∆ Hanya pandangan kehidupan yang ditulis untuk sekedar hiburan ∆
Jangan lupa follow IG: @ae.lbha_ @wp.alqhie_elbha
DM auto back!!
Mumet juga ya, mikir cerita. Argh... Menambah beban ingatan. Apalagi tokohnya buanyakkkkmbanguettt..
Oke gaes, Happy Reading!!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🥇🥈🥉
" Berbuat salah itu wajar. Kalo diulang-ulang namanya kurang ajar. "
~ Elbharra~
" Tidak semua yang diam itu tenang, tidak semua yang banyak bicara itu berisik. "
~ Syiedzha~
🥇🥈🥉
" Elbha. Selama ini saya tidak pernah melihat kamu melanggar aturan sekolah apapun itu. Tapi sekarang satu perbuatan kamu bisa membuat kamu masuk penajara, " ujar kepala sekolah prihatin.
"Saya kecewa sama kamu, El. Kenapa kamu memukul Stevan separah itu? " Mrs. Shanty bersuara. Beliau adalah guru matematika yang paling menyayangi Elbha.
" Selama ini saya selalu menganggap kamu baik, El. Ternyata kamu bisa seperti itu, " ujar Mr. Alfan menimpali.
" Astaghfirullah, El. Setan apa yang menguasai kamu? " Mr. Fathan selalu guru agama turut prihatin.
Mendengar semua itu, Elbha hanya bisa diam dengan rasa bersalah yang mendalam. Kejadian ini benar-benar diluar kendalinya. Ia tidak sengaja melakukan itu dan malah berdampak seperti itu.
" Saya tidak tau apa yang akan diputuskan oleh Mr. Darren nanti. Saya dan guru-guru yang lain pun tidak punya kuasa, " tutur kepala sekolah masih tidak percaya dengan kejadian ini.
Elbha masih menunduk tak bersuara. Lidahnya terasa kelu memikirkan kemungkinan yang akan terjadi padanya. Hukuman itu pasti ada, entah berupa apa nantinya. Pikirannya mulai menerawang ke sisi keluarganya. Bagaimana jika abah dan umiknya kecewa. Bagaimana jika Tuhan begitu murka padanya.
Saat ini hatinya tak berhenti beristighfar. Pikirannya dipaksa fokus untuk tidak gelisah dan percaya bahwa Allah akan menolongnya dengan cara apapun di bawah kuasa-Nya.
" Di mana Elbharra? " tanya Mr. Darren yang tiba-tiba muncul dengan wajah dingin yang menampakkan kesan wibawanya.
" I'm, Sir, " Elbha mengangkat tangan, menoleh ke arah beliau dengan kepala tertunduk.
