01

793 54 10
                                    

"Sayang, hari ini sepertinya aku tidak bisa menjemputmu."

Jaehan yang saat itu sedang merapikan meja makan mendongak, "Kenapa memangnya, Gyeom-ah?"

Hangyeom mendekat, mencium pipi Jaehan, dan melangkah menuju pintu dengan tergesa-gesa. "Maaf. Tapi, aku harus bertemu dengan client di jam itu. Aku akan menghubungi Yechan saja untuk mengantar dan menjemputmu nanti."

Baru saja Jaehan ingin membuka mulut, tapi pria yang baru satu tahun menjadi suaminya itu sudah lebih dulu keluar diiringi dengan bunyi klik dan pintu rumah mereka sudah tertutup lagi.

Hela napas Jaehan terdengar. Padahal ia ingin mengatakan bahwa tidak apa jika tidak bisa, tidak perlu merepotkan orang lain hanya untuk dirinya. Ia bisa berangkat sendiri. Tapi, suaminya itu malah keburu pergi.

Akhir-akhir ini Hangyeom memang sibuk sekali. Jaehan paham walaupun menjadi sedikit sedih juga. Akan tetapi, ia tak apa-apa.

Sungguh.

Ia bisa berangkat dan pulang sendiri. Lagipula, dia kan laki-laki. Hangyeom saja yang terlalu memanjakannya seperti ini.

Tidak ingin larut dalam kesedihan karena waktunya bersama sang suami tercinta yang mulai tersita, Jaehan akhirnya memutuskan untuk mandi sebelum berangkat kerja.

Berbeda dengan Hangyeom yang bekerja di perusahaan dagang, Jaehan memilih untuk menjadi penjaga florist milik teman suaminya.

Merangkai bunga adalah salah satu keahliannya dan ia juga menikmati pekerjaan ini walau gajinya tidak seberapa.

Jaehan biasa berangkat pukul sembilan pagi dan pulang sore hari. Ia bahkan masih mempunyai banyak waktu sebelum makan malam tiba.

Sekitar tiga puluh menit menghabiskan waktu di kamar mandi, Jaehan pun akhirnya selesai dan langsung bersiap-siap. Tidak banyak yang ia siapkan, bahkan pakaiannya pun hanya sederhana saja. Memang begitulah dia. Meski lahir di keluarga kaya, tapi statusnya sebagai anak pertama membuatnya bisa menyesuaikan dengan lingkungan di mana dia berada.

Ia bisa menjadi sangat dewasa dan untuk saat ini ia memang hanya akan bersikap manja pada suaminya saja.

Mungkin, ada satu orang lainnya juga.

Mengambil tas selempangnya, Jaehan berlari ke luar rumah setelah mengunci pintu dan pagar. Namun, alangkah terkejutnya ia saat mendapati sosok tinggi yang sudah bersandar di pintu mobil dengan tangan bersidekap di depan dada.

Jaehan melangkah mendekat, "Yechan-ah?!"

Sosok itu, Shin Yechan.

Pertama bertemu Yechan adalah saat pria ini mengadakan pesta ulang tahun beberapa bulan yang lalu. Hangyeom mengajaknya dan mengenalkan Yechan padanya. Sekarang pria ini seolah menjadi tempat penitipan untuknya.

Ada rasa tak enak hati, tapi mau bagaimana lagi. Semua karena Hangyeom yang semakin sibuk saja akhir-akhir ini.

Yechan tampan dengan segala pesona yang pria itu miliki. Meski terkadang apa yang keluar dari bibirnya membuat Jaehan kehilangan kata-kata.

Satu hal yang membuat Jaehan merasa canggung adalah saat pria itu dengan jelas berkata, "Aku tidak tahu apa maksud Hangyeom hyung terus menitipkanmu padaku. Apa dia tidak takut?"

"Takut kenapa?"

Itu pertanyaan Jaehan dan saat itu Yechan tidak menjawab. Pria itu hanya melempar senyum dengan tatapan mata yang aneh.

Aneh, namun mendebarkan. Bahkan hingga sekarang, Jaehan tidak benar-benar bisa menatap mata Yechan tanpa harus merasa salah tingkah.

"Suamimu menyuruhku mengantar sekaligus menjemputmu hari ini."

Affair✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang