──────────
.
.
.Malam itu fantastis, penuh gemerlap. Ornella mengenakan gaun kiriman Ibunya, berpotongan rendah, memamerkan buah dada dan bokong yang sintal. Daisy lebih manis dengan gaun lilac cerahnya yang tidak sesuai tema, kendati begitu tidak ada malu, hanya senyuman hingga gigi kering dan kekesalan hati karena mengenakan sepatu hak tinggi hingga tengah malam. Daisy berbisik di telinganya, "Ferocious kembali mengenaskan. Dillian dapat menyembunyikannya, Sevron berdalih mereka mencari rambut duyung di danau. Untung saja kepala sekolah percaya. Jangan hiraukan Ferocious lagi, dia tersedu semalaman." Ornella mengernyit, memilin sisi rambutnya dan bermain mata dengan Raydan yang mengajaknya berdansa.
"Aku tidak mengabaikannya. Hanya dia yang merasa seperti itu. Buktikan bahwa dia jantan. Jangan bertingkah seperti petugas pengantar surat di kota, Daisy." percikan api tersembur lewat panggung yang terisi beberapa akrobat, Daisy mendekatkan wajahnya yang memerah mabuk. "Kita harus memulai perkumpulan lagi. Malam ini saja, bagaimana?" memang sudah lama, hampir dua minggu. Mereka terlampau sibuk dengan urusan masing-masing, padahal, ada banyak hal yang harus dibahas.
Raydan mulai tidak sabar, dia berjalan mendekati mereka berdua. "Ide bagus. Sampaikan pada Louis, suruh dia menyebarkannya dengan yang lain." selesainya kalimat itu, Daisy sudah tidak tahan lagi, dia mengecup pipi Ornella sembari mengedipkan matanya, memacu langkah bukannya kepada Louis namun kekasihnya, Raynan, saudara kembar Raydan yang lebih sopan dan diam.
"Sahabat anehmu sudah pergi juga akhirnya. Dia menjalin kasih dengan kembaranku. Ketertarikan mereka aneh.. " Raydan menghisap buah apelnya hingga tandas, seratnya merekat di taring vampirnya yang mencuat. Ornella hanya menanggapi kecil, Daisy memang penuh semangat dan suka mencari hal-hal baru yang cukup aneh dan berbeda. Perpaduan mereka, antara Daisy dan Raynan bertolak belakang. Berbeda dengan Raydan yang suka bergaul, Raynan lebih suka menghabiskan waktunya belajar sihir hitam di perpustakaan, sesekali berlatih di aula atau ruang makan hingga mengakibatkan beberapa murid menderita cedera.
Meski begitu, tidak ada yang berani menegur anak bungsu keluarga Ulrica. Ayahnya adalah guru besar sihir hitam, dan desas-desus mengatakan, dia ikut andil dalam membuat gedung-gedung yang ada di Gregory. Sejak saat itu, Raydan memiliki banyak teman, dan Raynan lebih memilih untuk menjauh dari keramaian.
Kembali pada mereka berdua, dansa di aula kali itu terkesan biasa saja. Tidak ada saling menggoda atau kecupan manja di tengah lagu yang mengalun. Raydan lebih suka menghargai waktu dan Ornella mencintai kebebasan dalam setiap gerakannya. "Ferocious memantau dari sudut sana. Aku yakin Sevron tidak berhasil menahannya di asrama." Ornella bersitatap dengan Ferocious yang mengenakan setelah biru dongker dengan topi fedora anehnya yang bertengger di kepala.
Louis berada di sampingnya, menggenggam segelas wine dan jas yang terselampir di lengan. "Terimakasih atas dansanya Nona. Aku selalu terkesan." mencium punggung tangannya, mereka saling membungkuk sebagai bentuk penghormatan terakhir. Dillian langsung menjemputnya, "Mendesak. Mari ke tempat biasa." Ferocious sudah lebih dahulu, Louis menawarkan lengannya, mereka berjalan satu demi satu, dari luar memang nampak seperti kembali ke asrama, padahal tujuan mereka ada di pusat sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gregory
FantasyA story where darkness and love mingle with the devil. Ceating a new world where manners are just empty talk. [ ©JUKIIINIM, 2023. ] RATED MATURE FOR SEXUAL CONTENT.