Hujan turun cukup deras sore ini, rintikan air hujan membuat tanah seketika menjadi basah.
Terlihat seorang gadis di taman sedang berlari-lari dan sesekali menyapa bunga-bunga yang ada di sekeliling nya, masih mengenakan baju putih abu-abu dengan rambut panjang yang sengaja dirinya gerai, wajah cantik itu sekarang sedang tersenyum ria, senyum yang sangat manis. Tak sadar kah ia begitu cantik dengan gemuruhnya hujan sore ini? Gadis malang yang selalu kesepian dan mengharapkan akan ada keajaiban turun dalam hidupnya, namun itu semua bagaikan ia harus berlari dalam alam semesta yang tak akan pernah ada ujung nya.
Tanpa gadis itu sadari ada seseorang yang sedang memperhatikan nya dari kejauhan, ia tersenyum saat melihat Lengkara, gadis yang di temui nya dua tahun lalu. Rupanya masih sama, hanya rambutnya saja yang berbeda. Rambut yang dulunya masih terlihat pendek sekarang sudah lebih keliatan memanjang, sangat cantik.
"Lengkara, gadis yang aku temui selama dua tahun itu, ternyata masih sama seperti saat kita bertemu di kala itu, dua tahun yang lalu."
ucapnya, masih menatap gadis cantik yang ada di hadapanya. Tidak terlalu jauh, tetapi Lengkara seakan tak menyadari sekeliling nya. Seperti sudah terhanyut di dalam dunianya sendiri, dengan di naung-ngi derasnya hujan sore ini, di kota Bandung.
ぬ . 𖧧
lima tahun yang lalu
Rumah itu terlihat berantakan. Banyak benda-benda yang sudah rusak tergeletak di lantai, suara teriakan itu menggema di setiap sudut ruangan, tangisan anak itu tidak lagi terdengar, hanya ada suara isakan kecil yang mampu keluar dari mulutnya ia tak ada nyali untuk bersuara, rasanya sudah sakit berkali-kali lipat ketika Pramono memukul anak itu dengan barang-barang yang ada di sekitar ruang tamu. Bekas cambukan membekas di punggung anak itu. Pramono telah berubah, ayahnya yang sekarang bukanlah ayah yang dulu, walaupun sudah sering kali di perlakukan seperti ini tetap saja rasannya sakit. Banyak sudah bekas luka di tubuh anak kecil malang ini, Pramono berteriak lalu mencaci maki darah daging nya sendiri. Sungguh keji perbuatan nya itu.
Perkataan-perkatan yang tak seharus nya anak itu dengar tetap di ucapkan oleh Pramono. Rasanya bertubi-tubi. Perkataan pedas dan cambukan itu bak batu besar yang menimpanya berkali-kali lipat.
"Ayah.. cukup, sakit jangan pukul lagi.." ucapnya mencoba memberanikan diri untuk bersuara walaupun saat ini sudah mulai lemah, tak ada lagi daya yang mampu untuk di keluarkan. Sungguh.. rasanya tak kuat lagi untuk berbicara, sakit.
Pramono hanya menatap acuh, tak segan juga ia menendang perut anak nya sendiri, tak sadar kah Pramono sudah keterlaluan? ia terus menyakiti darah daging nya sendiri walaupun anak itu sudah memohon-mohon padanya.
"Masih berani ternyata berbicara? Belum puas kamu saya pukuli? Mau sampai mati kamu saya pukuli hah?"
"Jangan ayah.."
Ucap anak itu lagi. Berusaha sekuat tenaga untuk tetap bertahan walaupun rasanya semua sudah mati rasa, ayahnya tak ada rasa kasihan sedikit pun pada nya. Dengan sifat angkuhnya Pramono pergi dengan sengaja menendang perut anak malang itu, sekali lagi sakit di dalam perutnya kembali menggejolak.
"Bunda, rumah ku hancur setiap hari selalu saja kehujanan. kakak gak punya tempat untuk berteduh. Setiap kara mau bangun lagi rumah itu, rumah yang aku bangun, lagi dan lagi selalu hancur karena angin kencang yang selalu datang tiba-tiba. Kara harus berteduh di mana lagi bun? Rumah yang dulu sudah pergi, bunda itu adalah rumah aku satu-satunya. Selalu memberi tempat berteduh dan bisa menampung semua beban yang aku punya. Sekarang kara sendiri, kakak rindu bunda. Rindu pelukan bunda, rindu usapan bunda, kakak rindu kecupan di pipi yang selalu bunda beri ke Lengkara. kakak rindu segalanya tentang bunda.. bunda kenapa cepat sekali meninggalkan kakak sendiri di sini? anak mu ini masih butuh bunda, aku masih terlalu lemah untuk menerima semua cobaan yang tuhan kasih ke Lengkara bun.. putri kecil bunda masih butuh pelukan. Aku itu gak sekuat bunda..."
ぬ . 𖧧
terimakasih sudah mampir ke cerita pertama saya, masih dalam masa perbaikan, dan jika ada typo mohon di wajarkan, bagi plagiarisme mohon jauh-jauh dari lapak saya terimakasih🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Terakhir
RomanceSepucuk surat yang berisikan tentang aku, dan kamu yang takkan pernah bisa menjadi kita, semuanya berakhir disini. •••• "Surat ini aku beri ke kamu, nanti tolong di baca, ya?"