sifat dan karakter tokoh di cerita ini hanya karangan dari author, tidak ada sangkut pautnya dengan sifat asli dari tokoh-tokoh yang author gunakan sebagai media visual
sorry for typo
==================================================
✦✧ICEBERG✧✦
==================================================
sora menggigit bibirnya menahan rasa perih akibat cairan NaCl yang sedang diguyurkan oleh séna ke luka tangannya.
"kalau sakit gausah ditahan kali.."
"gak tuh"
séna langsung menekan luka sora yang terbuka, hingga sang empunya menenggelamkan wajahnya di sisi sofa dan berdesis pelan. kemudian ia balutkan perban agar setidaknya dapat menghentikan sedikit pendarahannya
"yang katanya gak sakit hmm.."
"..."
séna tertawa pelan melihat reaksi sora, namun dirinya juga meringis melihat keadaan seseorang yang ia sukai penuh dengan luka. apalagi darah di tangannya tidak berhenti mengucur akibat pecahan kaca
"soo.. ini kayaknya harus dijahit biar darahnya berhenti, mau ya.. aku anterin"
"biarin aja"
"biarin aja sampai kamu kehabisan darah hah? nurut gak!"
"ck"
"sora!"
"hn.."
dengan perasaan kesal dan khawatir, kini séna menarik wajah sora dan menangkupnya secara paksa, sekalipun sempat ditepis oleh sora
"sini, aku mau lihat mukamu"
sora mendecih dan mengalihkan pandangannya ke arah lain
"btw, lo kenapa punya ruangan bagus gini blonde? enak buat tidur keknya"
"gausah ngalihin pembicaraan kamu"
séna mengambil kapas yang sudah dituang obat merah dan mengusapnya pelan ke rahang dan bibir sora yang luka dan terlihat membengkak.
"a - shh.."
"sakit?"
sora menggeleng pelan, ia menatap séna yang dengan telaten membersihkan dan merawat lukanya. pandangannya membeku melihat wajah séna dari dekat, bahkan sora bisa melihat dengan jelas keringat yang mulai berjatuhan dari pelipis séna. juga deru nafas séna yang berhembus di wajahnya sangat terasa
karena tidak mau berfikir yang tidak-tidak, sora pun memejamkan matanya dan memilih menahan perih yang ada
melihat sora yang memejamkan mata dan menggigit pipi dalamnya menahan rasa sakit, séna pun mendekatkan wajahnya dan meniup pelan bibir sora, dengan harapan bisa meredakan rasa perih yang ada.
sedang sora yang ditiup bibirnya semakin memejamkan matanya menghilangkan pikiran yang berkecamuk di dalamnya
"aku tau kamu lakuin hal ini karena jennie, dan aku juga minta maaf karena aku juga terlibat. tapi soo, jangan lakuin hal ini lagi"
"kenapa?"
"karena menyakitimu"
"lalu kenapa lo ikut terlibat?"
séna diam mendapat pertanyaan dari sora
"kejadian kayak gini gak bakal pernah ada, dan jennie akan baik-baik saja sén, kalau lo bisa ngehentiin mereka dari awal"