39).

5.3K 421 11
                                    


"Kau serius" Taeyong merasa tidak percaya dengan apa yang mereka berdua katakan, Johnny dan Jaehyun. "Mmm, tapi yang lebih tidak ku sangka lagi, dia sempat menaruh kamera dikamar!! Kapan orang itu masuk" Johnny mencoba mengingat-ingat kapan sekiranya orang asing itu masuk kedalam dorm mereka, hingga ingatan nya kembali pada Haechan yang meminta panggilkan tulang servis untuk penghangat ruangan nya yang mati tiba-tiba. "Argh,,, siap!!" Johnny mengacak rambut nya frustasi, ada orang segila Yoonseok, kenapa masih ada manusia yang mempunyai otak seperti dia.

"Lalu, apa benar Haechan membunuh nya" tanya Doyoung, "sebenarnya!! Dia belum benar-benar mati saat kami temukan, malah dia sudah berusaha untuk bangun. Ketika kami meminta nya baik-baik untuk ikut ke kantor polisi, dia menolak, jadi  Johnny Hyung menghajar nya karena emosi" ya Johnny menghajar Yoonseok karena orang itu, pertama, menculik Haechan, kedua, melukai Haechan, ketiga menguntit Haechan, ke empat, tidak mau dibawa ke pihak berwajib.

"Syukur lah, dia pantas untuk itu" jawab Taeyong geram, Jaehyun hanya mengangguk saja, mereka masih memikirkan bagaimana kondisi Haechan, meskipun sudah di pindahkan, tapi anak itu belum juga sadar, Jeno di paksa pulang bersama Mark, dia tidak ingin ke dorm dream atau ke rumah nya, jadi Mark membawa nya ke dorm ilichil. "Ini anak dreamis tidak di beritau??"

"Memang nya kau bisa mengatasi mereka" tanya Yuta, bukan nya apa?? Saat Haechan demam saja mereka sudah heboh apalagi kalau tau Haechan di rumah sakit dalam keadaan yang tidak baik. Johnny menghela nafas, "kabari saja, biar aku yang tangani" semua nya menatap Johnny, membuat pemuda Chicago itu ikut membalas tatapan mereka, "John, kau yakin??" Johnny mengangguk, jangan sampai mereka tau dari orang luar, Jeno saja tidak berani menelfon mereka.

Doyoung menelfon Jaemin, saat sahabat Haechan itu mengatakan akan segera ke rumah sakit Doyoung melarang nya, lagipula ini sudah sangat malam, dan dia menyuruh anak dreamis ke rumah sakit besok nya saja. "Bagaimana??"
"Mereka mau langsung kemari, tapi aku larang" terlihat dari gurat Doyoung jika pemuda itu sangat lelah, "tidur lah di sofa. Nanti kalau Haechan sadar aku bangunkan"  meskipun mereka sering bertengkar, tapi Taeyong masihlah memegang kewajiban sebagai leader nya, mereka bertengkar pun hanya main-main, jadi Doyoung memutuskan untuk menyusul Jaehyun yang sudah lebih dulu memposisikan tubuhnya di sofa, memang ruangan yang di tempati Haechan ini kelas paling baik, karena kemauan mereka agar mangnae ilichil ini bisa istirahat dengan tenang.

"Apa ada yang mengabari keluarga nya??" Taeyong dan Johnny saling pandang lalu menggeleng, Yuta nampak terdiam. Apa yang akan mereka lakukan jika kedua orang tua Haechan tau tentang kondisi anaknya, "tunggu dia bangun saja, jangan membuat keluarga nya panik" pungkas Taeyong, Yuta mengiyakan. Mereka jauh, jadi kalau nekat untuk segera datang akan kasihan juga.

______

Keesokan paginya, anak dreamis sudah membuat gaduh dengan membangun kan Hyung ilichil. "Bagaimana bisa terjadi??"

"Kenapa kami tidak di hubungi"

"Kalian tidak bisa menjaga nya"

"Hyung, Haechan Hyung kenapa"

Membuat kepala Taeyong pening seketika, "shut up, bisakah kalian bertanya lebih pelan, kami baru saja tidur" bayangkan saja, mereka baru bisa memejamkan mata saat jam menunjukkan angka tiga lewat empat puluh menit, seberapa mereka pusing nya, tapi anak dreamis dengan brutal nya membangun kan mereka jam lima pagi, oh ayolah!! Mereka juga lelah, "hiks,,, kenapa bisa terjadi pada Haechan-ie" bisik Renjun lirih, "inikah alasan Jeno tidak menjawab telfon ku" ujar Jaemin, mata Chenle nampak berembun juga, kalau Renjun dan Ji-Sung sudah jelas menangis, tapi Chenle. Dia berjanji akan menjaga Haechan, tapi sampai orang yang disayangi nya seperti ini Chenle tidak tau, betapa bodoh nya dia, Chenle terlalu lemah untuk menjaga Haechan.

"Kenapa?? Kenapa Hyung tidak bilang padaku" Chenle mengusap kepala Haechan dengan pandangan memburam, sakit saat melihat Hyung tersayang nya berbaring dengan alat-alat medis di dada dan hidung nya, Chenle tidak bisa membayangkan betapa Haechan menahan sakit nya, "apa aku tidak bisa menjagamu Hyung, maaf" Jaemin mengusap punggung nya, "kita memang lengah untuk hal ini, tapi kita bisa melakukan yang lebih baik kedepannya, jangan berpikir kalau kau lalai" Chenle mengangguk, dia belai pipi Haechan, terasa dingin waktu menyentuh nya, "apa dia akan bangun Hyung?"

"Tentu saja, kita doakan semoga anak bandel ini segera membuka matanya"

Cklek

Pintu ruangan kembali terbuka, menampakkan Jeno bersama Mark membawa beberapa makanan, mungkin untuk sarapan hyungdeul, "kalian,,, disini"

"Kenapa tidak langsung menghubungi kami, Jen" tanya Jaemin begitu Jeno menutup pintu, "maaf, aku tidak mau kalian khawatir"

"Lau beda nya dengan sekarang apa Hyung, apa kami tidak boleh khawatir juga sekarang, melihat Haechan Hyung seperti ini" Chenle menatap Jeno dengan air mata yang terus turun, betapa bodoh nya mereka. Kenapa tidak ada seorang pun yang mengerti perasaan nya, bahwa Haechan adalah orang yang begitu ingin Chenle jaga. "Maaf Chenle, aku sendiri awalnya tidak setuju, tapi dia bersikeras" Jeno menunduk, jujur dia masih menyalahkan ini semua karena dirinya, dia tidak bisa melihat Haechan dalam keadaan menyedihkan seperti sekarang ini.

"Sudah, jangan saling meminta maaf, kalian kalau belum sarapan ayo kita makan bersama, berharap Haechan bangun setelah kita makan" Taeyong berjalan lalu menggandeng tangan Chenle untuk ikut duduk di sofa dan makan bersama, dari sore kemarin mereka belum makan apapun selain air putih, akhirnya Jeno dan Jaemin menyusul.

Mereka makan dalam diam, semua nya nampak tenang, tapi tidak tau apa yang mereka pikirkan di dalam otak mereka masing-masing, "aku tidak nafsu" lirih Jeno pelan, Jeno menaruh kotak makan nya lalu terdiam, dia masih teringat dimana darah Haechan yang terus merembes mengenai tangan nya, jangan sampai kau sakit juga Jen" tegur Doyoung. Menghela nafas kasar, Jeno bangkit lalu duduk di sebelah brankar Haechan, "mbull, kapan kau bangun. Aku rindu main game bersama mu" tangan besar Jeno memegang tangan Haechan yang terpasang selang infus, dia meringis melihat perban yang membalut bahu dan perut sahabat nya, "kenapa kau nekat heum" usap nya pelan.

"Hyung" panggil Ji-Sung, Jeno hanya menoleh meskipun tatapan nya menggambar kan kalau Jeno juga bersedih, tapi sahabat sipit Haechan itu tersenyum kala Ji-Sung meminta duduk di samping Haechan, Jeno membiarkan. Karena dia tau bagaimana sayang nya mereka pada anak ini, "Hyung menemani Haechan Hyung kan waktu itu" Jeno mengangguk, dia memang menemani nya, tapi tidak ikut masuk karena Haechan melarang nya, "lalu kenapa Haechan Hyung bisa terluka"

"Dia tidak ingin aku ikut masuk kedalam, kami hanya memantau nya dari kamera dan penyadap suara" Ji-Sung menunduk dalam, "lantas, siapa yang berbuat seperti ini pada Haechan Hyung, dimana dia sekarang" Jeno menggeleng, dia memang belum tau sebab setelah menemukan Haechan yang penuh luka, Jeno langsung berlari membawa nya ke rumah sakit, yang tau soal itu hanya hyungdeul dan dia belum mengetahui nya, "jangan bahas itu sekarang"

Tiba-tiba tangan Ji-Sung terasa di remat kuat, "eunghhh sshh"
"Haechan,"

"Haechan Hyung" Jeno langsung menekan tombol di atas brankar Haechan, lalu hyungdeul ikut beranjak setelah mendengar Jeno memanggil nama mangnae nya, "kalian keluar lah, biar kami periksa pasien dulu"

Semua member keluar dengan terpaksa, bahkan makanan mereka belum di bereskan, semua mengatupkan kedua tangannya untuk berdoa, ada yang saling menggenggam dalam doa mereka, seperti Chenle dan Renjun, lalu Ji-Sung dan Doyoung, mereka menunggu dengan cemas.

Sampai

"Keluarga pasien"

























Eaaaaaaaa,,,,,,,

Wkwkwkwk suka aku tuhh sama komen kalian kalau pas aku gantung gini 😅😅😅😅

Peace ✌️ dulu lah kita🤭

Ayi (Baby) Haechan Maknae 👶✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang