"Gak usah ngemis balikan!"
"Tapi gue engga mau putus, Rey!"
"Gak usah nyusahin bisa gak? Ikutin aja alur cara main gue yang kaya biasanya, lo juga udah pasti hapal, 'kan?!" Sedikit jeda. "Dan lagian, mau lo gamon sekalipun, gue tetep gak peduli. Gue engga akan terima lagi cewe yang udah gue putusin!"
Tut!
Setelah bicara tanpa pertimbangan, apa itu akan menyakiti atau sangat menyakiti hati pendengarnya, cowo bernama Reygan Zen Arvian itu melempar gadget yang baru saja putus panggilan dari salah satu gadis yang pernah ia kencani dua Minggu lalu ke samping kursi.
Posisi dirinya sedang menyetir, dan ia terpaksa menerima panggilan tadi selain karena malas, gadis itu terus saja menelpon dan itu sangat mengganggu. Seperti kue yang diinginkan lalu tidak, Reygan tidak punya selera lagi kepada gadis itu.
Duk!
Reygan menutup pintu mobilnya kembali setelah berdiri di halaman rumah. Hari ini, jadi sebuah pertanyaan kenapa dia pulang. Tolong jangan salah menduga, hubungan keluarga mereka sangat baik-harmonis. Hanya saja sejak Reygan kuliah dia mulai tinggal terpisah di salah satu apartemen ternama yang ada di salah satu kota ini.
"Sudah makan?"
Reygan mencium punggung tangan Sang Ibunda sebelumnya. "Belum. Rey makan di luar aja Ma, sekalian nongkrong."
"CK! Makan di rumah aja. Mama kurang percaya kalau kamu makan di luar."
"Nanti Rey pap biar Mama percaya, Rey makan makanan yang baik. Bukan ngemil tapi bilangnya makan, janji." Reygan maju lalu mencium pipi Rebecca-nama indah setiap kali orang-orang memanggilnya.
"Rey!" Rebecca kesal sedikit karena putra satu-satunya itu pergi begitu saja ke kamar. Padahal dirinya masih ingin bicara lebih panjang. Beliau mendesah berat, tak lama suara putrinya memekik dari arah ruangan yang lain dan membuatnya mendesah lagi.
"MAMA!"
"MAMA!"
Hanya sebatas tarikan nafas suara itu kembali memanggil Rebecca. "Iya, mama datang sayang," ujarnya lalu pergi.
Reygan membuka lemari sebelum ia mengambil kemeja yang dulu dibelikan mamanya sewaktu mereka ke Paris yang menggantung di dalamnya. Kemeja yang semula dia pakai sejak kuliah tadi, dia lepas lalu digantikan dengan kemeja tersebut.
"Apa gue pacarin si Naya, ya?"
Tiba-tiba otak gilanya terbesitkan itu.
Reygan ini sejak kuliah, entah kenapa seperti tidak bisa jauh dari kata punya pacar baru. Atau, tidak bisa melajang sedikit lebih lama. Awalnya beberapa orang tercengang saat dia putus dan esoknya sudah berkekasih baru, tapi sekarang itu sudah terdengar biasa.
"Tuh cewe cakep. Body goals." Reygan berkacak pinggang berpikir. "Gue tanya Halwi sama Ahdan aja lah nanti."
Meninggalkan kemeja lusuhnya di atas kasur, Reygan kembali turun ke lantai pertama. Suara musik yang tak sampai ke kamarnya terdengar kencang di sana, dan hal itu sudah tak aneh lagi karena mereka punya salah satu anggota keluarga yang sangat mencintai tarian.
Awdella-adiknya.
Bahkan ketika mereka tinggal bersama, dan sampai sekarang Reygan masih ingat salah satu lirik lagu yang pernah ditarikan adik gadisnya itu-Blackpink, tet tenonet tenonet tenonet, di bagian nyaris akhir lagu Ddu Du Ddu Du, dan tentunya dengan lirik dugong andalannya. Saking ia hafal lagu tersebut sampai ke instrumennya.
"Dancenya kaku."
"Wewewe bodo amat," jawab Awdella masih tetap fokus dalam tariannya.
Reygan duduk ke sofa yang berada di belakang adiknya itu. Tv besar di depan adiknya menampilkan dance practice lagu Twice-Go Hard. Reygan paling senang merecoki keseriusan Awdella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melting You Softly
Fanfiction[Completed]. ... Ada satu gadis yang tiba-tiba datang dan menampar dirinya dengan fakta bahwa ia bukan lah matahari yang mana seluruh bumi berporos kepadanya. Di seperkian banyak gadis yang tergila-gila, ada Acha yang menolak. Dan Rey penasaran pada...