Jimin tidak dapat menahan senyumnya saat Jungkook mengajaknya ke sebuah toko perhiasan mahal yang ada di tengah kota Seoul. Saat Jimin masih terpesona dengan deretan perhiasan dibalik etalase kaca yang berkilau dan menyilaukan mata, Jungkook berbicara dengan pramuniaga toko bahwa mereka berdua datang ke tempat ini karena ingin memesan sepasang cincin pernikahan.
Jungkook menggandeng tangan Jimin untuk mengikuti pramuniaga yang mengantar mereka ke sebuah ruangan karena mereka harus mengukur ukuran jari dan memilih model cincin mana yang mereka inginkan.
Jimin menunjuk sebuah model cincin terbaik yang cukup mahal. Terbuat dari emas putih murni dan berlian sebagai permatanya. Jungkook mengangguk setuju dan meminta pramuniaga untuk menambahkan inisial nama mereka dibalik cincin itu.
"Makasih, Sayang." Jimin memeluk lengan Jungkook dan menyandarkan kepalanya dengan manja karena Jungkook menuruti permintaannya untuk menggunakan model cincin pilihan Jimin.
"Apa sih yang gak buat kamu." Jungkook mencium kepala Jimin dan keluar dari ruangan itu. Jungkook berniat kembali lagi ke toko ini besok untuk membeli beberapa perhiasan sebagai mahar untuk pernikahannya nanti.
Jungkook jadi tidak sabar ingin segera menikahi kekasih cantiknya dan memulai hidup baru bersama orang yang sangat dicintainya.
"Kamu laper gak?" tanya Jungkook.
"Laper sih." Jimin mengangguk.
"Ya udah kita cari makan yuk."
Dengan senang hati, Jimin merangkul lengan Jungkook dan berjalan mencari restoran dekat sini.
Mereka berdua memasuki restoran dan memesan beberapa makanan. Sambil makan, Jungkook terlihat kurang menikmati makanannya dan terus menatap Jimin yang makan dengan lahap.
"Kenapa Hyung gak makan?" tanya Jimin saat ia memergoki Jungkook yang terlihat tidak menikmati makanannya dan wajahnya juga seperti tengah memikirkan sesuatu.
"Jimin. Aku mau bicara serius."
Jimin menelan makanannya dengan susah payah. Untung saja makanannya sudah hampir habis jadi Jimin bisa makan dengan lahap.
"Iya, Sayang. Kamu mau ngomong apa." ujar Jimin dengan senyumnya yang teduh. Membuat Jimin terlihat sangat manis dan cantik.
"Karena kita mau menikah, aku pikir kamu harus tahu tentang keluargaku. Mungkin selama ini aku tidak pernah mengatakannya padamu, aku hanya bingung dan malu, Jimin, karena keluargaku tidak sebaik dan seharmonis keluargamu." Jungkook terlihat ingin menangis.
Jimin berpindah duduk yang awalnya saling berhadapan kini ia duduk disamping kekasihnya.
Jimin juga menggenggam tangan Jungkook yang berada di atas pahanya dan satu tangannya mengusap pipi Jungkook.
"Kamu dengar aku, Hyung. Bagaimanapun masa lalumu dan bagaimana keluargamu, aku gak peduli semua itu. Karena aku mencintai dirimu yang sekarang. Tapi aku akan sangat berterima kasih kalau Hyung mau terbuka padaku, aku pasti akan mendengarkannya. Tapi kalau Hyung belum siap menceritakannya, jangan dipaksa. Hyung jangan merasa tertekan. Namun yang harus Hyung tahu, aku tidak akan pernah berubah pikiran walaupun aku sudah mendengarnya."
Air mata Jungkook langsung menangis deras dan memeluk Jimin dengan begitu erat. Jungkook benar-benar sangat beruntung memiliki seorang Park Jimin didalam hidupnya. Jungkook tidak bisa membayangkan jika ia berpisah dengan Jimin. Mungkin Jungkook memilih mati saja daripada harus hidup tanpa Jimin.
"Aku sayang kamu, Jimin." Jungkook menangis dan memeluk Jimin dengan erat.
🐇🐇🐣🐣
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Love
FanfictionJungkook yang berprofesi sebagai pilot diberi tugas untuk terbang ke New York. Dan saat tiba di New York, Jungkook bertemu lagi dengan saudara kembarnya, Junghyun yang sudah lama terpisah.