sifat dan karakter tokoh di cerita ini hanya karangan dari author, tidak ada sangkut pautnya dengan sifat asli dari tokoh-tokoh yang author gunakan sebagai media visual
sorry for typo
==================================================
✦✧ICEBERG✧✦
==================================================
sora duduk di bangku cadangan melihat pertandingan yang berlangsung dengan muka masam. tentu saja dia belum bisa mengikuti turnamen basket sebab luka di tangannya. hal ini membuat moodnya sangat buruk. tidak ada yang bisa dilakukannya selain duduk dan memainkan bola basket di lantai tempatnya berada
kemenangan tipis diraih oleh timnya, terimakasih kepada lalice karena di detik-detik terakhir kaptennya tersebut berhasil mendapatkan tembakan three point yang menjadi penentu kemenangan
"thanks guys untuk kerja kerasnya hari ini, senin besok merupakan pertandingan final, coach harap tangan sora sudah sembuh mengingat lawan kita di final cukup berat dan merupakan juara nasional tahun lalu"
setelah meeting singkat, pelatih tim basket itu pun pamit pulang dan mempersilahkan anggota timnya untuk bubar atau sekedar melanjutkan kegiatan masing-masing
*brugh
seseorang terjatuh dari tangga bangku penonton dan mengelinding ke bawah
tak ayal jika seluruh anggota tim basket yang sedang merapikan perlengkapannya pun terkaget dan melihat adanya pertikaian di sana. mata mereka tertuju kepada seseorang yang sedang terkapar di lantai terbawah bangku penonton, sedang mengaduh.
terlihat ada beberapa orang yang mengerumuninya. sedang di lantai atas mereka melihat geng séna yang sedang melipat tangannya di dada dengan dua orang temannya yang menyeringai puas melihat keadaan orang yang sedang meringis kesakitan
"gila si séna makin menjadi, gue kesana dulu guys!"
emosi lalice menggebu karena ia teringat akan kejadian jennie. kakinya bergerak dengan cepat menaiki tangga dan menarik tangan séna secara kasar
"sén, lo makin lama dibiarin makin gak ada otak ya"
"maksud lo apa lice?"
mendengar jawaban séna yang seakan menantangnya membuat darahnya semakin mendidih. sejujurnya lalice tidak pernah mau berurusan dengan séna, hubungan mereka sebelumnya juga biasa saja, bukan suka juga bukan benci. namun semenjak insiden yang menimpa jennie, kebencian lalice terhadap séna tumbuh dan mengakar
"mata lo buta sén? lo gak lihat perbuatan lo bikin orang terluka di bawah sana? masih ngelak?"
cengkraman tangan lalice di pergelangan séna semakin kuat hingga membuat gadis pirang tersebut meringis kesakitan
"lo kalau gak tau masalahnya gak usah ikut campur! lepasin tangan gue! sakit!!"
"sakit??" lalice menyeringai, ia pun melanjutkan ucapannya
"kayak gini doang sakit sén? lo gak ngerasain kan yang lo perbuat ke jennie lebih dari ini?"
pergelangan tangan séna diangkat oleh lalice hingga ke atas kepala, lice pun mendorong tubuh séna hingga bertumbukan dengan tembok pembatas dengan cukup keras
"arhh..! "
"lepasin séna, anjing"
nayeon menarik tangan lalice yang sedang menghimpit séna, namun tenaganya tak cukup kuat untuk sekedar membuat lice bergeming. lice mendorong tubuh nayeon hingga tersungkur