44

869 46 0
                                    

Indah sudah pulang menyisakan Yogi dan Bebe yang terus meneteskan air mata. Yogi memerhatikan, iba saat melihat anak itu. Ia lalu menepikan mobil. Yogi ingin berbicara dengan Bebe. Ia juga akan merasa iba pada Rei jika ia harus melihat putrinya yang menangis.

Yogi mendekatkan tubuh, membelai rambut Bebe. "Bebe, tadi kan Tante Indah udah bilang mami enggak apa apa."

"Tapi air mata Bebe enggak mau berhenti keluar." Anak itu berkata sambil menghapus air mata yang menetes di wajahnya.

"Iya, tapi Bebe tenang ya. Mami enggak apa apa sayang." Yogi coba menenangkan dengan membelai lembut wajah Bebe.

Strawberry menatap Yogi kemudian menganggukkan kepala. "Tapi air mata Bebe engga mau berhenti keluar papi."

"Hmm, gimana kalau Bebe kasih mami sesuatu? Siapa tau mami sehat nanti dapat gift dari Bebe?Bebe mau beli sesuatu dulu nggak buat mami?" Yogi mencoba untuk menawarkan, barangkali Strawberry ingin memberikan sesuatu untuk sang ibu.

Bebe terdiam sejenak Mama memikirkan apa yang mungkin bisa Ia berikan kepada sang ibu kemudian ia mengeluarkan dompet miliknya. "Papi, mami boleh makan cheese cake?"

Yogi anggukan kepala. "Boleh. Kita mau beli cheese cake dulu buat mami?"

"Iya, mau."

"Oke, kita beli cake buat mami."

Yogi lalu segera melajukan mobilnya untuk menuju toko kue. Di sana Yogi membiarkan Bebe membeli dengan uangnya sendiri. Bukan karena ia tak bisa memberikan, tetapi ia merasa Kalau lebih baik seperti itu. Bebe jadi bisa membanggakannya pada sang ibu. Karena membeli sesuatu dari uang tabungan yang ia miliki.

Yogi membelikan segelas Milkshake strawberry untuk Bebe sebagai hadiah. Kemudian keduanya segera menuju rumah sakit. Yogi menggendong anak itu, berjalan menuju kamar di mana sang Ibu tengah dirawat. Sampai di depan kamar ia tak segera masuk.

"Janji jangan nangis ya? Bebe harus senyum dan dukung mami oke?"

Bebe anggukan kepala. Setelah merasa yakin Yogi segera membuka pintu. Di sana masih ada Ratih, Bram dan Rei yang terbaring di tempat tidur. Sementara itu Tedi sudah harus berangkat ke kantor. Jadi terpaksa meninggalkan rumah sakit lebih cepat.

"Hai sayang?" sapa Rei.

Yogi menurunkan strawberry dari gendongannya. Anak itu kemudian mencium tangan sang kakek dan nenek selalu berjalan menuju Rei. Ia duduk ke tempat tidur, lalu mencium wajah Rei.

"Bebe beli ini buat mami." Bebe memberikan kue yang ia beli.

"Terima kasih. Tadi kamu beli ini dulu sama Om Yogi?"

"Iya, Bebe mau kamu cepet sembuh katanya." Yogi menjawab pertanyaan yang diajukan. Dia kemudian duduk di kursi yang berada tepat di samping tempat tidur.

Rei segera mencium wajah dan juga memeluk putrinya itu. "Terima kasih sayang."

"Mami enggak apa apa kan?" tanya Bebe.

"Mami nggak apa-apa, nanti sore kata dokter juga udah boleh pulang. Mami boleh istirahat di rumah."

"Besok-besok Mami nggak boleh naik motor ya? Tadi kan opa udah bilang kalau Mami nggak boleh naik motor. Tapi Mami nekat naik motor."

Rei anggukan kepalanya, dia sangat mengerti Kalau Putri semata wayangnya itu Tengah merasa cemas. "Iya, maafin mami ya. Mami harusnya dengar kata-kata opa tadi."

Bebe menganggukkan, lalu memeluk Rei lagi dengan sangat erat. "Bebe sayang mami."

"Mami juga sayang Bebe."

Suasana haru negitu terasa di sana. Bebe menepati janji untuk tidak menamgis.

Rei kemudian menyantap kue yang dibelikan oleh Bebe. "Enak."

"Mami suapin papi dong." Bebe meminta.

Rei melirik Yogi yang membuka mulutnya dengan tatapan manja. Sementara itu Ratih tersenyum malu dan memukul bahu Bram pelan.

Rei menyendok kue dan menyuapi Yogi. "Enak?"

"Enak apalagi kamu yang nyuapin," sahut yogi buat Rei geleng-geleng kepala.

Rei lalu menyuapi Bebe. Bebe tersenyum senang melihat interaksi antara Yogi dan sang mami.  Rei bisa melihat itu. Hanya saja masih banyak hal yang harus ia pikirkan sebelum benar-benar menerima Yogi.

"Kamu enggak kerja Mas?"

"Hari ini aku jagain kamu. Aku stay di sini sampai kamu pulang."

***

Sore ini, Deff makan siang bersama dengan Clarissa. Seperti biasa mereka berdua memang sering menghabiskan waktu bersama. Apalagi saat ini Clarissa sedang tidak memiliki pekerjaan, jadi seperti biasa dia mengganggu sahabatnya itu.

"Mana Kanaya?" Clarissa bertanya, karena Deff mengatakan kalau ia mengundang Kanaya untuk makan siang bersama mereka.

"Gue udah bilang ke dia, katanya tadi lagi OTW." Deff jawab pertanyaan sahabatnya itu sambil meneguk kopi yang dipesannya.

Clarissa memerhatikan, tumben sekali hari ini deh memesan secangkir kopi panas. "Hot coffee? Tumben?"

"Lagi bad mood sama kerjaan, harusnya hari ini nyelesaiin konsep, tapi Pak Yogi mundurin jadwalnya. Nggak tahu deh kenapa, tapi itu ngeganggu banget."

"Tumben Pak Yogi kayak gitu? Biasanya dia orangnya sat set?"

Deff anggukan kepala dia sendiri juga merasa heran dengan tingkah Yogi yang tak seperti biasanya hari ini. "Ngikutin Rei mungkin biasalah orang yang lagi bucin."

Clarissa menatap Deff dengan penuh selidik. Heran juga, kenapa temannya tiba-tiba jadi sinis seperti ini. "Lo kok negatif thinking sih? Yang gue tahu Pak Yogi itu bukan orang yang suka nunda, dan Rei itu kayaknya juga tipe perempuan yang profesional deh."

"Ya sekarang lo lihat aja, Biasanya Pak Yogi yang nggak pernah cancel sesuatu sekarang tiba-tiba aja nggak cancel dan ngerubah sembarangan. kalau bukan karena Rei karena siapa?" Deff bertanya lagi terlihat sekali kekesalan di nada bicara pria itu.

"Siapa tahu aja ada alasan lain. Lo nya aja yang terlalu negatif thinking."

"Lo tuh sebenarnya temen gue atau bukan sih?"

"Gue cuma senang aja godain lo. Dan semoga ini bukan karena lo yang masih ada perasaan sama mantan—"

"Hai sorry telat."

Kanaya tiba-tiba saja datang dari itu membuat Larissa menghentikan ucapannya. Clarissa hadiah berharap kalau anaknya tidak mendengar ucapannya yang terputus.  Kanaya mencium kedua pipi Deff, sebelum akhirnya duduk di samping pria itu.

Clarissa melirik pada Deff ia takut kalau karena ia mendengar ucapannya tadi.

"Gimana kabar Lo Clar?" tanya Kanaya sambil mengulurkan tangannya.

"Pengangguran yang sehat sentosa," jawab Clarissa.  Tidak bisa ditepis lagi karena memang ia tidak memiliki pekerjaan saat ini.  tetapi kehidupannya baik-baik saja karena keluarganya yang berkelimpahan.

"Kamu tumben bisa makan siang? Katanya tadi hari ini mau ada rapat?" Kanaya bertanya pada kekasihnya.

"Iya, seharusnya hari ini ada rapat, tapi tadi Pak Yogi nggak datang ke kantor. Jadi aku makan siang lebih cepat dan sengaja ngajak kamu sama Clarissa." 

Kanaya menganggukkan kepalanya kemudian menatap bergantian kepada Dev dan juga Clarissa. "Aku tadi dengar mantan? mantan apa nih?"

"Uhuk!" Clarissa yang mendengar itu sampai tersedak.

Deff berdiri, berjalan menghampiri sahabatnya dan menepuk-nepuk punggung Clarissa. "Pelan-pelan dong Lo."

Kanaya jelas merasakan keanehan. Dia terdiam sejenak, untuk memikirkan kemungkinan Siapa mantan yang dimaksudkan oleh Clarissa.  "Mantan istri kamu sayang?" terkanya.

one night stand with janda Gendut Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang