9 | Jealous Sunshine

159 11 0
                                    

Selamat membaca ✨

✿︎✿︎✿︎

Akhirnya Alicia berakhir di perpustakaan.

Setelah gagal berkonsentrasi semalaman, Alicia ketiduran tanpa menyelesaikan tugas esai yang harus ia kumpulkan pada jam terakhir. 

Semua ini karena pria brutal itu. Pikirnya, menyalahkan Valentine. Sepanjang malam, ia tidak bisa berhenti memikirkan mata hitam dan mulut Valentine.

Mata hitam yang muncul tiap kali Valentine dikuasai oleh emosi itu seharusnya membuatnya takut, tapi yang terjadi malah sebaliknya. Alicia merasa mata itu menarik. 

Sepertinya sekarang ia sudah mulai gila sungguhan. Sesuatu yang normalnya menakutkan malah membuatnya tertarik.

Apalagi saat pria itu mencium lehernya. Alicia terngiang akan sensasi yang ia rasakan saat itu.

Alicia menggelengkan kepala. Saati ini, ia harus segera mengenyahkan segala pikiran tentang pria itu. Tinggal beberapa baris kesimpulan dan tugasnya selesai. Ia akan memikirkan apa yang terjadi kemarin nanti.

Tik tok tik tok.

Waktu berlalu. 

"Alicia." Joanna tiba-tiba datang menyenggolnya dengan suara keras.

"Shhht. Ini perpustakaan."

Joanna nyengir akan kelakuannya sendiri. "Esai? Kamu gak tahu kalau setelah istirahat jam kosong sampai pulang?" Komentar Joanna setelah melihat apa yang Alicia kerjakan. Kali ini dengan suara pelan.

"Hah? Serius?"

"Hmm." 

"Memangnya ada apa? Tumben sekali."

"Rapat seluruh anggota dewan tentang sihir atau apalah. Aku sendiri kurang tahu." Ucapnya santai. "Yang penting jam kosong. Aku benci mengerjakan esai bahasa Inggris Mr. Damien. Menyebalkan."

Untuk yang satu ini, Alicia satu aliran dengan sahabatnya. Tapi bukan berarti ia perlu menyuarakannya juga. Jadi, ia hanya mengangguk.

Tak apalah. Esai sudah terlanjur selesai. 

"Sekarang. Ayo, kita ke kantin. Aku lapar." Ajaknya dengan memanyunkan wajah. Tingkah Joanna memang selalu semacam itu.

 "Ayo." Mengerjakan esai sambil mengusir Valentine dari otaknya berhasil membuat perutnya sangat lapar.

Beberapa hari belakangan ini, Alicia berhasil memiliki kebiasaan yang berbeda. Aneh rasanya, bagaimana sekarang ia bisa menghabiskan istirahat tanpa melewati lapangan basket. Tak ada lagi rasa kehilangan.

Biasanya, satu hari saja ia tidak menyempatkan waktu melihat James dari kejauhan, suasana hatinya akan langsung buruk dan tak ada satupun yang bisa ia kerjakan dengan benar. Bahkan, ia dulu sempat lemas hampir pingsan. Untung ada Joanna yang membawanya pulang.

Sepertinya Valentine memang penyelamatnya. Sekali lagi, ia yakin membuat kesepakatan dengan pria itu adalah hal yang benar. Namun, ucapan Joanna mengusik pikirannya.

Bagimana jika ia justru terjebak dengan Valentine?

Sekarang, otaknya bahkan sudah dipenuhi oleh pria itu. Valentine hanya belum berhasil mengusik mimpinya. 

Parahnya, tak ada petunjuk mengenai Lycan kecuali pria itu sendiri. Valentine hanya menjelaskan kalau Lycan mirip Werewolf. Itu saja. Minim informasi.

Joanna bahkan tak tahu banyak tentang Lycan. 

"Alicia." Joanna mencolek pipinya. "Kamu masih suka melamun. Apa James mengganggumu lagi?"

"Tidak, kok." Alicia memilih tak bercerita mengenai kejadian di toilet kemarin. Tak seorangpun di sekolah tahu. James juga tak menunjukkan bekas luka di tubuhnya. Jadi, tak ada yang tahu. 

"Oh! Artinya sekarang kamu melamunkan Valentine?" Tuduhnya dengan mengacungkan jari seperti bentuk tembakan.

Betapa tepat tebakannya.

"Hentikan, Joanna. Jangan menggodaku ter.." Ucapan Alicia terhenti saat melihat adegan tak jauh dari tempat mereka berdiri. 

Menyadari Alicia tak menyelesaikan kalimatnya, sahabatnya mengikuti arah pandang Alicia. Sebelum Joanna bereaksi, Alicia terlebih dahulu menarik sahabatnya ke meja kosong. 

"Anastasia dan Valentine?" Tanya Joanna dengan wajah tak percaya begitu mereka duduk.

Pertanyaan yang ia tak tahu jawabannya karena Alicia juga ingin menanyakan hal yang sama. Sekarang, rasa laparnya menguap. Ia bahkan tak yakin kerongkongannya mampu menelan makanan yang masuk mulut. Terlalu sesak.

Alicia diam. Matanya menatap tajam ke arah pemandangan menyesakkan tak jauh di depannya.

"Sebentar, aku akan mengambil air."

Alicia bahkan tak menghiraukan ucapan Joanna selanjutnya sebelum pergi. Alicia menekan tangannya ke sisi meja kuat-kuat, berusaha menyalurkan emosi yang memporak-porandakan jantungnya. 

Walau hanya sebentar, ia sempat melihat Anastasia mengalungkan lengannya ke leher Valentine yang duduk bersebrangan dengan dua pria kemarin. Tak hanya itu, Anastasia menempelkan bibirnya ke pipi kanan Valentine, pria yang seketika memandang ke arahnya.

Alicia tak tahan lagi.

Ia melangkah pergi saat Joanna kembali dengan dua botol air di tangannya. Alicia meraih satu botol lalu melanjutkan langkah. Ia harus pergi dari sana.

Joanna mengikutinya tanpa bersuara. Sahabatnya tahu saat ini ia sedang tak bisa diajak bicara. 

Alicia bersumpah tak pernah merasakan keinginan untuk membunuh seseorang seperti sekarang ini. Ia benar-benar ingin mencabik Anastasia. Melumat tubuhnya dengan batu atau apapun. Kali ini, ia benar-benar murka. 

Mungkin ia akan merealisasikan imaginasinya jika ia tak segera meninggalkan kantin. Alicia perlu menghirup udara segar karena dadanya terasa sungguh sesak, jadi ia berjalan cepat ke arah taman. 

Alicia semakin murka saat mengingat reaksi Valentine. Lycan itu hanya diam saat Anastasia mencium pipinya. Bahkan sekalipun pria itu jelas menyadari keberadaan Alicia, ia bahkan tak menghentikan tindakan Anastasia. 

Mungkin Alicia juga akan melakukan hal yang sama pada Valentine. Ia akan merusak wajah tampan itu hingga tak bisa dikenali lagi. Pikiran Alicia jadi barbar.

Alicia meminum membuka botol di tangannya, lalu meminumnya. Air yang mengalir di tenggorokannya sedikit meredakan rasa sesak. Tapi itu belum cukup.

Ia menghirup dan menghembuskan napas berkali-kali. Setelah emosinya sedikit reda akhirnya pertanyaan baru muncul di otaknya.

Bukankah kali ini penyihir itu keterlaluan? Bukankah dia sudah memiliki James?

"Apa James hanya penaklukan? Sepertinya Ana bahkan tak menyukai James sedikitpun. Atau penyihir itu hanya ingin menyakitiku, Jo?" Alicia mengutarakan isi pikirannya.

✿︎✿︎✿︎

Tinggalkan voment, yuk, biar Scarlett semangat nulisnya.

Thank You 🥰

_______
September 19, 2023

Royal Lycan SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang