-dari Kalingga.

"Nih, gak usah dibalikin. Mau ditemenin gak?" Tanya Natta setelah memberikan uangnya pada Anan.

"Oke, thanks. Gue bisa sendiri. Lo pada tunggu aja di sini."

Natta dan Kalingga hanya menjawab dengan mengangguk membiarkan Anan pergi membeli minumnya sendiri.

Lalu, tinggallah dua bujang yang rasanya semakin canggung.

"Ekhmm!"

"Btw, gimana hubungan lo sama si Ara?"

"Ya nggak ada apa-apa. Gue udah bilang gak mau berurusan lagi sama cewek itu."

"Tapi Ara gak seburuk dugaan lo kok, kata gue sih lo harus temuin dia sekali aja."

"Lo maksa nih?" Tanya Kalingga.

"Nggak gitu, Kal, gue ajarin lo cara menghargai. Setidaknya kalau lo beneran gak suka, lo temuin dia, bicarain baik-baik, nggak yang abaiin orang sampai lo sendiri capek tanpa tau perasaan dia gimana,"

Kalingga mengusap wajahnya kasar, pemuda itu merasa seperti terjebak di antara lubang yang tak mempunyai sisi untuk keluar.

"Sebenarnya ... Beberapa hari ini Ara emang sering chat gue, katanya kita harus ketemu,"

"Lo balas gak?"

"Ya, nggak? Buat apa?"

"Tolol, ah. Gue kasih tau lagi ya, Kal. Ara itu bukan tipe yang gampang nyerah, apa lagi situasi yang kayak sekarang ini. Jadi kalau lo mau hubungan ini berakhir, lo berdua harus ketemu, bicarain baik-baik."

The Journey Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang