"Abang kan udah janji, Abang nggak takut Sherin kecewa tahu Abang begini lagi?" omel Arumi setelah mendapati putra sulungnya menyesap batang tembakau lagi, entah dapat dari mana, karena setahu Arumi sudah tidak ada lagi rokok yang Deon punya.
"Kak Sherin udah tahu. Maaf, Abang" cicit Dena yang juga berada di tempat
Deon menatap Dena sekilas, lalu dia usap wajahnya dengan kasar. Dia merokok juga bukan tanpa sengaja, memang dia rasa sangat lelah dan butuh pelampiasan. Makanya dia ambil batang tembakau itu di sebuah tempat yang hanya dia yang tahu.
"Abang yang kecewa duluan sama Sherin, Bu" ujar Deon yang lalu bangkit dan berlalu, meninggalkan Arumi dan Dena yang mematung di teras
Arumi lantas mengejar Deon yang sudah kembali di ruang tengah, tampak mencari sesuatu di sekitar sofa sampai mengangkat bantal-bantal di sana.
"Abang cari hp?" tanya Dena
"Iya"
"Ini. Kata Kak Sherin, selamat malam"
Deon menerima ponsel itu dan mengangguk sekilas. Lalu, dia melanjutkan langkah untuk ke lantai dua. Arumi yang melihat itu hanya menghela nafas berat, sulungnya memang selalu begitu ketika sedang kecewa dengan seseorang.
———
Entah sudah pukul berapa, untuk melihat jam di dinding pun Deon tak bisa. Dia terbangun dalam keadaan tubuh yang begitu panas, punggungnya begitu kaku sampai sulit digerakkan. Sekalinya bergerak akan menimbulkan bunyi-bunyi sendi yang ditegakkan.
Deon tak mampu bergerak lagi, tubuhnya lemas dan kepalanya pusing. Rasanya persis seperti waktu dulu saat pertama kali dia tidur bersama Sherin lagi setelah sekian lama.
Dalam lamunannya, tiba-tiba Deon dengar pintu kamarnya diketuk. Beberapa kali suara sang ibu tampak memanggil, tapi Deon tak sanggup menanggapi. Sampai akhirnya, Arumi terpaksa langsung membuka pintu.
"Bang? Kok Abang pucat?" pekik Arumi yang langsung menyentuh dahi dan leher Deon
"Astaga, Abang demam! Pusing nggak, Bang?"
Deon hanya mengangguk lemah, "Badan Abang sakit semua, Bu"
"Bentar ya, Ibu ambilin obat"
Deon mengangguk lemah lagi. Dia tunggu beberapa saat sampai sang ibu kembali membawakan semangkuk sup dan sepiring nasi, juga segelas air putih dan juga obat.
"Kebetulan Ibu masaknya sup. Abang makan dulu ya, baru minum obat"
Kesekian kalinya, Deon mengangguk lemah. Perlahan, dia paksa tubuh lemas dan kaku itu untuk duduk dan bersandar, lalu dia terima uluran gelas air putih dari sang ibu.
Tadinya, Deon ingin menolak disuapi. Namun, untuk memegang sendok saja tangannya gemetar, makanya dia memilih diam.
Lama sekali sampai akhirnya Deon menghabiskan isi piringnya, Arumi menunggu beberapa menit sebelum dia bantu Deon untuk minum obat.
"Masuk, Bang?" tanya Arumi
Deon mengangguk lemah.
"Ibu pijitin sebentar ya, badan Abang kaku banget itu"
Deon mengangguk lagi. Dia biarkan sang ibu naik ke atas kasurnya dan memposisikan diri di belakang tubuhnya yang terduduk. Arumi memulai pijatan-pijatan lembut yang bertenaga, membuat Deon seketika merasakan nyaman di tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]Trapped || Kim Doyoung & Kim Sejeong
FanfictionMenurut sebagian besar orang, perselingkuhan itu kesalahan yang tidak bisa dan tidak berhak untuk dimaafkan. Lantas bagaimana jika kesalahan atas perselingkuhan itu berada pada dia yang merupakan korbannya? Harusnya itu sudah berlalu, keputusan unt...