"Kenapa anda disini?"tanya Ratna tak suka. Xander mengabaikannya dan hanya membalasnya dengan senyum sopan. Clara sangat kagum dengan wajah tebal Xander, jika itu dirinya sendiri, maka Clara yakin akan kabur saja.
"Bukankah kamu seharusnya bersama kekasih mu Elina?"tanya Renita pedas. Clara cukup terkejut dengan tanggapan Renita yang tidak kalah pedas dengan Ratna.
"Elina bukan kekasih ku. Jangan menyebar rumor aneh"ucap Xander serius.
"Jika bukan kekasih mu, lalu kenapa kamu selalu membelanya dan bahkan sampai memarahi Clara saat itu?"tanya Renita kesal.
"Itu.... Aku sangat menyesal. Sekarang aku ingin mengejar Clara, yang ku sukai adalah Clara"ucap Xander tegas.
"Jika suatu saat nanti Elina dan Clara bertengkar. Siapa yang kau bela?"tanya Via tiba-tiba. Sudut mulut Clara berkedut saat melihat teman-temannya bertingkah seolah sedang mencari menantu yang tepat untuk anak kesayangannya.
'Tolong hentikan, Pangeran Xander tidak nyaman"tegur Clara, yang tentunya tidak ada yang menghiraukannya dan pembahasan pun tetap berlanjut.
"Aku akan membela Clara. Bahkan jika Clara melakukan kesalahan aku akan melindunginya"jawab Xander yakin. Xander juga yakin jika apa yang telah dilakukannya pada Elina dahulu, sudah cukup untuk membalas budi atas penyelamatan ibunya. Sekarang Xander hanya akan peduli pada orang yang disukainya.
"Otak cinta"batin Clara.
"Salam nona-nona. Apa aku boleh bergabung?"tanya seorang pria berwajah tampan dengan visual yang seperti idol korea menurut Clara. Rambut berwarna pirang, bermata biru kristal dan berkulit putih. Visualnya berbanding terbalik dengan Xander yang memiliki rambut hitam, dan pupil mata merah.
"Ervan, apa yang kau lakukan disini?!"ucap Xander tajam. Ervan hanya terkekeh mendengar komentar tajam Xander.
"Jangan galak-galak kak. Aku hanya berkunjung untuk makan siang dengan kakak. Kami sudah lama tak berjumpa dan berkumpul bersama"jelas Ervan.
"Salam pada pangeran kedua"ucap Via, Ratna, Renita dan Clara bersamaan.
"Jangan sopan, kita semua sebaya. Panggil saja dengan nama ku"ucap Ervan dengan lembut. Mata Renita dan Ratna berbinar dan mengangguk semangat. Clara hanya tersenyum tak berdaya. Mengingat Ratna dan Renita memang sangat fans dengan Ervan. Ini bisa dibilang penggemar terberat Ervan.
"Bisakah aku bergabung?"tanya Ervan sopan.
"Tentu saja, silakan duduk!"ucap Ratna dan Renita bersamaan.
"Sayang sekali kursinya tidak cukup. Bagaimana jika kamu pergi ketempat lain"usir Xander, Ervan hanya menjawabnya dengan tindakan, yaitu membawa kursi lain kemeja mereka.
"Aku membawa kursi sendiri"ucap Ervan tak tau malu. Sudut mulut Clara bergetar dua kali, menahan tawa. Jarang sekali Xander yang unggul dalam segala hal dari Ervan, akhirnya kalah telak sekarang. Tapi Clara penasaran dengan tokoh bernama Ervan ini. Ervan jarang disinggung di novel aslinya. Ervan hanya diperkenalan sebagai pangeran kedua yang akhirnya beruntung menjadi raja, dikarenakan kematian dini Xander. Selain itu, Clara agak bingung dengan si penulis. Jangan tanya kenapa Clara bingung?
Bukankah hukum alam, jika pria tampan adalah tokoh utama atau setidaknya menjadi cinta bertepuk sebelah tangan. Tetapi dari awal hingga akhir, Ervan yang lebih tampan dari Xander, tidak memiliki hubungan ambigu dengan Elina yang merupakan tokoh utama cerita itu.
"Nona Clara, apa anda terpesona dengan ketampanan ku? Mungkinkah aku tipe mu?"tanya Ervan dengan seringai menggoda, karena Clara sedari tadi menatap Ervan. Sedangkan Xander mengepalkan tangannya menahan amarah.
"ERVAN!"geram Xander kesal.
"Xander, kamu membuat Nona Clara terkejut. Kenapa kamu marah-marah?"tanya Ervan bingung. Xander tau jika Ervan sekarang sedang berpura-pura polos. Dirinya memang selalu memasuki perangkap dalam rencana Ervan, lalu Ervan akhirnya dikenal sebagai pangeran baik hati dan bijaksana, sedangkan dirinya dikenal sebagai pangeran temperamental.
"Maafkan aku Clara"ucap Xander sedih, setelah menenangkan dirinya. Xander tidak ingin jika Clara menggapnya pria yang temperamental. Tidak masalah jika itu orang lain. Tapi jika orang yang kau sukai, maka itu akan sulit.
"Tidak masalah. Aku hanya terkejut sedikit. Ngomong-ngomong aku merasa tidak enak badan sekarang. Aku akan pulang duluan"pamit Clara. Bahkan jika Clara tidak suka politik. Clara juga bisa merasakan, jika permainan yang dimainkan pangeran kedua Ervan adalah siasat politik menjatuhkan lawan. Clara tidak ingin dirinya terjebak di pusaran politik. Cukup hanya dengan hidup mewah dan sehat adalah impiannya. Karena itulah dirinya akan hidup untuk dirinya sendiri. Jika kalian ingin bertarung memperebutkan kekuasaan, maka lakukan saja dan jangan ajak aku, itulah sekarang yang ada dipikirkan Clara.
Sayang sekali Clara tidak menyadari jika dirinya sudah memasuki pusaran politik. Mungkinlah karena awalnya Clara adalah rakyat biasa dan siswa biasa yang tidak ada hubungannya dengan politik, sehingga dirinya kesulitan memahami jika dirinya telah di cap sebagai kelemahan Xander, sekaligus jenius yang bisa menaikkan status siapa pun yang berhubungan dengannya.
Lagi pula jumlah penyihir sangat sedikit. Dengan bakat Clara, maka tidak sulit dirinya untuk menjadi penyihir dalam waktu singkat.
Setelah ini Clara akan mendapat tumpukan undangan yang mengajak minum teh hingga lamaran pernikahan."Clara, aku akan mengantar mu"tawar Via khawatir jika Clara akan kesulitan dijalan karena dicegat seseorang yang merepotkan. Via sudah mengantisipasi bahwa Clara akan kerepotan karena bakat sihirnya yang luar biasa, ditambah pangeran Xander yang mencintai Clara.
"Tidak perlu, ku tidak ingin merepotkan"tolak Clara dengan senyum tipis, dan akhirnya pulang sendirian menggunakan kereta kudanya.
"Nona Clara, Kereta Pangeran Xander dan Pangeran Ervan mengikuti kita. Apa Nona ingin menepi?"tanya kusir kereta Clara.
"Tidak, teruskan saja"tolak Clara.
"Heh! Apa sih yang dilakukan mereka berdua?"gerutut Clara kesal.
"Aku hanya ingin hidup tenang"lirih Clara.
Duarrrr
"Apa itu?!"mata Clara membulat ketakutan saat monster aneh dengan sayapnya, menghadang keretanya.
"Monster ini?! Mengincar seseorang"ucap Clara terkejut, melihat monster itu berjalan melangkahi keretanya, lalu melaju kencang menuju Pangeran Ervan.
"Ini?"
[Ding! Misi dadakan muncul, pilih salah satu misi berikut ini :
1. Selamatkan Pangeran Ervan
Hadiah: wind magic (sihir angin yang bisa membawa mu terbang kemana saja) dan 30 point.2. Biarkan Pangeran Ervan tiada
Hadiah: Peek Into The Future (mengintip masa depan selama 5 detik) dan 50 point.Apakah tuan rumah menerima?
(Ya) (Tidak) ]
"Sial, bagaimana ini?"batin Clara kesal. Kedua hadiah ini memiliki keunggulan masing-masing. Jika soal hadiah, Clara sangat tergoda dengan kemampuan Peek Into The Future, yang mengintip masa depan. Hanya saja apakah Clara bisa membiarkan seseorang mati dihadapannya? Clara yang hidup di era damai dahulu, tentunya tidak bisa melakukannya.
"Terima, misi nomor satu"bisik Clara.
[Ding! Misi telah terpilih]
"Ku rasa dirimu memang pantas disebut netizen sebagai Pangeran Beruntung. Apa kamu dikehidupan sebelumnya pernah menyelamatkan planet?"gerutut Clara sambil melangkah maju untuk membantu Pangeran Ervan yang dikepung sejumlah monster.
👑👑👑
Terima kasih sudah membaca cerita ku.
Jangan lupa vote.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Antek Antagonis (END)
Fantasy🔊 Perhatiah: cerita ini memiliki banyak adegan yang kekerasan dan sebagainya. Jadi adik-adik dibawah umur jangan baca. Clara tak menyangka jika hidupnya akan berubah hanya karena sepotong komentar pedas yang ditinggalkannya disalah satu blog novel...