Chapter Ten: Triangle - 2

246 39 0
                                    

Lima belas menit.

Waktu lima belas menit itu tersisa sepertiga ketika Yerim akhirnya sampai pada antrian kasir yang ramai. Dia baru saja selesai melakukan sprint di antara rak-rak bahan makanan untuk berbelanja. Ia seperti sedang dijahili, karena sesungguhnya tidak mungkin berbelanja hanya dengan waktu sesingkat itu. Yerim harus memutar otak untuk mengambil barang yang tepat dan sesuai dengan uang yang ada di tangannya sekarang.

Dia berniat membuatkan sesuatu untuk si orang sakit.

Sudah meminta tumpangan, dia meminta tolong pada Sungchan dan Giselle untuk singgah di sebuah supermarket. Tujuannya baik, toh itu juga untuk kebaikan kawan mereka. Hanya saja, niat mulia itu terlalu mulus apabila dianggap tiada maksud. Yerim mau tak mau mengakui usahanya mendekati Hyunjin ketahuan.

Akan tetapi, Giselle dan Sungchan menunjukkan sikap seperti mendukungnya. Mereka tidak menghina ketika mengetahui niat Yerim. Justru, mereka mendukung. Mereka butuh hiburan dan rasa penasaran akan respons Hyunjin menjadi pilihan mereka. Yerim merasa dirinya badut yang tidak punya harga diri. Tetapi, apa boleh buat? Dia memang mengincar Hyunjin sejak awal.

Yerim berlari kecil memeluk kantong belanja menuju lapangan parkir tempat di mana Giselle dan Sungchan menunggu. Dia disambut seperti sangat ditunggu. Sungchan turun dan membantu membukakan pintu belakang untuk menaruh barang belanjaan, sementara Giselle masih sibuk bermain game.

Di antara kesibukan jarinya berlarian di layar ponsel, Giselle melirik kecil kepada kantong yang diletakkan sang kawan di belakang mobil. "Seberapa hebat kau memasak?" tanyanya tanpa menatap.

Setelah selesai mengatur dan menutup kembali pintu belakang, Yerim masuk ke mobil dan duduk di bagian tengah sendirian. "Aku cukup percaya diri. Kalian ingat Sunghoon? Dulu aku bekerja untuk kawannya: memasak dan mengurus rumah."

"Ah, kalau itu kurasa Hyunjin akan suka," sahut Sungchan dengan nada riang seraya menyalakan kembali mesin mobil.

Giselle terkekeh, "suka karena dia akan dapat pembantu gratis."

"Kau tahu dia, kan? Dia sejak lahir selalu mendapatkan apa yang dia mau. Semua selalu tersedia. Aku terkejut sekali ketika tahu dia keluar dari rumah dan memilih tinggal sendiri. Maksudku, aku tidak menyangka dia mampu hidup sendiri."

"Konflik, kan?"

"Konflik seperti apa?" Yerim melompat ke percakapan dengan ekspresi polos, mendapatkan informasi bagus yang berguna tentu memancingnya untuk lebih penasaran. Dia ingin tahu lebih banyak.

"Dia--"

Sungchan tidak bisa menyelesaikan kalimat, pahanya ditepuk keras oleh Giselle. Sebuah instruksi yang jelas bahwa gadis itu tidak ingin dia bicara terlalu banyak. Dari spion dalam mobil, Yerim bisa memahami bahwa informasi itu seharusnya tidak dibagi padanya.

"Menurut kalian apa dia akan marah kalau aku datang dan sok perhatian?" tanya Yerim.

Giselle tertawa keras. "Tentu saja. Tetapi, itu tidak berpengaruh bagimu, kan?"

"Kurasa kau perlu berhati-hati, Yerim-a." Sambil menyetir, Sungchan berkali-kali melirik ke arah spion. "Hyunjin bukan orang yang tepat untuk kau ajak bermain-main. Dia akan membuatmu terluka."

Yerim mengetahui itu, tentu saja. Dia sudah tahu dengan akibatnya. Tetapi dia percaya dia bisa mengatasi semua itu. Dia tidak akan mati konyol hanya karena berurusan dengan Hyunjin.

"Daripada Hyunjin, sebenarnya aku lebih takut pada Bomin," ucap Giselle tiba-tiba. Dia tertawa kecil dengan gagasan yang ucapkan sendiri. "Benar, kan?"

Sungchan terlihat setuju dan mereka menertawakannya bersama. 

THE GAMBLER 2: Big League🔞 | TXT & EN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang