.
Rose terbangun dari tidurnya ketika cahaya matahari pagi menembus melewati kaca jendela tanpa gorden dan menerpa wajahnya. Sebuah senyuman muncul samar-samar dari bibirnya. Rupanya ia baru saja mendapati mimpi indah.
"Good morning!" Rose menyambar sarapannya setelah sekitar satu jam bersiap-siap sebelum pergi ke sekolah.
"Buset, cerah bener senyumnya kayak abis menang giveaway." Mami melirik Rose yang cuek menyantap makanannya. "Kemarin gimana ama si Jeffryan?"
"Biasa aja."
Mami mencibir sesaat. "Eh, Mami tuh ngerasa kalo si Jeffryan tuh demen ama you tau."
"Apasih, ngaco! Udah ah aku mau berangkat."
"ABISIN DULU HEY!"
Mami hanya geleng-geleng kepala melihat Rose yang meluyur pergi begitu saja meninggalkan piring sarapannya yang masih tersisa cukup banyak.
***
Hari ini Rose diantar oleh Pak Amir. Supirnya yang sudah berusia setengah abad itu sangat setia melayani Rose dan sang Mami sejak Rose masih kecil.
"Pak, nanti gak usah dijemput ya aku pulangnya sama Alesha," ujar Rose ketika ia hendak turun dari mobil.
"Siap, neng."
Rose melangkah riang menuju gerbang sekolah. Suasana pagi ini masih terasa seperti biasanya. Sebelum akhirnya Rose menyadari sesuatu. Gadis itu refleks memelankan langkah ketika berada di koridor yang ramai dipenuhi murid-murid.
Dan seketika itu juga Rose sadar bahwa semua orang kini sedang menatap ke arahnya.
Bertepatan dengan itu seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Rose meneguk ludah begitu mendapati Alesha dan Sharon mengambil tempat di sisi kanan-kiri tubuhnya sambil memasang ekspresi cemas.
"Ada apa sih?"
Belum sempat pertanyaannya dibalas, tangan Rose sudah ditarik paksa pergi dari sana oleh Alesha.
"Guys, just tell me what's going on?" tanya Rose ketika sudah berada di tempat yang lebih sepi.
Sharon mengacungkan ponselnya dan menyodorkannya kepada Rose yang masih kebingungan.
Wajah Rose langsung pucat. Napasnya tertahan selama beberapa saat. Hatinya mencelos membaca kalimat demi kalimat yang tertera di layar ponsel Sharon. Kedua lututnya serasa lemas. Rose tidak tahu harus bagaimana menanggapinya selain berharap ia bisa tiba-tiba pingsan dan tak perlu menghadapi situasi yang tidak menyenangkan ini.
"You okay?" Sharon mengguncang pelan bahu Rose. "Roseanne, say something!"
"G-gue..."
"Well, you don't look okay, sist."
Alesha menghela napas. "Gue harus cari sendernya. Kurang ajar banget, berani-beraninya dia nyebarin fitnah gak jelas kayak gini di base sekolah."
Perkataan Alesha terdengar samar-samar masuk ke telinga Rose. Karena setelahnya, yang ia rasakan adalah tatapan serta bisik-bisik dari orang-orang di sepanjang koridor.
Hari itu, Rose akhirnya tahu bagaimana rasanya menjadi pusat perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
sweet rosie
Teen Fiction౨ৎ・゚ jaerosé lokal au. semua berawal dari 'skandal' yang membuat roseanne claire berurusan langsung dengan dua cowok famous di sekolahnya. . deukitae, 2023