46

1.3K 90 5
                                    

Mobil Yogi berhenti tepat di depan pintu kantor. Sopirnya turun, kemudian mengeluarkan kursi roda dan meletakkan di samping pintu penumpang di belakang. Pintu penumpang terbuka, terlihat Rei yang duduk di sana. Yogi juga sudah turun, dia lalu membantu kekasihnya  untuk duduk di kursi roda

"Makasih Mas," ucap Rei.

"Sama-sama."

Sementara itu dari dalam terlihat Deff. Pria itu baru juga tiba. kemudian pemandangan yang dia lihat di depan pintu masuk, menarik atensi dan membuat langkahnya terhenti. Dia bakal sempat melangkahkan kakinya, berniat untuk menghampiri Rei. Hanya saja terhenti, ketika dia melihat Yogi yang berjalan keluar dari dalam mobil.

Deff hanya memperhatikan keduanya masuk ke dalam kantor. Yogi mendorong kursi roda sementara Rei duduk di sana.  Hal itu jelas menarik perhatian yang lain, terutama Deff. Di dalam hatinya muncul begitu banyak pertanyaan tentang apa yang terjadi pada mantan istrinya itu.

"Hari ini kita jadi pemotretan Pak?" Itu adalah pertanyaan yang terlontar dari Satrio yang berdiri tepat di samping Deff. Pria itu bertanya ketika Yogi berdiri tepat di hadapannya.

"Seperti yang saya bilang kemarin, pemotretan akan tetap berjalan." Yogi menjawab pertanyaan Satrio.

Sementara itu Deff melirik Rei, ingin mengetahui apa yang terjadi. Sang mantan istri belum menggunakan make up, sehingga luka-luka yang terdapat pada wajahnya terlihat jelas. Deff ingin sekali bertanya, ada apa? Kenapa? Dan banyak lagi. Hanya saja, harga dirinya terlalu tinggi untuk itu.

"Saya enggak mau dikira memaksakan pekerjaan ke orang sakit." Deff katakan itu.

Apa yang dikatakan Deff buat Rei melirik dengan tatapan kesal. Menurutnya Deff hanya menghambat pekerjaan. "Kalau saya ada di sini tandanya Saya sehat Pak Deff."

"Dari sini aja kelihatan kalau anda enggak baik baik aja. Enggak usah memaksakan diri." Deff mengatakan itu sambil melirik Rei.

Yogi tidak suka percakapan yang terjadi di antara keduanya. Meskipun jelas dari percakapan itu kalau keduanya sama-sama saling membenci. Hal itu tetap membuat Yogi kesal. Tidak bisa ditepis, kalau sempat ada hubungannya sangat spesial di antara keduanya.

"Kamu nggak usah khawatir. Saya bisa memastikan kalau Rei ini dalam kondisi yang maksimal."

"Bagaimana kalau pemotretan kita terganggu karena kondisinya saat ini?" Deff mencoba mengkonfrontir Yogi.

Rei bisa mengetahui itu. "Saya bisa memastikan kalau kegiatan kita hari ini, tidak akan terganggu dengan kondisi saya saat ini." Rei tidak ingin mantan suaminya itu terlalu menekan Yogi.

"Okelah kalau memang itu keinginan kamu. Kita liat saja apa yang terjadi nanti." Deff katakan itu kemudian berjalan meninggalkan Yogi dan Rei.

Yogi heran mengapa Deff melakukan itu. Ia bisa mengerti jika mungkin saja masih ada perasaan yang tertinggal di dalam hati Deff untuk mantan istrinya. Dan jika memamg itu yang terjadi,  Yogi tak akan membiarkan Rei kembali pada Deff.

"Aneh mantan suami kamu. Kayaknya dia masih ada rasa ke kamu." Yogi mengatakan itu sambil mendorong kursi roda ke ruang make up.

"Rasa apa Mas? Rasa coklat? Vanila?"

Yogi terkekeh dengar jawaban Rei. "Gimanapun dia manyan lho," ledek Yogi.

"Kalau mau Mau ambil aja. Aku udah pernah rasanua enggak enak." Rei katakan lagi dan itu membuat Yogi semakin tertaqa gemas. Ternyata kalau kesal, Rei jadi menggemaskan sekali.

Yogi menatap Rei, mereka berjalan memasuki lift
Rei membalas tatapan Yogi dengan heran, seolah bertanya ada apa. Yogi malah gelengkan kepala.

"Apa sih Mas?" tanya Rei penasaran.

"Enggak, aku cuma ngeliatin kamu aja." Yogi mengelak. Sebenarnya ingin bertanya, bagaimana rasa dirinya?  Hanya saja, takut pikirannya semakin liar dan tak bisa mengontrol diri. Takut ingin menyantap Rei pagi ini.

Rei mencoba percaya dan tak ingin melanjutkan pertanyaan yang ia lontarkan pada Yogi. Mereka kemudian sampai di ruang make up. Yogi juga sudah memesan pakaian sesuai dengan ukuran Rei. Saat ini tak terlalu sulit memesan pakaian big size, karena cukup banyak yang menjual. Banyak designer yang membuat ukiran big size. Sadar betul, kalau wanita itu semua berhak cantik berapapun ukuran mereka.

Setelah melakukan make up, Yogi mengantar Rei ke studio. Pria itu dengan setia menemani, mengantarkan kemanapun Rei membutuhkannya tanpa mengeluh. Ia ingin melihat semua detailnya, ingin juga terus menjadi seseorang yang menjaga pasangannya. Yogi memang sepertinya tipe bucin akut jika sedang jatuh cinta.

"Lipstik-nya aneh enggak sih Mas?" Rei bertanya. Kini ia dan Yogi berdiri di samping studio karena studio sedang di setting. Dan beberapa bagian belum selesai.

Yogi segera menatap Rei, pria itu menyamakan tubuhnya dengan bersimpati di depan Rei. "Enggak, cantik kok "

Tatapan keduanya beradu dan saling senyum satu sama lain. Hal itu juga menjadi hal yang diperhatikan oleh Deff. Deff segera memalingkan wajahnya.

"Ayo mulai," kata Deff kemduian dia meletakkan kursi di tengah set, agar Rei bisa duduk di sana.

Yogi mendorong kursi roda Rei, dan membantu Rei untuk bangkit kemduian duduk di sana. "Kamu bisa, semangat!" Yogi menyemangati, padahal dia sendiri juga gugup setengah mati.

Rei mengepalkan tangannya. "Semangat!"

Yogi mundur, ia akan mengamati dari kejauhan agar tak mengganggu. Deff maju, kini ia berdiri berhadapan dengan Rei. Pria itu menatap mantan istrinya sekilas, tak asa senyum dari pria itu.

"Untuk awal coba kamu gerak-gerak dulu sebisanya, kamu kan belum pernah jadi model. Coba pose pose beberapa gaya yang mungkin kamu bisa." Deff membeei instruksi.

Meskipun kesal dengan intruksi yang terkesan meremehkan itu, Rei tetap menganggukan kepalanya. Setelahnya, Deff berjalan mundur, untuk segera mengambil gambar.

"Ready pose!"

Rei bergerak mencoba mengingat pose dari model-model yang pernah ia lihat di majalah. Hanya saja gerakannya terlalu kaku dan itu membuat Deff berdecak kesal beberapa kali.

"Stop!" Deff menghentikannya dan kemudian berjalan mendekati Rei lagi. "Kamu bisa enggak sih? Kaku banget, susah memamg kalau bukan model. Enggak profesional, nggak berbakat."

Andai saja di sini tak ada orang, sudah pasti ia akan membalas kata-kata yang keluar dari mulut Deff barusan. Ia harus menjaga image Yogi dengan baik.

"Jangan keras-keras Deff." Itu suara Yogi yang kini berada di samping Deff. "Biar saya yang ngomong ke pacar saya." Yogi katakan itu dengan menekankan kata pacar.

Deff kemduian berjalan mundur meninggalkan keduanya. Yogi mengeluarkan salah satu earphone bluetooth miliknya. Dan memasang di telinga Rei. Bagian kanan teetutup rambut, sehingga nampaknya tak masalah jika ia memasangkan earphone di sana.

"Dengar lagu ini, bergerak sesuai perasaan dan tempo lagu ini. Bayangin kamu paling cantik saat gimana? Bergerak, dan senyum kayak kamu senyum ke Bebe." Yogi mencoba memberikan masukan.

Rei anggukan kepala. Apakah ia bisa melakukan yang lebih baik lagi setelah disemangati Yogi?




one night stand with janda Gendut Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang