Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gyuvin menghembuskan nafasnya hingga kepulan asap rokok melayang diudara. Itu adalah rokok terakhirnya untuk hari ini.
Diraihnya ponselnya yang tergeletak dilantai rooftop lalu menghubungi satu-satunya kontaknya, dia Ricky.
Drrrtt..
"EH BABI LO DIMANA BANGSUL?! JAM TERAKHIR UDAH MAU ABIS LO BELOM MASUK JUGA! BOLOS DIMANA LO SETAN?!"
Gyuvin menjauhkan ponselnya dari telinganya sembari mencibir tak jelas.
"Bacot banget lo anaknya songkang!" Katanya.
"BANGST! ITU BAPA KITA JUANCUK! DAN GUE MASIH TUA DARI LO YA KIM GYUVIN!"
"Dih? Tua kok bangga?"
Emang demen cari perkara ni si upin.──
"Eh terserah lo yah! Cape gue tereak tereak di mari lo pasti gak dengerin gue juga kan? Cuih! Bangst emang!"
"Kesini sekarang lo, gue gak mau balik sendiri!"
"Iye bacot! Ketemu diparkiran aja, tas gue bawain sekalian!"
"Iye iye!"
Tuttt..!
Sambungan terputus.
"Heran, kok bisa gue kembar sama kucing kejepit? Mana hobinya ngomong kasar lagi! Heuh.. sabar deh pangeran!" Inner Gyuvin.
Gyuvin berjalan santai meninggalkan rooftop. Tujuannya yaitu parkiran. Ia tidak akan kembali ke kelasnya, karena bel pulang baru saja berbunyi.
Mata Gyuvin menyipit saat melihat seorang siswa yang berjalan sambil membawa buku yang bisa dikatakan banyak. Siswa itu sepertinya tidak melihat Gyuvin, terbukti dari jalannya yang lurus.
"Alamat gue ditabrak lagi nih!" Gumamnya pasrah, macam artis sinetron (indosyar) yang akan tertabrak mobil. Bukannya lari malah tereak. Kn gblk.g
