Ditengah kelasnya, Jimin mendapat pesan singkat dari kekasihnya yang mengatakan kalau Jungkook sudah me-reservasi restoran untuk nanti mereka makan malam.
Tanpa menghiraukan dosennya yang sedang menerangkan materi di depan kelas, Jimin menundukkan pandangannya dan menatap ponselnya membalas pesan dari Jungkook.
Jimin kembali tersenyum membaca pesan dari Jungkook yang menawarkan untuk menjemput Jimin di kampus. Tapi Jimin menolaknya dan meminta mereka langsung bertemu di restoran saja.
Sesampainya di restoran.
Jimin diantar oleh salah satu pramusaji menuju ke sebuah ruangan VIP di lantai atas restoran ini.
Jimin tersenyum kecut karena restoran ini rupanya restoran yang cukup mewah. Jimin jadi malu karena ia hanya mengenakan kaos oblong berwarna putih dan blue jeans sambil menenteng tas hitamnya. Kalau tahu begini, lebih baik ia kembali dulu ke apartemen untuk berganti pakaian yang lebih pantas.
Jimin duduk di depan meja bundar dengan lilin-lilin yang menghiasi. Sambil bermain ponsel, Jimin mengirim pesan untuk kekasihnya, mengabari kalau Jimin sudah tiba di sini dan menunggu kedatangan Jungkook.
Namun sudah lima belas menit berlalu, Jimin mengecek kembali ponselnya dan menekuk wajahnya karena Jungkook tidak membalas pesannya, bahkan terlihat centang satu di samping pesannya, pertanda kalau Jungkook belum membaca pesan darinya.
Jimin masih sabar menunggu dan menaruh dagunya di atas meja makan, menatap api dari lilin yang bergoyang terkena hembusan udara dari pendingin ruangan.
Tidak terasa empat puluh menit berlalu, tapi ternyata tidak ada jawaban apapun dari Jungkook.
Jimin sudah mulai kesal dan ingin meluapkannya kalau Jungkook mengangkatnya telponnya nanti. Tapi sayang sekali nomor Jungkook juga tidak aktif. Jimin benar-benar kesal dan ia juga mulai lapar.
Namun senyumnya mengembang lebar melihat dua pramusaji mengantar beberapa makanan ke mejanya yang sudah dipesan Jungkook.
Jimin mencomot kentang goreng karena perutnya cukup lapar. Ingin menyantap daging, tapi tidak jadi karena Jimin ingin makan bersama kekasihnya.
Sudah hampir dua jam berlalu, Jimin sampai jatuh tertidur di meja makan menunggu kedatangan Jungkook. Jimin terbangun karena mendengar getaran ponsel di atas meja makan. Senyum Jimin mengembang lebar mendapati nama kekasihnya yang tertera di ponselnya.
"Jiminie."
"Hyung kamu kemana aja sih?" Jimin ingin marah, tapi mendengar suara lembut kekasihnya yang memanggil namanya, Jimin tidak jadi marah.
"Sayang maaf aku baru bisa hubungi kamu. Aku tadi lagi flight ke Paju dan ini baru sampai hotel. Mianhe, Baby. Aku ada jadwal terbang mendadak. Aku minta maaf banget gak bisa makan malam bareng kamu."
Terdengar jelas penyesalan di balik suara itu. Tadi saat Jungkook ingin menjemput Jimin ke kampus, Jungkook ditelpon atasannya kalau Jungkook harus flight ke Paju untuk menggantikan kapten Cha yang mendadak sakit. Jungkook terpaksa pergi dan tadi ia mematikan ponselnya selama di bandara makanya ia tidak bisa mengabari Jimin.
Jimin menghela napasnya panjang dan tersenyum lebar. "Iya gak papa kok aku ngerti."
Sekali lagi, Jimin tidak bisa marah karena Jungkook membatalkan janji mereka secara mendadak. Ini bukan pertama kalinya Jungkook melakukan ini. Jimin sudah sangat terbiasa walaupun kadang ia masih merasa kecewa.
"Aku bener-bener minta maaf. Kamu masih ada di sana atau udah pulang ke apartemen?" tanya Jungkook.
Jimin melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sudah jam sembilan malam sekarang, rupanya ia sudah berada di sini selama dua jam. "Aku udah pulang kok. Jangan khawatir."

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Love [PDF] [45K]
FanfictionJungkook yang berprofesi sebagai pilot diberi tugas untuk terbang ke New York. Dan saat tiba di New York, Jungkook bertemu lagi dengan saudara kembarnya, Junghyun yang sudah lama terpisah.