Chapter 9

472 74 3
                                    

[Chapter 13 sudah tayang duluan di Karyakarsa kataromchick, ya. Silakan mampir dan beri dukungan agar semangat lanjut nulis kisah Edna yang teka tekinya masih tertutup kabut tebal ini. Happy reading!]

Edna tahu dia sudah menjadi milik seseorang yang lebih berhak menentukan pilihan. Suaminya, Mason Ragani, menunjukkan ekspresi yang tidak bisa ditebak saat Dean membuat seluruh mata tamu tertuju padanya. Edna memberikan seluruh fokusnya untuk mengamati apa yang akan Mason lakukan untuk mengembalikan situasi ke semula.

"Mason," panggil Edna.

"Aku tahu dia akan menimbulkan masalah."

Mason menekan pangkal hidungnya sendiri sebagai reaksi tak tenangnya. Seberapa keras Mason berusaha terlihat santai, tetap saja pria itu memiliki sisi keberatan untuk menghadapi semua ini.

"Kamu bisa meminta seseorang untuk membuatnya pergi dari acara ini, Mason."

Mason melirik Edna dengan helaan napas samar yang berusaha ditahan agar tak diketahui siapa pun. Orang kaya selalu pandai menilai reaksi sekecil apa pun.

"Begitu? Mengusirnya dan malah membuat banyak pertanyaan bertaburan? Kenapa keluarga Sanjana mengusir menantu resmi mereka sendiri, begitu?"

Edna mengakui bahwa Mason memiliki perkiraan yang cukup baik dalam membaca situasi ke depannya. Bagaimana pun, dia juga anak dari seorang pengusaha. Terbiasa mengurus perusahaan dan orang-orang di dalamnya, membuat Mason berpikir panjang untuk melakukan sesuatu. Sikap hati-hati ini agak berbanding terbalik dari Dean yang seringnya impulsif melakukan tindakan. Persis seperti saat ini, dimana Dean berteriak pada salah satu tamu yang duduk di samping Jena dan membuat keributan. Sedangkan Mason duduk diam dan meminta pihak Wedding Organizer tetap menjalankan tugas dengan baik supaya antrian bersalaman dan berfoto tidak terhenti hanya karena drama yang Dean timbulkan.

"Pak, Bu, baiknya anggota keluarga yang bermasalah dialihkan ke kamar hotel saja, bagaimana?"

Edna ingin langsung menjawab setuju, tapi dia menghargai Mason sebagai pasangannya dengan memberikan ruang bagi pria itu untuk mengatakan sesuatu.

"Amankan dulu tamunya. Pisahkan meja mereka, lalu minta salah satu anggota keluarga Sanjana mengajak pihak yang bermasalah ke kamar hotel supaya tidak terlalu kentara."

Edna mengangguk setuju. "Ikuti perintah suami saya. Lakukan dengan rapi, ya."

Mereka tidak mengeluarkan uang yang sedikit untuk acara ini. Kinerja yang harus dilakukan pihak WO jelas harus rapi dan tidak norak. Pesta yang megah ini tidak boleh seperti acara pernikahan artis. Elegan, megah, dan tidak berlebihan. Singkatnya, semua tamu yang datang dibatasi sesi berfotonya. Sebab Edna masih dalam tahap recovery pasca melahirkan.

Lalu, ketika keributan terjadi antara Anthony dan Dean, suasana hati Edna berubah. Dia ingin tetap diam dan pura-pura tidak tahu apa yang terjadi. Namun, keresahannya bisa dirasakan oleh bayinya. Tangisan keras sang bayi tidak bisa dihentikan, Edna panik tapi berusaha tetap menimang bayinya dengan baik.

Mason yang mengamati semua itu akhirnya berusaha mendekatkan diri. "Boleh aku menggendongnya? Siapa tahu saja dia menginginkan kehangatan seorang ayah."

Edna memberikan kesempatan bagi Mason untuk melakukannya. Untuk sejenak bayi itu memang mengurangi intensitas tangisan. Namun, dalam beberapa saat bayi Edna kembali menguarkan tangisan yang kuat.

"Apa yang harus aku lakukan? Ini pertama kalinya dia menangis dengan keras dan tidak berhenti meski diberi ASI."

Mason mengusap pipi bayi itu. Dia sedang melihat seorang anak yang menangisi kondisi salah satu orangtuanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Why I Ain't Yours?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang