Ten memandang langit malam yang kini terlihat begitu kelam.
Sekelam perasaan jantung yang rasanya seperti di hantam angin badai hingga memporak-porandakan isinya.
Diam-diam anak itu melirik dinding obrolan antara ia dan Hikaru yang terasa kaku.
Beberapa di antaranya terdapat voice note yang dikirim oleh Hikaru.
Tangan hampa itu mencoba menekan tombol play di sana.
" Aku juga menyukaimu, Ten. Tapi, aku tidak ingin menyakiti hati siapa pun. Kau tidak perlu menjawabnya karena ucapanku juga tak bisa di pertanggung jawabkan."
" Maafkan aku karena aku hanya ingin di dengar, tapi tak ingin mendengar jawabanmu. "
Setidaknya aku ingin berterima kasih padamu, karena ini pertama kalinya aku tahu bagaimana rasanya disukai oleh orang yang kusukai. Terima kasih."
" Kau boleh menjauhiku. Karena aku yakin kau pasti akan menjauhiku setelah ini. bukan begitu?"
Ten memejamkan kedua matanya berusaha mengurai ucapan Hikaru yang mendengung di telinga agar tak membayangi ingatannya sepanjang malam.
Memang rasanya ingin menjauh, tapi bagaimana bisa Ten menyuruh hatinya untuk menjauh sementara ia sadar betul bahwa Hikaru juga merupakan bagian dari dunianya?
