Diantara Gus Kembar

46. ruang kenangan

_____________________
_________________
__________
Malam ini seluruh anggota keluarga Gus Syaqil sudah berkumpul di meja makan untuk makan malam.

"Kak Hani mana?" Tanya Nayna karena tak melihat keberadaan Hani di ruang makan. Gus Farhan yang sedang makan menghentikan aktivitasnya, "Dari tadi siang dia gak mau keluar kamar. Ditawarin makan juga gak mau."

"Apa gara-gara kejadian tadi pagi Om? Maaf ya, gara-gara Nayna kak Hani jadi kayak gini," ucap Nayna merasa bersalah.

"Tidak sayang, Hani itu cuma lagi marah sama Om karena sepulang sekolah Om menasihati dia dan sampai membanding-bandingaan dia. Ini bukan salah Kamu kok," ucap Gus Farhan.

"Yaudah Om mau bujuk Hani dulu ya." Setelah selesai makan Gus Farhan bangkit berdiri.

"Nayna ikut ya Om." Nayna ikut berdiri. Gus Farhan mengangguk membiarkan Nayna untuk ikut ke kamar Hani. Akhirnya mereka berdua pun pergi ke sana.

"Hani sayang. Buka pintunya naik." Gus Farhan mengetuk pintu saat sudah sampai di depan kamar Hani.

"Loh, pintunya gak dikunci," gumam Gus Farhan saat sadar jika pintunya tidak terkunci. Akhirnya lelaki tampan itu berjalan masuk ke dalam kamar putrinya disusul oleh Nayna yang berjalan di belakangnya.

"Ngapain papa ke sini? Masih ingat kalo punya anak perempuan? Udah sana peduliin Nayna aja, gak usah mikirin aku," ucap Hani saat menyadari kehadiran Gus Farhan.

"Kak Hani kenapa? Om Farhan juga sayang kok sama kak Hani. Kenapa kakak ngomong kayak gitu?" Bingung Nayna. Ia jelas tak mengerti dengan semua ini.

Hani menatap Nayna dengan tatapan sinis, "Berisik lo! Lo tau gak,lo adalah penyebab semua ini terjadi. Gara-gara lo semua orang gak sayang sama gue, gara-gara lo gue gak dianggap di keluarga ini. Dasar perebut kasih sayang orang lain! Gue benci sama lo Nay,lo itu cuma anak yatim tapi kenapa lo begitu diistimewakan sama keluarga ini sampai-sampai gue dilupain."

Nayna mengerutkan keningnya heran, "Maksud kakak apa? Aku ngerebut kasih sayang? Emangnya aku salah apa?"

Hani terkekeh pelan, "Gak usah pura-pura polos deh lo. Lo tau gak, kakek lebih sayang sama lo daripada gue. Bahkan orang tua gue sendiri pun lebih sayang lo daripada gue, gue tuh kayak anak pungut tau gak. Semuanya Nayna apa-apa Nayna, sedangkan gue? Gue gak pernah digituin. Lo jahat Nay,lo udah bikin kebahagiaan gue hancur."

Nayna menundukkan kepalanya merasa bersalah, "Maaf kak, aku gak bermaksud untuk..."

"Udahlah Nay, gue gak butuh penjelasan lo. Intinya gue benci sama lo, gue benci lo Nayna Farzana Syaqila!" Air mata Hani sudah lolos dari pelupuk matanya. Gus Farhan duduk di samping Hani yang tengah duduk di tepi ranjang diikuti oleh Nayna. Ia mendekap erat tubuh putri tersayangnya itu.

"Hani, putri papa yang cantik. Perlu kamu ketahui beberapa hal, yang pertama kakek, papa dan seluruh anggota keluarga ini juga menyayangi kamu sama seperti kami menyayangi Nayna. Yang kedua, kenapa kakek terlihat seperti lebih menyayangi Nayna daripada kamu? Karena dulu kakek sempat punya masalah dengan ayahnya Nayna dan sebelum kakek sempat meminta maaf, ayahnya Nayna sudah pergi. Kakek benar-benar sangat menyesal dan sampai sekarang pun masih begitu, oleh sebab itu kakek ingin menebus kesalahannya dengan cara menyayangi Nayna," jelas Gus Farhan dengan lembut.

"Tapi papa juga lebih sayang sama Nayna daripada aku, semua orang juga gitu. Emang apa istimewanya Nayna?"

Gus Farhan tersenyum tipis. Matanya berkaca-kaca saat ingin menjelaskan semuanya kepada Hani, "Hani, apa kamu tau sayang? Kelahiran Nayna adalah awal kebahagiaan keluarga ini setelah Om Kamu pergi. Nayna ibarat cahaya yang menerangi keluarga ini, Om Farzan adalah seseorang yang sangat baik, dia adalah anak yang penurut dan dia adalah anak kesayangan seluruh keluarga ini. Makannya saat dia pergi, keluarga ini hancur sampai akhirnya Nayna datang dan mengembalikan senyum yang sudah lama hilang."