K A M B U H

7.1K 416 7
                                    

Bisa dengan jelas aku merasakan ruangan yang cukup mencekam ini. Bukannya aku tidak sadar. Aku hanya terlelap namun aku bisa merasakannya. Merasakan ruangan dua tahun lalu dengan situasi yang sama.

Aku ingin sekali terbagun namun aku masih terlalu takut. Aku takut jika nanti aku terbangun, keadaannya akan sama. Fariz  masih membenciku dan itu yang tidak ingin aku rasakan.

Aku membuka mataku. Disana ada fariz  yang tengah duduk di sofa ruangan ini. Ia lengkap memakai pakaian steril. Kumohon jangan sampai ia tau tentang semua ini, aku tidak mau orang yang khawatir kepadaku akan bertambah.

Aku melihat ia sangat khawatir dan apakah ia sudah kembali seperti dulu? Aku tidak berani menatapnya saat ia menghampiriku. Ia mendekat kearahku. Aku menghelakan nafas sejenak. Mau apa ia membantuku disaat ia membenciku?

"Lo udah sadar?"tanya nya singkat.

"Yaa—aku akan selalu baik-baik saja. "Balasku sejenak. Bisakah ia tidak semakin membuatku salah tingkah seperti ini?

"Maafin gue karena udah buat lo kayak gini. Jujur, gue panik banget saat lo jatuh kayak tadi. Udah kesekian kalinya gue liat lo kayak tadi. "Katanya dengan menatap arah lain.

"Yaa— bagi aku sudah biasa, jadi tidak perlu khawatir"balasku singkat.

Ku dengar ia tiba-tiba saja tertawa. Ia seakan bahagia sekali namun aku tidak tau kenapa ia bisa tertawa seperti itu. Aku hanya menaikkan alisku singkat. Aku tidak mengerti apa yang fariz  lakukan.

Kudengar ia menghela nafas sejenak.

"Kau tau? Lo ternyata yang akan dijodohin dengan putra . Bukan gue. Jadi lo gak usah khawatir lagi dengan perjanjian waktu itu. Lupain aja"katanya dengan lirih.

Apa? Aku yang akan dijodohkan oleh putra ? Mengapa semua itu bisa terjadi?

"Lagipula lo cocok kok sama putra !"sahut dia kembali. Apakah seluruh rssa cintanya sudah hilang dan lenyap begitu saja?

"Kenapa bisa dengan putra ?"tanyaku kembali.

"Karena gue yang memintanya. Gue gamau aja ngeliat lo terpaksa dengan tunangan itu. Dan begitupun sebaliknya, jadi kita impas kan?"jawabnya yang semakin membuatku tidak mengerti.

"Lalu, kau bagaimana?"

"Gue kan udah ada angel. Jadi lo gak usah khawatir. So, gue akan secepatnya tunangan dengan angel disaat lo daj jordan sudah bertunangan. Simple"kata fariz  dengan santai.

"Fariz , terima kasih. Setidaknya lo udah mau nyatakan perasaan lo dengan sejujurnya. Aku tau sudah meninggalkanmu brgitu saja lalu aku kembali.. Namun cintamu ternyata bukan untukki rupanya."kataku dengan tertawa.

"Keadaan udah berubah, tyas.. Gue gamau terus-terusan terpuruk. Gue gamau terus-terusan mengharapkan sesuatu yang tidak pasti. Gue selalu aja nunggu lo dulu, namun disaat lo kembali. Rasa itu hampir aja lenyap."jelas fariz.

"Sayangnya gue pergi tanpa pamit. Jika aja kalo gue pamit..."

"Lupain aja tyas ."potong fariz  dengan cepat yang langsung meninggalkanku sendirian diruangan ini.

Apa yang sedari tadi aku pikirkan? Apakah belum juga jelas kalau Fariz sudah melupakan semuanya. Cinta memang sangat rumit.

Aku memikirkan kata-katanya fariz tadi. Otakku seakan merekam kejadian yang terjdi tadi. Bagaikan kaset yang selalu saja diulang-ulang. "Rasa itu hampir lenyap"gumamku sejenak.

Apakah masih ada sedikit perasaan fariz  untukku? Aku tidak mau terlalu berharap karena jikaa itu semua slaah, rasa sakitnya akan begitu terasa. Lebih baik aku menatap jalan kedepan tanpa mengingat kejadian yang sudah lalu.

"Ya mungkin benar! Fariz  sudah melupakanku dan seharusnya aku juga melupakannya."tekadku didalam hati.

***

Hari menjelang malam, fariz  yang sedari tadi bersmaaku. Kulihat wajahnya sudah mulai mengantuk. Ia terlihat sangat lelah sudah seharian menungguku. Aku menghampirinya untuk menawarkannya makan namun ia selalu saja menolaknya.

"Sebaiknya kau tidur. Aku tidak apa-apa"kataku dengan lirih

"Kakak lo yang nyuruh gue jagain lo, jadi gue harus jagain lo"katanya dengan singkat.

"Tapi jika seperti itu kau juga akan sakit. Sejak pagi kau belum makan kan?"tanyaku khawatir kepadanya.

"Ya—gakpapa. Lagian gue biasa gak makan"katanya singkat.

Aku menghela nafas sejenak."fariz .. Apa kau masih membenciku?"tanyaku gugup.

"Sangat sulit untuk bisa melupakan semua itu, tyas . Mungkin saat ini gue mencobanya. Tapi gue gatau kedepannya gimana"katanya singkat.

"Jika nantinya kau memaafkanku?"

"Bisa saja"katanya dengan penuh teka-teki.

The Beating Of Love   [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang