Semakin sore sekolahan pun semakin sepi, Sheana berdiri di depan gerbang berniat menunggu sang penjemput yang tak kunjung datang juga. Padahal langit sudah mulai menggelap.Gadis itu menjadi bosan sendiri, ia teringat bagaimana awal Hilmy dan dirinya bertemu, saat itu ia juga sedang menunggu penjemput, namun, Hilmy yang tiba-tiba datang cukup mendebarkan jantungnya saat itu, apalagi cara pemuda itu yang berbicara sangat manis padanya.
Sheana diam-diam tersenyum.
"Senyumin apa, neng?"
"Kaget sialan!"
"Heh, mulutnya!"
Sheana langsung mingkem, salahkan saja Kalingga yang tiba-tiba muncul di sampingnya.
"Lo ngagetin aja. Ngapain masih di sini coba?"
Kalingga terlihat berpikir, "kata Hilmy gue harus anter jemput lo mulai sekarang."
Bohong. Pemuda itu hanya ingin mengambil hati Sheana dengan menggunakan berbagai cara.
"Bohong banget."
"Bener kok."
"Disampein lewat mana? Hp Hilmy aja disita,"
"Gue sempet ketemu, dan ngobrol." Hebatnya, Kalingga menjawab tanpa kikuk sedikit pun membuat Sheana semakin percaya.
Gadis itu menatap Kalingga cukup lama, membuat pemuda itu salah tingkah.
"Apa sih, cantik? Gak percaya?"
"Entar, gue telfon Biru dulu."
"Nggak usah, cepet gue anter aja. Gue mau pergi abis ini, gue harus menjalankan amanah gue."
Sheana akhirnya menyerah, ia mencoba untuk percaya kali ini.
"Mana motor lo?"
"Oke. Tunggu sebentar," Kalingga pergi mengambil motornya dengan semangat.
Tak menunggu lama, pemuda itu kembali dengan motornya, di jok belakang tergantung sebuah helm yang kemudian Kalingga berikan pada Sheana.
"Tumben bawa dua helm?"
"Ya, buat jaga-jaga aja. Naik buru,"
"Iyaa, gak sabaran amat." Sheana memakai helmnya lalu naik ke atas motor seperti perintah Kalingga.
Keduanya menyisir jalan sore itu dengan damai, bahkan angin bertiup cukup kencang. Sheana tiba-tiba jadi cemberut, mengingat kalau dirinya bersama Hilmy, mungkin Hilmy sudah memberikan jaket miliknya untuk dipakaikan padanya dan membiarkan Hilmy hanya menyisakan memakai baju seragam saja, padahal Sheana juga tahu kalau Hilmy tak terlalu tahan dingin.
"Shea!"
"Eh, kenapa?!" Sheana kembali tersadar. Ia sedikit meninggikan intonasi suaranya sebab sedang berada di atas motor.
"Gue udah panggil lima kali loh,"
"Oh ... Maaf, gue gak denger."
"Mikirin apa sih? Hilmy?"
"Nggak!"
Kalingga tiba-tiba berhenti di tepi jalan. Di sana ada jembatan dengan pemandangan danau, matahari juga terlihat jelas di sana.
"Kok berhenti?" Tanya Sheana, namun, gadis itu tetap turun mengikuti langkah Kalingga yang kini bersandar di pagar jembatan.
"Lo sekhawatir itu sama Hilmy, ya?"
Sheana tertawa kecil, "apaan sih, Kal."
"Kalau gitu gue mau nanya," tak ada jawaban dari Sheana, Kalingga melirik sebentar pada gadis itu kemudian lalu kembali bersuara, "apa yang lo suka dari Hilmy?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Us
Fiksi PenggemarKisah melankolis para remaja sekolah menengah yang merasakan pahit, asam, manis-nya kehidupan dengan hati yang bergejolak bermekaran saat musim bersemi. Written by @lavidamys